Kamis 19 Oct 2017 10:43 WIB

Novel Silariang Ungkap Fenomena Adat Bugis Makassar

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Hazliansyah
Peluncuran novel Silariang
Foto: Republika/Shelbi Asrianti
Peluncuran novel Silariang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penerbit Coconut Books/Melvana Publishing menghadirkan novel terbaru berjudul "Silariang, Cinta yang (tak) Direstui". Karya tersebut menyoal romansa dan konflik keluarga berlatar belakang silariang atau kawin lari.

Novel karya Oka Aurora itu mengemas fenomena yang hingga kini masih dijumpai pada masyarakat Bugis Makassar dalam gaya kekinian. Konten novel digarap ulang dari skenario film berjudul sama yang juga ditulis Oka bersama produser film, Ichwan Persada.

"Saya membuat cerita awal untuk film berupa sinopsis singkat, kemudian melakukan riset dan diskusi dengan Oka yang merampungkan skenario film, dan sekarang dituliskan lagi dalam bentuk novel," kata Ichwan saat peluncuran buku di PIM, Jakarta, Selasa (17/10).

Oka sang penulis menjelaskan, novel bercerita tentang kisah cinta Yusuf dan Zulaikha. Yusuf adalah anak pengusaha sukses yang lebih memilih menjadi jurnalis, sementara Zulaikha berasal dari keluarga bangsawan keturunan Raja Bone.

Perempuan berhijab kelahiran Jakarta, 19 Juli 1975 itu menyebutkan bahwa alur novel maupun film menarasikan perjuangan cinta mereka setelah memilih Silariang karena perbedaan kasta. Keduanya harus menghadapi sederet konsekuensi, baik konflik keluarga, penolakan masyarakat, dan berbagai aspek lain.

Untuk memastikan ketepatan konten yang terkait budaya, Oka dan Ichwan menggandeng sejumlah pihak yang memahami betul budaya Bugis Makassar. Mereka mewawancarai pasangan pelaku silariang, imam yang pernah menikahkan pasangan silariang, akademisi, hingga pemangku adat.

"Novel memuat sejumlah tambahan dari apa yang tidak cukup tergambarkan dalam film, seperti detail penjelasan tradisi serta latar belakang cerita Yusuf dan Zulaikha," kata Oka yang juga menulis skenario film "Dear Love" pada 2016.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement