REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Seiring azan Maghrib berkumandang pertanda berakhirnya shaum Ramadhan dari masjid terdekat, puluhan orang duduk bersama dan mulai menikmati hidangan berbuka.
Hidangan Arab tradisional banyak tersaji dan percakapan di antara mereka mengalir akrab. Acara berbuka itu layaknya jamuan berbuka di Arab.
Yang unik di sini adalah sebagian besar tamu belum pernah bertemu dengan tuan rumah, Bronka dan Aref Tahboub. Keluarga Tahboub membuka rumah mereka bagi sekelompok Yahudi Israel yang ingin merasakan nikmatnya berbuka puasa.
"Ada banyak hal yang tidak bisa kita kendalikan. Namun, orang Arab dan Yahudi telah tinggal bersama-sama. Saya bekerja bersama Yahudi seluruh hidup saya dan ingin anak saya mengetahui Yahudi," ujar Aref dalam bahasa Ibrani yang lancar kepada The Media Line, dikutip dari Jewish Journal, Jumat (26/6).
Jamuan iftar tersebut dirancang oleh Kids4Peace, sebuah organisasi akar rumput yang mengumpulkan anak-anak Muslim, Kristen dan Yahudi di Yerusalem. Sekitar 25 keluarga Yahudi mendaftarkan diri untuk berbuka bersama keluarga Palestina bersama anak-anak mereka.
Keluarga Tahboub memiliki tiga anak yang terdiri atas dua anak laki-laki berusia 14 dan 11 tahun serta seorang anak perempuan berusia sembilan tahun. Ketiganya berpuasa.
"Mereka melihat seluruh tetangga berpuasa dan mereka ingin melakukannya juga. Ramadhan adalah waktu yang spesial bagi kami. Kami percaya pintu neraka ditutup dan langit membuka pintu bagi doa kami," ujar Bronka.
Tamu Yahudi mereka dengan cepat merasa seperti berada di rumah sendiri.
"Ini dimulai karena saya merupakan warga Yerusalem. Yerusalem adalah kota yang di dalamnya banyak etnis dan kewarganegaraan berbeda. Saya ingin ramah dengan populasi yang berbeda," ujar Duel Peli, seorang pengacara yang anak perempuannya menghadiri acara buka puasa tersebut.
Dia menambahkan menjadi bagian dari Kids4Peace merupakan pengalaman yang membuka matanya. "Saya tahu bagaimana rasanya menjadi minoritas. Ini membuat saya mengerti bagaimana rasanya menjadi minoritas di Yerusalem dan Israel," katanya.
Populasi di Yerusalem terdiri atas dua pertiga Yahudi dan sepertiga Arab, yang terbagi menjadi Muslim dan Kristen.
Usai makan malam, anak-anak bermain bola di luar. Bronka mengeluarkan shisha dan mulai menyesap tembakau beraroma melon dan mint itu. Begitu asap mengepul, ketegangan di Yerusalem antara bangsa Arab dan Yahudi tampaknya terlupa sejenak.