Selasa 02 Apr 2013 11:34 WIB

Mau Menghukum Anak? Simak Ini Dulu

Rep: Meiliani Fauziah / Red: Endah Hapsari
Hukuman untuk anak/ilustrasi
Foto: dailymail.co.uk
Hukuman untuk anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Orang tua tentu memiliki peraturan tersendiri yang berlaku sebagai bentuk pengasuhan terhadap anandanya. Ketika melanggar peraturan, anak akan dihadapkan pada sebentuk hukuman. “Sebetulnya, lebih tepat menyebutnya sanksi ketimbang hukuman,” ujar psikolog Yantie Andha Riswari MPsi dari Sekolah Alam, Depok, Jawa Barat.

Sebaliknya, mekanisme apresiasi terhadap sikap terpuji anak juga mesti ada. Keseimbangan perlakuan tersebut penting bagi anak. Yantie mengingatkan, penerapan sanksi tanpa dibarengi pemberian penghargaan akan menghasilkan penyimpangan perilaku dalam bentuk lain. Dengan memberikan penghargaan, anak akan termotivasi untuk terus melakukan kebaikan.

Pemberian sanksi bertujuan untuk mengurangi perilaku yang tidak diinginkan. Misalnya, anak yang suka datang terlambat sebaiknya memang diberi sanksi agar bisa lebih tepat waktu. Kebiasaan buruk ini jika dibiarkan akan melekat dan menjadi karakter anak. Perilaku tidak disiplin bisa menjadi bumerang ketika ia dewasa. Sanksi juga berguna untuk memuncul kan perilaku yang diharapkan. Sikap santun tidak terbentuk dengan sendirinya. Orang tua harus konsisten menerapkan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan anaknya.

Dalam mendidik kedisiplinan, ayah dan bunda harus terlebih dahulu menyamakan pandangan terhadap berbagai perilaku. Keduanya harus kompak. Peraturan tidak boleh dijalankan setengah-setengah. “Buat dulu kesepakatannya, baru pikirkan sanksi agar penerapannya maksimal,” ujar psikolog yang biasa disapa Andhar ini.

Kesepakatan yang terbentuk kemudian harus disosialisasikan pada anak. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti. Nyatakan dengan rinci perilaku yang ayah dan bunda inginkan dari buah hati. Jika memung kinkan, beritahukan juga kesepakatan ini kepada guru.

Anak kecil sulit mengerti konsep kedisiplinan jika hanya dijelaskan lewat serangkaian kata. Orang tua perlu memberikan contoh konkret yang mencerminkan aneka etika. “Contohnya, biasakan anak untuk selalu menghampiri kita jika ia memerlukan sesuatu, tidak boleh menyampaikannya dengan berteriak,” jelas Andhar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement