Kamis 03 Jan 2019 06:50 WIB

Langkah SMART Demi Resolusi Tahun Baru yang Lebih Baik

Menetapkan resolusi harus masuk akal agar jatuhnya bukan sekadar mengkhayal

Rep: Santi Sopia/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Suasana pergantian malam tahun baru di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (1/1/2019).
Foto: Antara/Putra Haryo Kurniawan
Suasana pergantian malam tahun baru di Bundaran HI, Jakarta, Selasa (1/1/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Resolusi bisa diartikan niatan untuk melakukan sesuatu lebih baik. Sebenarnya tidak melulu dilakukan pada tahun baru, melainkan saat mendapatkan pencerahan yang biasanya dijadikan kesempatan memulai dari awal, entah itu dari segi pekerjaan, posisi, sekolah baru.

Orang bisa saja menciptakan resolusi ketika memulai sesuatu yang baru. "Memang enaknya dari awal, dari nol, makannya kenapa banyak orang menetapkan resolusi di tahun baru karena menggambarkan dimulai dari nol," kata Psikolog Anak dan Keluarga, Nadya Pramesrani.

Pada dasarnya manusia itu selalu ingin menjadi lebih baik. Ini juga dikarenakan bawaan dari hummanature alias alamiah. Ketika sudah merasa berhasil menguasai satu hal, otomatis manusia ingin mencapai yang lebih lagi. "Karena memang ada satu tokoh psikologi yang menyatakan bahwa manusia selalu mencoba untuk menjadi yang terbaik, kalau misalnya berhasil mencapai tangga kedua, dia mencoba tangga ketiga, keempat," kata dia.

Keinginan ini memberikan makna hidup pada manusia supaya bisa menjalani sehari-hari untuk bisa mencapai sesatu yang lebih dari sebelumnya. Resolusi adalah terkait tujuan tertentu yang ingin dicapai. Namun terkadang orang ingin mencapai tujuan tetapi tidak spesifik. Menetapkan resolusi perlu yang masuk akal agar jatuhnya bukan sekadar mengkhayal.

Salah satu langkah yang bisa diterapkan, melalui SMART, yang berasal dari kepanjangan, spesific, measurable, attainable, relevant reward dan trackable. Seorang yang punya resolusi menjadi karyawan teladan, misalnya, perlu membuat langkah spesifik, seperti datang lebih pagi ke kantor, tidak menerima panggilan pribadi di kantor dan sebagainya.

Namun, yang harus diingat adalah measurable di mana langkah itu juga mesti terukur. Jika dari rumah seorang karyawan tersebut menuju kantor relatif jauh, boleh jadi kurang memungkinkan, maka bisa dibilang tidak sesuai dengan tujuannya.

Contoh resolusi sederhana lain, misalnya ingin menurunkan berat badan. Perlu diukur, seperti ingin turun delapan kilogram dalam empat bulan, maka per bulan harus hilang dua kilogram atau per minggu setengah kilogram.

"Jadi dalam menciptakan resolusi nggak sekadar ngayal ba-bu, a-i-u-e-o, tapi bisa dicapai (attainable), masuk akal atau tidak?," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement