Rabu 05 Dec 2018 18:48 WIB

Generasi Z Cemaskan Penampilan Ketimbang Karier

Kekhawatiran itu dapat memengaruhi perilaku anak muda.

Rep: Christiyaningsih/ Red: Ani Nursalikah
Ilustrasi.
Foto: Antara/Agus Bebeng
Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Dengan dunia yang didominasi berita daring dan media sosial, hampir setengah Generasi Z (berusia 13-23 tahun) mengatakan lebih cemas mengenai penampilan mereka. Kecemasan terhadap penampilan ini lebih tinggi daripada masa depan karier, uang, terorisme, dan perundungan.

Laporan Kaspersky Lab terbaru menunjukkan Generasi Z adalah kelompok yang paling merasa cemas saat ini. Sebagian besar kaum muda mengakui khawatir tentang sesuatu dalam hidup mereka. Bahkan mayoritas tidak mencari bantuan profesional untuk membantu mengatasinya.

Sebagai bagian dari penelitian, Kaspersky Lab mensurvei kelompok remaja usia 13 hingga 23 tahun. Ada 1.003 orang muda di Inggris yang disurvei untuk mengetahui kekhawatiran dan rasa cemas seperti apa yang mereka rasakan.

Studi ini mengungkap perasaan cemas atau kekhawatiran dapat memengaruhi perilaku anak muda, termasuk bagaimana cara mereka menggunakan media sosial. Sebagai contoh, cukup umum bagi generasi Z membangun persepsi yang sempurna tentang penampilannya.

Kebanyakan anak muda juga menghabiskan 30 menit mengedit gambar atau video mereka sebelum mengunggahnya di platform media sosial. Alasannya, untuk menciptakan citra yang sempurna.

Temuan penting lainnya adalah generasi Z perempuan memiliki rasa tidak aman lebih tinggi daripada laki-laki. Ini karena kecemasan terhadap penampilan mereka lebih besar daripada laki-laki.

Hampir dua kali lipat jumlah generasi Z perempuan. Mereka mengakui mengubah kebiasaan makan (makan berlebihan atau menahan diri tidak makan) karena cemas akan penampilan.

Pengembangan tubuh dan konten kebugaran di media sosial membuat perempuan muda merasa lebih buruk daripada laki-laki muda. Kelompok perempuan mengakui kerap membatalkan acara-acara perkumpulan dalam satu tahun terakhir karena kecemasan sosial.

Temuan yang tidak kalah lebih penting adalah fakta generasi Z tidak mencari bantuan tentang apa yang harus dilakukan ketika mereka merasa cemas. Mayoritas kaum muda tidak mengunjungi dokter untuk berkonsultasi tentang cara mengatasi kecemasan mereka. Sementara banyak anak muda berjuang menghadapinya, mereka juga tidak yakin tentang bagaimana menangani perasaan cemas yang dialami.

CEO The Mix Chris Martin yang merupakan badan amal pemuda digital yang mendukung orang-orang di bawah usia 25 tahun, mengatakan terdapat isu-isu global yang dihadapi semua kelompok generasi Z di seluruh dunia. Namun, masih ada stigma seputar bagaimana mereka berbagi perasaan dan berbicara secara terbuka tentang kesehatan mental.

Menurut Martin, merasa cemas atau khawatir dapat mengisolasi para generasi muda. Tetapi kenyataannya banyak orang yang berjuang menghadapi apa yang mereka rasakan dan mereka menjadi lebih baik.

The Mix ingin semua orang memegang kendali atas aspek kehidupan mereka meskipun banyaknya kritikan yang datang dari orang lain dan besarnya kecemasan yang dimiliki. "Mereka harus membuktikan faktor tersebut tidak menjadi penghalang menjadi sukses dan percaya diri," kata Martin dalam keterangan resminya, Rabu (5/12).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement