Kamis 01 Sep 2016 20:47 WIB

Mengupas Makna di Balik Motif Tenun NTT

Rep: Desy Susilawati/ Red: Andi Nur Aminah
Beragam motif kain tenun NTT (ilustrasi)
Foto: Dede Lukman Hakim
Beragam motif kain tenun NTT (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nusa Tenggara Timur (NTT) memiliki 22 kabupaten dan kota. Kesemua wilayah tersebut memiliki tenun dengan motif dan ciri khas masing-masing.

Pemilik Butik Levico yang juga pecinta kain tenun NTT, Julie Laiskodat, menjelaskan misalnya tenun dari wilayah Sumba Timur, yang memiliki motif khas yakni gambar tengkorak. Ada tengkorak besar dan di sampingnya ada tengkorak kecil.

Dia mengatakan, morif ini memiliki makna tengkorak besar adalah raja. Sedangkan tengkorak kecil adalah ajudannya. "Dulu ketika rajanya meninggal secara duduk, makan ajudannya meninggal atau tidak akan dikubur hidup-hidup bareng-bareng untuk mendampingi sang raja. Melalui tenunan itu kita bisa mengetahui dia punya budaya apa," ujarnya.

Atau misalnya motif rote, yaitu pulau paling selatan di Indonesia yang menghadap ke Australia. Setiap tahun di kawasan tersebut di buat surfing internasional. "Melalui tenunan, Saya ingin memperkenalkan itu. Orang di luar sana fashion lebih canggih dari kita. Tapi budaya kita lebih banyak. Karena itu budaya kita yang di bawa ke mereka," jelasnya dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (1/9).

Tenunan NTT juga memiliki kain tenun bergambar cicak. Maknanya di sana ada raja kecil. Rajanya itu membuat aturan mereka yang laki-laki tidak diperbolehkan gunting rambut. Sedangkan perempuan tidak boleh sekolah kecuali izin raja.

Lain lagi dengan tenun dari Maumere. Dia menjelaskan, zaman dulu pengrajin ibu-ibu belum ada Website, Youtube atau internet yang bisa mereka lihat. Begitu keluar, yang dilihat adalah alam. Julie menjelakan, kaum ibu di Timor, akan membuat motif hujan jika melihat hujan. Inilah yang menghasilkan motif garis turun dari atas ke bawah. Atau ketika melihat pohon, maka yang muncul wujudnya adalah gambar ranting.

Motif tenun juga ada yang menunjukkan strata sosial. Misalnya di Sumba Barat Daya. Julie mengatakan kalau ada warga yang berduka, satu orang melayat biasanya membawa satu tenun. Dan kain tenunnya ini disesuaikan dengan strata sosialnya.

"Tenun yang di bawa sesuai status derajat orang yang meninggal, motifnya apa. Tenun ini menumpuk di samping jenazah. Nah, ini suatu budaya juga," tambahnya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement