REPUBLIKA.CO.ID, Demi mencegah dampak negatifnya, maka makanan kaleng yang Anda beli harus benar-benar dalam kondisi baik. Dalam hal ini ada beberapa pertanda yang perlu Anda waspadai pada makanan kaleng. Apa sajakah itu?
* Kembung
Kondisi kaleng yang kembung bisa terjadi karena reaksi antara produk asam yang dikemas dengan kondisi kaleng yang cacat. Makanan yang tergolong berkadar asam tinggi, misalnya jus buah-buahan. Sementara yang kadar asamnya rendah antara lain jamur, asparagus, bit, kentang, dan kacang-kacangan. Selain itu, kembung bisa pula karena jenis kaleng yang digunakan tak sesuai dengan produk yang dikemas.
Jika dibuka, produk tampak normal, tapi warnanya terkadang berubah pucat. Pada kondisi lain, kembung bisa juga disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan CO2 dan H2. Akibat pembentukan gas ini, tekanan dalam kaleng menjadi tinggi sehingga kaleng menggembung yang lama-lama bisa pecah.
* Penyok
Kondisi ini bisa terjadi karena benturan, jatuh, atau tertindih. Kaleng yang penyok sedikit (tak sampai membentuk sudut) biasanya tidak mengalami kerusakan isi. Namun, jika membentuk sudut, dikhawatirkan lapisan timahnya rusak sehingga kaleng bereaksi dengan produk, terutama yang berasam tinggi.
* Karat
Ini terjadi karena adanya reaksi antara kaleng dengan senyawa lain yang bersifat korosif. Pada kasus yang ringan, perkaratan terjadi pada tutup kaleng, sambungan kaleng, atau bagian luar saja. Pada kasus berat dapat terjadi pada seluruh bagian luar kaleng. Karat yang belum merusak bagian dalam sebenarnya tidak berbahaya. Akan tetapi, bila sudah timbul lubang, meski kecil dan sulit dideteksi, ada kemungkinan mikroba sudah menyelusup ke dalamnya.
Selain kondisi kemasan, Anda juga harus mengenali ciri-ciri lain yang tidak kentara. Disebut tidak kentara, karena 'ketidakberesan' baru tercium ketika kemasan kaleng dibuka. Makanan kaleng yang rusak, biasanya akan memperlihatkan sejumlah tanda saat dibuka. Tanda-tanda itu adalah:
* Busuk
Ditandai dengan bau asam yang disebabkan oleh aktivitas spora bakteri tahan panas yang tidak mati selama proses sterilisasi. Berkembangnya spora bakteri itu bisa juga disebabkan oleh proses pengolahan atau pengalengan yang tidak sempurna, dan sanitasi yang buruk. Keadaan ini seringkali menyebabkan kebusukan.
* Perubahan warna
Secara kimia, perubahan warna bisa disebabkan oleh pecahnya senyawa protein (pada makanan dengan kandungan protein tinggi, seperti kornet) dalam proses sterilisasi, kemudian bereaksi dengan logam kaleng dan membentuk senyawa besi sulfida. Bisa juga karena aktivitas Clostridium nigrificans, bakteri anaerob pembentuk spora yang bersifat p