Oleh : KH Abu Hasan Mubarok*
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang tutup tahun biasanya Indonesia selalu ada dinamika sosial yang terjadi. baik dari dunia hiburan, politik, pendidikan, bahkan sampai pada urusan religi. Fenomena yang terjadi merupakan bagian dari bumbu-bumbu kehidupan yang patut kita ambil hikmah dan pelajarannya, agar di tahun depan tidak terulang kembali.
Akhir tahun memang menjadi momentum untuk merefleksikan tentang aktifitas selama kurang lebih 360 an hari. Siklus ini selalu berulang. Apa yang terjadi pada orang lain, sangat mungkin sekali terjadi pada diri kita sendiri. Maka tidak ada salahnya, kita sebagai manusia melakukan refleksi diri di pengujung akhir tahun ini.
Di dalam Alquran, Allah swt telah jelas dan gamblang menyebutkan akan adanya rotasi ini. Mari kita lihat pada firman Allah swt QS al Imran ayat 140, berikut ayatnya:
اِنْ يَّمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِّثْلُهٗۗ وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَيَتَّخخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاۤءَۗ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْننَۙ
Artinya: Jika kamu (pada Perang Uhud) mendapat luka, maka mereka pun (pada Perang Badar) mendapat luka yang serupa. Masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran) dan Allah mengetahui orang-orang beriman (yang sejati) dan sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Allah tidak menyukai orang-orang zalim.
Ayat ini mengingatkan kembali suatu peristiwa yang dialami oleh para sahabat bersama Rasulullah saw. Perang Uhud yang terjadi pada 23 Maret 625 M atau bertepatan dengan 7 Syawal 3 H dan Perang Badar yang terjadi pada 13 Maret 624 M atau bertepatan dengan 17 Ramadhan 2 H.
Pada saat terjadi perang Badar, umat Islam memperoleh kemenangan, sementara pada saat terjadi perang Uhud, umat Islam mendapatkan kekalahan.
Fenomena kalah-menang dalam setiap episode kehidupan itu adalah keniscayaan. Pada firman Allah swt di atas, seolah-olah Allah swt menyebutkan bahwa hal itu adalah biasa saja. dan kalah-menang bukan sekedar urusan bahwa yang benar harus selalu menang, dan yang kalah harus kalah. sebagaimana makna dari firman Allah swt QS al Isra ayat 81.
Fenomena menang dan kalah merupakan fenomena yang sudah ditentukan dan diputuskan oleh Allah swt sendiri. Jadi, mari kita jangan merepotkan diri dalam intervensi hak prerogatif Allah swt.
Pelajaran penting dari firman Allah swt pada ayat di atas adalah bahwa dengan adanya perputaran roda kehidupan, Allah ingin menguji keimanan seseorang. Seberapa kuat imannya kepada apa yang sudah ditentukan Allah. Bagi orang yang beriman akan tampak pada sikap dan perilakunya yang berperan sebagai saksi akan kebenaran, sementara antitesanya adalah orang-orang yang berlaku zalim.
Jadi pada dasarnya adalah segala yang terjadi pada kehidupan ini merupakan atas kehendak Allah swt. menang-kalah adalah salah satunya. Hal terpenting yang harus diketahui adalah bagaimana menyikapi fenomena siklus tahunan tersebut.
Pilihan bagi setiap manusia hanya ada dua saja, yaitu apakah fenomena tersebut akan menjadikan tetap beriman dan mengangkat derajat pada maqam para syuhada, atau justru mengantarkan mereka pada pintu-pintu kezaliman.
Gambaran sederhananya adalah bagaimana ketika Imam Sya’labi (w. 427 H) menjelaskan asbab nuzul ayat tersebut. Menurut penuturan Sya’labi bahwa ayat ini berkaitan dengan seorang perempuan yang mendatangi Rasulullah saw, sesaat setelah pulang dari kekalahan Uhud.
Perempuan tersebut mendatangi Rasulullah saw seraya membawa suami, anak dan ayahnya yang gugur di medan Uhud. melihat kejadian ini, Rasulullah saw kemudian berujar, “Apakah demikian kamu akan memperlakukan utusanmu? Kemudian turunlah ayat ini.
Maka tidak heran ketika Imam Ibnu ‘Asyur dalam at Tahrir wa Tanwir menyebutkan bahwa ayat ini adalah bentuk tasliyah atau hiburan bagi orang-orang yang beriman. Kalah dan menang dalam pertempuran adalah hal yang wajar. Maka renungkanlah pada penggalan ayat
وَتِلْكَ الْاَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِۚ
Masa (kejayaan-kekelahan) itu Kami pergilirkan di antara manusia.
*Ketua Umum MUI Penajam Paser Utara