REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Awalnya, Abdul Qadir Jailani mengaku tidak mengetahui apapun soal Bidikmisi. Mahasiswa Universitas Hasannudin, Sulawesi Selatan, kelahiran Serang, 17 Agustus 1991, itu bahkan tidak bermimpi meraih beasiswa dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.
Setelah teman-teman sekolahnya banyak membicarakan beasiswa tersebut, mahasiswa akrab disapa Jaelani ini akhirnya tahu, bahwa Bidikmisi diperuntukan bagi para siswa yang berasal dari keluarga kurang mampu dan berprestasi. Ia pun bersemangat mendaftar program beasiswa ini.
Selama duduk di bangku SMA, Jaelani aktif di berbagai organisasi sekolah, seperti OSIS, pramuka, klub bahasa inggris, dan pentas seni. Prestasinya di bidang akademik pun sangat gemilang. Jailani selalu mendapatkan juara 2 dan 3, dan mendapatkan peringkat keempat nilai terbaik ujian nasional di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.
"Karena prestasi yang saya miliki, saya ditawari mengikuti beasiswa Bidikmisi oleh sekolah," tutur Jailani ditemui di acara Silaturahmi Nasional Bidikmisi, di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (27/02/2014).
Jailani adalah putra kedua dari empat bersaudara. Sejak umur 5 tahun ia sudah ditinggal pergi ayanya. Untuk melanjutkan hidup, ibunya berjuang bekerja menjadi tenaga kerja di Arab Saudi selama 7 tahun.
Setiba ibunda dari Arab Saudi, tutur Jailani, ia dan saudara kandung lainnya diminta untuk tinggal di rumah keluarga ayahnya.
"Begitu berat rasanya ditinggal sang Ibu," ujarnya.
Ia mengatakan, ingin melakukan perubahan dikeluarga. Karena itulah, ia mencoba untuk mendaftar Bidikmisi.
"Percaya tidak percaya, saya bisa lulus pendaftaran Bidikmisi dan menjadi kebanggaan bagi saya bisa melanjutkan keperguruan tinggi, yang tadinya tidak terbayangkan oleh saya apa bisa melajutkan ke perguruan tinggi," kata mahasiswa jurusan Sastra Inggris ini.
Menjadi mahasiswa peraih beasiswa, prestasi yang dimiliki Jailani terus bersinar. Ia pernah menjadi pemandu international pada HUT Provinsi Sulawesi Selatan. Jailaini juga menjadi finalis debat bahasa Inggris tingkat nasional, finalis lomba program wirausaha mahasiswa, finalis pekan kreatif mahasiswa bidang kewirausahaan, menjadi duta BNN Sulawesi Selatan, serta menjadi Ketua Bidikmisi periode 2012-2013 di Universitas Hasanudin.
Banyak kegiatan tidak berarti prestasi akademiknya merosot. Indek prestasi yang pernah dicapainya selalu baik. Pada semester pertama ia meraih IPK 3,97, semester kedua 3,63, semester ketiga 3,64, semester keempat 3,63, dan semester lima 3,75.
Jailani mengaku, menerima uang saku dari program Bidikmisi tidak digunakannya dengan cuma-cuma. Ia berpikir mulai dari Bidikmisi bisa menghasilkan sesuatu dan dinikmati banyak orang.
"Uang yang saya dapatkan itu saya kelola lagi dengan beternak ayam di Kabupaten Wajo Sulawesi Selatan," jelasnya.
"Bidikmisi menjadi adrenalin yang harus dibangkitkan, bahwa ini bukan beasiswa semata, tapi ini bantuan yang diberikan kepada generasi bangsa yang memiliki semangat demi masa depan," katanya.