Tepat hari Ahad, 25 November 2012, Indonesia merayakan hari guru untuk kesekian kalinya. Peringatan yang dilakukan sebagai apresiasi terhadap guru sekaligus memperingati HUT PGRI ke-67.
Dalam sambutan memperingati Hari Pendidikan Nasional 2012, Menteri Pendidikan M. Nuh menyatakan bahwa "Pendidikan" merupakan sistem rekayasa sosial terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan, keharkatan dan kemartabatan suatu bangsa. Dan Guru, merupakan tonggak utama dalam dunia pendidikan. Akan tetapi, masih ada ruang yang bisa dikembangkan untuk meningkatkan kualitas dari aspek peranan guru. Empat aspek tersebut meliputi, (1) kompetensi dalam pemahaman substansi bahan ajar, (2) pedagogi, (3) kompetensi kepribadian, (4) kompetensi sosial. Selain hal tersebut, seorang guru dituntut untuk mematuhi kode etik guru dan prinsip-prinsip pofesonalitas sesuai dengan amanat perundang-undangan Indonesia.
Dalam sistem pendidikan, guru merupakan elemen yang sangat penting sebab ia akan memberikan pengaruh terhadap anak didiknya, baik maupun buruk. Imam Az-Zarnuji dalam Ta’lim al Muta’allim menyatakan, bahwa kriteria guru yang baik adalah, (1) menanamkan ilmu tauhid kepada anak didik, (2) memiliki kepribadian yang tinggi, (3) penguasaan yang baik terhadap ilmu, (4) kedisiplinan dalam mengajar, (5) tanggung jawab, (6) jujur dan (7) sabar. Hal senada juga dinyatakan oleh Ibnu Khaldun dalam muqaddimah-nya. Ibnu Atha’illah dalam Al-Hikam menambahkan, bahwa guru harus senantisa membimbing anak didik dengan hatinya.
Sementara Ki Hajar Dewantara yang merupakan Bapak Pendidikan Indonesia merumuskan "Tiga Asas Guru" melalui slogannya yang terkenal, “Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani” (Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan). Guru yang seperti inilah, yang nantinya akan mengantarkan anak didik menjadi manusia yang baik, beradab dan mempunyai semangat tinggi dalam menuntut ilmu.
Krisis figur guru?
Berbagai permasalahan terkait pendidikan secara umum, dan guru (pendidik) secara khusus memang tak akan ada habisnya. Namun, contoh paling mudah dilihat yakni maraknya aksi tawuran antar pelajar sekolah di berbagai daerah, baik siswa maupun mahasiswa. Maka muncul pertanyaan, dimanakah peran guru? Apakah ini yang diajarkan oleh guru (baca: tawuran) di kelas?
Memang tidak mungkin guru mengajarkan tawuran kepada anak didiknya. Akan tetapi, sikap dan perilaku “kurang baik” seorang guru tentu akan menjadi benih-benih perilaku “tidak baik” anak didiknya. Sebagaimana pepatah mengatakan, “Jika guru kencing berdiri, murid kencing berlari”.
Dengan demikian, merenungkan dan memahami kembali nasihat Imam Az-Zarnuji Ibnu Khaldun, Ibnu Atha’illah dan Ki Hajar Dewantara tentang fungsi, peran dan tugas guru merupakan suatu hal yang urgent. Hal tersebut dalam posisinya sebagai pembentuk karakter peserta didik yang baik, beradab dan mempunyai keinginan tinggi untuk mencari ilmu. Wallahu a’lam.
Rahmad Hakim
Sedang menyelesaikan Master di Universti Sains Islam Malaysia (USIM), Nilai, Negeri Sembilan, 78100.