Rabu 07 Jun 2017 17:22 WIB

Edukasi Wisata Halal Lewat Alat Shalat

Rep: Fuji Pratiwi/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah wisatawan berada di Pantai Meninting, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB. (ilustrasi)
Foto: Antara/Ahmad Subaidi
Sejumlah wisatawan berada di Pantai Meninting, Kecamatan Batulayar, Lombok Barat, NTB. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Berharap kebutuhan dasar wisatawan Muslim terpenuhi, biro perjalanan Islami menebar alat shalat sambil mengedukasi wisata halal ke berbagai tempat yang banyak jadi tujuan wisata halal.

Ketua Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF), Priyadi Abadi menjelaskan, mereka punya program Tebar Sejuta Perangkat Shalat di Seluruh Dunia termasuk ke hotel, rest area, mal, pusat rekreasi, dan tempat-tempat lain di berbagai negara. Mereka berharap kebutuhan wisatawan Muslim makin termudahkan.

Kalau ke mal di luar negeri, wisatawan Muslim sulit bila hendak shalat. Jadi saat menyerahkan alat shalat ini, mereka edukasi juga pengelola mal untuk menyediakan sedikit tempat untuk shalat dan beri tahu arah kiblatnya, terutama di negara mayoritas non Muslim.

"Keawajiban biro perjalanan Muslim untuk sampaikan itu, kalau tidak mereka tidak akan pernah tahu," ungkap Priyadi dalam bedah buku Travel Muslim Solution di Ballroom Masjid Hubbul Wathan Islamic Center, Mataram, NTB, Rabu (7/6).

Respons yang mereka dapat pun beragam, bahkan ada yang menolak. Tapi mereka menyampaikan kalau begitu, para pengelola destinasi harus siap ditinggalkan wisatawan Muslim. "Muslim itu punya posisi tawar, tapi harus sama-sama dan kami memerhatikan itu," kata Priyadi.

Sebaliknya, para pengusaha biro perjalanan Muslim juga ingin contoh positif dari wisata halal luar negeri bisa diaplikasikan di Indonesia. Di berbagai negara sudah ada masjid-masjid raya seperti di Roma dan Paris.

Warga Indonesia punya masjid di Belanda. Sementara warga Turki punya masjid di beberapa negara. "Iri juga dengan Turki, terutama di Eropa. Mereka sangat kompak dan bisa bangun masjid besar," kata Priyadi.

Di Indonesia, Priyadi mengaku prihatin. Hotel bagus dan mewah, tapi tempat shalatnya di basement yang gelap dan bau. Masih banyak yang berpikir dari pada kamar jadi mushala, lebih baik dijual jadi kamar komersil. Pelaku industri pariwisata Indonesia belum menganggap wisata halal itu sebagai peluang.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement