REPUBLIKA.CO.ID, Assalamu'alaikum wr wb,
Ibu pengasuh rubrik konsultasi, saya sangat sedih dan juga bingung. Saya merasa tidak berharga karena selama menikah delapan tahun saya mendapat perlakuan yang kasar dari suami. Saya sering dicaci, dihina, dan dipanggil dengan kata-kata yang menurut saya tidak pantas. Selama ini saya mencoba untuk bertahan, tapi kok ya tidak kuat. Makin lama suami saya makin menjadi-jadi, dia bahkan menyalahkan saya bila saya mencoba menjawab atau menyanggahnya. Apa yang harus saya lakukan? Haruskah saya bertahan? Terima kasih.
Someone, Jakarta
Jawaban:
Nanda yang tegar, semoga Allah membalas kebaikan Nanda dan menambah Nanda kekuatan dalam menghadapi permasalahan.
Saat ini hati Nanda mungkin sedang luka. Kalau laui atau batu menghantam tubuh, yang patah adalah tulang tetapi kata-kata yang kasar benar-benar merobek hati kita. Dipanggil dengan sebutan 'bodoh', 'tolol', 'gendut' atau sebutan-sebutan lain jelas tidak menyenangkan. Kata-kata yang merendahkan memengaruhi harga diri kita. Namun, banyak orang yang tidak merasa bahwa panggilan-panggilan itu adalah kekerasan secara verbal. Pada kenyataannya bentuk kekerasan verbal sulit dikenali karena beberapa alasan:
- Kekerasan verbal biasanya tidak diketahui oleh banyak orang, hanya pasangannya yang mendengar.
- Kekerasan verbal terus meningkat dari waktu ke waktu pasangan menjadi kebal dan terbiasa dengan kata-kata kasar.
- Kekerasan verbal berbeda-beda bentuknya.
Kekerasaan verbal menjadi suatu budaya yang tampaknya biasa-biasa saja walaupun merusak harga diri korbannya. Bentuk-bentuk kekerasan yang lazim terjadi seperti memanipulasi, melecehkan, mendominasi, mengkritik, dan intimidasi diterima seperti kemarahan yang diarahkan pasangan.
Ketika istri melawan, suami akan mengeluarkan pembelaan dengan kata-kata ''Kamu saja yang sensitif!''. Kekerasan verbal juga kadang tidak terungkap jelas seperti kata-kata, ''Kamu bicara apa, sih''. Padahal suami tahu dan mengerti kata-kata istri. Kejadian-kejadian ini dapat membuat seorang istri merasa 'gila'.
Nanda sudah mengalami hubungan dengan kekerasan verbal selama delapan tahun. Tidak mudah bagi Nanda untuk bersikap asertif pada suami dengan mengatakan dan memberanikan diri melawan suami. Namun, usaha yang kuat dan keinginan yang kuat dapat memberi hasil yang diharapkan. Mulailah untuk bersikap tegar dengan mengatakan, ''Berhenti Mas, saya lelah. Saya tidak ingin mendengar kata-kata itu lagi.''
Berbicara tegas, yakin diri dan bahasa tubuh yang mantap harus ditampakkan ketika Nanda mencoba mengomunikasikan ketidaksetujuan Nanda pada suami. Jika sikap tegas Nanda tidak membuahkan hasil, carilah pertolongan pada seorang konselor yang memang benar-benar menangani kasus kekerasan verbal sehingga Nanda dapat mengobati sakit hati dan luka-luka hati yang pernah muncul selama ini. Mudah-mudahan Nanda berhasil mengatasinya. Amin.