Kamis 05 Jul 2018 23:50 WIB

Perpustakaan Menentukan Mutu Siswa dan Sekolah

Pengelola perpustakaan sekolah termasuk guru untuk mendayagunakan bahan pustaka.

Siswa membaca buku di perpustakaan.  (ilustrasi)
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Siswa membaca buku di perpustakaan. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PONTIANAK -- Kepala Perpustakaan Nasional RI, Muhammad Syarif Bando, mengungkapkan keberadaan perpustakaan di sekolah sekolah akan menentukan mutu siswa dan sekolah tersebut. Oleh karena itu, dia meminta para pengelola perpustakaan sekolah termasuk para guru untuk mendayagunakan bahan pustaka kepada peserta didik.

Hal tersebut disampaikan Syarif Bando, saat memberikan pemaparan dalam pembukaan kegiatan Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan SMA/SMK se-Kalimantan Barat di Pontianak, Kamis (5/7).

"Kalau menjadi pengelola perpustakaan (sekolah), maka pengelola perpustakaan itu menganalisis perkembangan perpustakaannya. Berapa koleksi bahan pustaka yang dimiliki untuk karya umum, berapa yang terbaca, berapa yang tidak terbaca," katanya di hadapan 200 peserta Bimtek.

Kepala Perpustakaan Nasional, menceritakan beberapa kali bertemu dengan pengelola perpustakaan sekolah yang mengeluhkan tidak ada siswa yang mau datang membaca. Ketika dia kemudian melihat langsung kondisi perpustakaan sekolah tersebut, keadaannya berdebu dan hanya memiliki koleksi buku paket sekolah.

"Jangan hanya mengeluh, tapi tidak mengetahui apa tugas. Berat memang, tapi harus paham," katanya.

Pria yang menjabat Kepala Perpusnas sejak 8 Juni 2016 tersebut mengatakan pengelola perpustakaan harus memahami bagaimana menyusun rencana kerja perpustakaan sekolah dan bagaimana memahami mendayagunakan bahan pustaka kepada peserta didik.

"Yang ketiga, bagaimana meyakinkan pihak sekolah bahwa perpustakaan inilah yang akan menentukan mutu para siswa dan sekolah ini," katanya lagi.

Sebagai pengelola perpustakaan sekolah, para guru maupun tenaga honor harus menyadari arti penting perpustakaan sebagai wahana membaca para siswa. Para siswa yang lulus dari sekolah dan memegang selembar ijazah takkan berarti tanpa ada proses transfer ilmu dari hasil mereka membaca.

"Saya tegaskan sekali lagi, tidak ada institusi sekolah terbaik mana pun di muka bumi ini tanpa ada orang-orang di dalamnya yang rajin membaca. Dunia ini gelap tanpa membaca," kata Syarif.

Dia menambahkan, guru adalah obor dan pelita bagi masyarakat. Gurulah yang mengantarkan siswa hingga bisa menatap dunia jauh lebih luas.

"Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh gurunya. Maka itu penting bagi kami untuk menyampaikan, mari kita mulai membangun budaya membaca, meningkatkan harkat bangsa ini dengan mulai membaca dari kita sebagai guru," ujarnya.

Sementara Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Kalbar, Ignasius IK menambahkan, meskipun sekolah merupakan ranah dinas pendidikan, namun dibutuhkan kerja sama lintas sektoral dalam meningkatkan daya guna bahan pustaka di perpustakaan sekolah.

Disadari bahwa meskipun era digital telah merambah hingga ke pedesaan, namun keterbatasan akses sinyal juga membuat masyarakat membutuhkan buku fisik untuk mengakses informasi.

"Bagi mereka yang berada di wilayah perbatasan dan daerah terpencil, mereka masih membutuhkan buku yang berbentuk fisik untuk menambah informasi yang mereka butuhkan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement