REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah pemuda yang tergabung dalam komunitas Lampung Ngopi dan Berfikir (Ngopi) mengajak masyarakat Lampung untuk membaca dengan membuka lapak membaca.
"Komunitas ini sudah berdiri sejak Tahun 2016 namun baru membuka lapak ditempat umum setahun belakangan," kata salah satu Pengiat Literasi Komunitas Lampung Ngopi Reza Fahlevi, di Bandarlampung, belum lama ini.
Komunitas ini dibentuk setelah adanya hasil survei pada tahun 2015 dari Program For Internasional Student Assessment (PISA) yang dirilis dari Orgatisation For Economic Co-Opration and Development (OECD) yang menyebutkan Indonesia berada pada peringkat 62 dari 72 Negara dalam hal minat membaca.
Komunitas yang dibentuk oleh empat orang mahasiswa IAIN Bandarlampung ini membuka lapak pada Jumat malam dan Sabtu malam di Taman Lungsir. "Buku yang kami sediakan bermacam-macam dari sejarah, agama, dan bacaan anak-anak, semua orang boleh baca di sini dan tidak dipungut biaya alias gratis," kata dia.
Reza mengatakan bahwa buku-buku yang dimiliki oleh komunitas ini merupakan sumbangan dari teman-temannya dan orang-orang yang peduli dengan kegiatan mereka.
Komunitas ini, tambah dia, selain memberikan fasilitas membaca, ada juga fasilitas mewarnai dan membacakan dongeng kepada anak-anak.
Meskipun dengan kamampuan dan fasilitas yang terbatas, komunitas Lampung Ngopi ini juga membawa gerakan mereka ke daerah pelosok dengan membuat sebuah perpustakaan di Desa Banjar Negeri, Cukuh Balak, Tanggamus, Lampung.
"Kami berharap apa yang dliakukan oleh komunitas ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama menumbuhkan kesadaran membaca pada anak-anak dan kawula muda karena saat ini sangat jarang sekali anak muda yang punya minat baca tinggi," kata dia.