Selasa 02 Apr 2013 11:39 WIB

Jangan Sembarangan Menghukum Anak karena...

Rep: Meiliani Fauziah / Red: Endah Hapsari
Hukuman untuk anak/ilustrasi
Foto: travelstories.gr
Hukuman untuk anak/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Ketika ingin memberikan hukuman atau sanksi pada anak, alasan pemberian sanksi sebaiknya juga dijelaskan. Pastikan buah hati mengerti letak kesalahannya. Sekadar menghukum tanpa penjelasan akan membuat anak bingung. Peluang ia melakukan kesalahan yang sama juga lebih besar.

Penjelasan bisa diberikan dengan menggunakan perbandingan. Berikan dua contoh perilaku yang saling berseberangan. Ung kapkan juga konsekuensi yang mengiringi tiap perilaku. Bimbing anak memilih peri laku yang tepat untuk ditiru.

Ketika si buyung enggan merapikan mainannya, jangan langsung dimarahi. Pancing ia untuk menggali lebih dalam makna di balik perbuatannya. Bantulah ia untuk menemukan sendiri konsekuesi dari perilakunya. Proses ini disebut refleksi. Butuh usaha serta kesabaran ekstra agar berhasil dengan baik. Efek dari refleksi cenderung positif dan bertahan lama. “Anak nantinya secara sadar dan enggan mengulangi perbuatannya yang tidak baik,” ungkap psikolog Yantie Andha Riswari MPsi dari Sekolah Alam, Depok, Jawa Barat.

Pembentukan disiplin bisa dimulai ketika anak menginjak usia dua tahun. Anak usia prasekolah sedang melakukan interaksi pertamanya dengan lingkungan sosial. Ia mulai menetapkan otonomi priba di. Disiplin dibutuhkan agar lingkungan sosial menerimanya dengan baik. Bobot sanksi bisa ditingkatkan seiring bertambahnya usia dan kemampuan berpikir anak.

Agar efektif, jangan terlalu lama menunda pemberian sanksi. Idealnya, sanksi yang diberikan masih berkaitan dengan kesalahan yang diperbuat. Pemberian sanksi yang tidak berkaitan dengan kesalahan berimbas kurang baik. Anak bisa gagal melakukan instrospeksi. Pemberian sanksi fisik termasuk termasuk yang tidak direkomendasikan. 

Cara tersebut sebaiknya tidak lagi dilakukan. Generasi sekarang, sejak kecil sudah banyak distimulasi dengan berbagai ilmu pengetahuan. Sanksi fisik tidak bisa menyentuh logikanya. Pukulan ataupun cubitan hanya akan menyakiti fisik dan mungkin berbekas pada sisi psikologisnya. Anak tidak akan mengerti hubungan antara tidak mengerjakan PR dan dipukul. Jangan heran kalau dia makin sering bertingkah. “Sanksinya jadi sia-sia,” ucap psikolog yang juga menjadi pengajar di TK Nur’aini, Depok ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement