REPUBLIKA.CO.ID,Oleh : Nurachman, S.Ag.,S.Pd
Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa para pahlawannya... pepatah ini sejalan dengan ucapan proklamator kita, Soekarno, "jasmerah" jangan sekali-kali melupakan sejarah... dua kalimat di atas tidak lepas dari sejarah... sebuah tanda tanya besar, ditujukan kepada pelajar-pelajar, "masih adakah yang berminat untuk belajar sejarah?
Kekeliruan metode pembelajaran sejarah yang dikembangkan oleh guru disebabkan oleh faktor: (1) padatnya materi pelajaran sehingga memungkinkan untuk mengambil jalan pintas, berarti mengabaikan aspek afektif dan psikomotorik; (2) guru tidak memiliki pengetahuan dan ketrampilan untuk membelajarkan sejarah yang dapat menarik minat siswa; dan (3) guru cenderung menggunakan satu metode dalam membelajarkan keseluruhan materi, tanpa mempertimbangkan karakteristik dari setiap topik materi yang disampaikan.
Tanpa bermaksud mengabaikan pentingnya membenahi komponen lain, tampaknya pembenahan metode pembelajaran sejarah paling realistis, karena terjangkau oleh guru dan relatif kecil biayanya.
Agar sejarah dapat berfungsi, metode pembelajaran sejarah di sekolah harus dibenahi. Pembenahan metode pembelajaran sejarah tidak sekadar menjadi pemicu minat belajar, tetapi juga sebagai salah satu instrument yang berperan memproses anak didik agar mendapat hasil belajar yang baik. Langkah awal untuk merevitalisasi metode pembelajaran adalah berusahamemahami bagaimana seharusnya mata pelajaran sejarah diajarkan.
Tidak belajar sejarah, tetapi belajar dari sejarah,"itulah yang seharusnya diterapkan guru dalam proses pembelajaran Sejarah. Karena jika siswa hanya belajar sejarah dengan cara menghafal tanggal, bulan, tahun, tempat, kejadian dan tokoh saja, maka sesungguhnya tidak akan pernah menjadi nilai tambah bagi siswa itu sendiri.Sehingga butuh langkah nyata perubahan dari guru sejarah untuk membuat pelajaran sejarah yang “Boring” menjadi “Inspiring”. Adapun bentuk konkritnya yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran “Lorong Waktu”.
Adapun metode “Lorong Waktu” yang digunakan guru sejarah dalam proses pembelajaran yaitu dengan cara siswa di ajak untuk memasuki lorong waktu saat sejarah itu terjadi. Misalnya saat materi sejarah tentang masa praaksara di Indonesia, untuk bisa mengenalkan sejarah masa praaksara atau biasa disebut masa prasejarah.
Kita bisa membawa peserta didik kita untuk masuk ke masa tersebut, adapun bentuk bembelajarannya adalah siswa di bagi beberapa kelompok. Masing masing kelompok harus membuat pakaian yang menggambarkan kehidupan manusia purba pada masa prasejarah . Setelah itu, siswa diajak untuk melakukan aktivitas di luar kelas yang biasa dilakukan oleh manusia purba. Seperti menggunakan kebutuhan hidupnya dengan menggunakan batu. Hal tersebut sebagai pembelajaran tentang pembabakan zaman pra aksara berdasarkan arkeologi. Setelah selesai pembelajaran pada pembahasan kehidupan pra aksara, siswa ditugaskan untuk mengambil hikmah dari pembelajaran tersebut, yang kemudian dipresentasikan di depan kelas secara berkelompok.
Selain memasuki “Lorong waktu” pada masa pra aksara atau masa pra sejarah, siswa juga kita ajak untuk mengenal sejarah perkembangan pada masa Hindu-Buddha di Indonesia. Adapun bentuk pembelajarannya yaitu dengan memasuki “lorong waktu” sejarah kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha.
Siswa kembali dikelompokan sesuai jumlah Kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Siswa juga harus memakai kostum yang menggambarkan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha. Pada tahap ini masing-masing kelompok kerajaan harus menguasai materi tentang kerajaannya, adapun bentuk kegiatan pembelajarannya adalah, setiap kelompok harus membuat Mind Map tentang kerajaannya. Kemudian setiap kelompok harus mempresentasikan tentang kerajaannya masing-masing. Setelah itu, dari kerajaan lainnya harus memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang kerajaannya.
Pada tahap berikutnya, untuk belajar mempertahankan argumen tentang kerajaannya, masing–masing kelompok akan dihadapkan pada satu ajang debat tentang kelebihan kerajaannya dan kelemahan kerajaan lawan. Hal ini untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendalami secara lebih luas tentang kerajaannya masing-masing. Pada kegiatan puncak dari pembelajaran ini adalah diadakannya “perang Suku” sebagai pembuktian kekompakan kelompok –kelompok kerajaan.
Lain halnya dengan akhir dari pembelajaran sejarah kelas tujuh tentang kerajaan-kerajaaan Islam. Selain harus berpakaian kerajaan yang bersifat Islami, setiap kelompok harus tetap mempersiapkan materi yang berhubunhan dengan kerajaannya, yang kemudian dipresentasikan. Namun pada sesi kerajaan islam, siswa tidak dihadapkan pada sesi debat tetapi lebih bersifat kekeluargaan.
Setiap kerajaan yang dikunjungi, harus menyambut tamu dari kerajaan lain dengan hiburan, makanan, dan informasi tentang kerajaannya. Adapun pertanyaan yang diajukan oleh kelompok kerajan lain tidak bersifat menyudutykan, melainkan memberikan informasi tambahan atau sekedar pernyataan. Dan seperti biasanya, diakhir proses pembelajaran, setiap siswa dalam satu kelompok harus menuliskan hikmah dari pembelajaran sejarah tersebut, yang kemudian dipresentasikan.
Penulis adalah guru di sebuah sekolah dasar