REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Telur kerap menjadi menu sarapan wajib, apakah dalam bentuk telur dadar, telur mata sapi, telur rebus, atau omelet. Mungkin ada yang bertanya, mengapa kita disarankan makan telur untuk sarapan? Kaitannya erat dengan sejarah manusia.
Telur adalah hadiah terindah dari unggas untuk manusia, mulai dari telur ayam, telur bebek, telur burung puyuh, atau di Mesir Kuno ada telur pelikan. Telur muncul dalam gambar gua Cro-Magnon. Nenek moyang unggas ini berasal dari Asia Selatan dan Tenggara 7.500 SM. Orang Cina bahkan telah membangun inkubator telur bebek pada 246 SM.
Masyarakat Romawi Kuno memulai hari mereka dengan makanan yang meingkatkan energi, berupa kombinasi roti, keju, zaitun, salad, buah-buahan kering, telur, dan daging. Pada abad pertengahan, orang-orang Eropa mengurangi kombinasi yang banyak tersebut menjadi tiga jenis saja, dan telur tak ditinggalkan.
Dilansir dari Health, Kamis (6/12), menjelang abad ke-15 dan 16, aneka resep telur mulai populer karena pada saat itu orang-orang kesulitan membeli daging. Mereka beralih beternak ayam di lahan sempit.
Pada 1620, penulis medis Inggris, Tobias Venner merekomendasikan dua telur rebus ditaburi cuka sebagai menu sarapan sehat. Sampai Revolusi Industri terjadi, telur menjadi sarapan masal orang-orang, mulai dari buruh pabrik, hingga orang kaya. Mereka mengonsumsinya sebelum memulai kerja dan hari yang melelahkan.
Di Inggris dan Amerika, mereka membuat telur omelet. Kebiasaan menghidangkan telur omelet ini kemudian menular ke penginapan hingga hotel-hotel besar kelas menengah ke atas. Ini terjadi sampai sekarang.