Rabu 28 Nov 2012 07:30 WIB

Sutan Jelas Salah Sasaran

Mantan presiden Gus Dur
Foto: Wordpress
Mantan presiden Gus Dur

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Nashih Nashrullah (wartawan Republika)

Bila, sosok almarhum KH Abdurrahman Wahid, masih hidup, tentunya bukan Sutan Bhatoegana yang meminta maaf. Tapi, Gus Dur, begitu akrap disapa, justru yang akan memaafkan politikus Partai Demokrat tersebut. “Gitu aja kok repot.” Celetukan khas itu, mungkin saja akan keluar dari cucu KH Hasyim Asy'ari itu.

Begitulah Gus Dur. Ia adalah sosok pemaaf. Nyaris tidak ada dendam tersisa, bagi siapa pun yang menyakitinya. Termasuk terhadap 'lawan' politik, yang konon berkonspirasi menggulingkan presiden keempat RI tersebut melalui Sidang Istimewa MPR RI pada 23 Juli 2001. “Saya maafkan karena saya tidak punya musuh,” katanya dalam rekaman wawancara di sebuah stasiun televisi.

Namun, di kalangan warga Nahdlatul Ulama atau dikenal Nahdliyin, tentu saja ucapan yang disampaikan oleh Sutan pada Dialog Kenegaraan oleh Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang bertema “Pembubaran BP Migas untuk Kemakmuran Rakyat?” (21/11), bahwa Gus Dur dilengsengkan lantaran terlibat skandal Buloggate dan Bruneigate, tentu salah sasaran. Alias ngawur.

Sutan lupa bahwa Abdurrahman Addakhil-nama semasa kecil Gus Dur-adalah sosok yang dihormati Nahdliyin. Baik ketika masih hidup ataupun sudah meninggal. Ketika Gus Dur hidup, jelas bagaimana penghormatan yang diberikan. 'Darah biru' yang ditunjang dengan kejeniusan Gus Dur, merupakan magnet luar biasa bagi Nahdliyin. Gus Dur adalah panutan.

Begitu pula, rasa hormat mereka saat Gus Dur telah meninggal. Makamnya, tiap hari tak sepi peziarah. Ribuan pelayat mengunjungi makam Gus Dur di Tebu Ireng, Jombang, tiap harinya. Ziarah Walisongo, tak lengkap tanpa menyambagi peristirahatannya. Bagi Nahdliyin, Gus Dur adalah wali kesepuluh.

Di sisi lain, tentu, ucapan Sutan mencederai hati warga NU. Ini mengingat, sejarah dan fakta sangat bertolak belakang dengan pernyataannya. Dua bulan sebelum pemakzulan Gus Dur, tepatnya 28 Mei 2001, Kejaksaan Agung (Kejakgung) melalui Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kejakgung) Agung Muljohardjo mengungkapkan ketidakterlibatan Gus Dur dalam Skandal Buloggate dan Bruneigate.

Agung mengatakan, sebanyak 34 saksi yang diperiksa menyatakan bahwa Gus Dur bersih dari dugaan keterlibatan kasus penyelewengan dana Yayasan Bina Sejahtera (Yanatera) Bulog dengan total kerugian Rp 35 miliar itu. Demikian juga, dengan kasus kedua yaitu Bruneigate. Dana sebesar dua juta dolar Amerika itu adalah zakat. Ini yang lantas disusul dengan dikeluarkannya Surat Perintah Penghentian Penyelidikan (SP3).

Atau, jangan-jangan, Bung Sutan terilhami dengan anekdot dari Gus Dur, ketika 'bermain-main' dengan mereka yang telah meninggal. Lantaran, mereka yang sudah wafat, tak lagi memiliki kepentingan apa pun. Sehingga, ia bebas main hantam begitu saja. Ah, sepertinya, perkiraan saya itu hanya imaji saja.

Tapi bolehlah, sedikit bernostalgia denga anekdot itu. Bagi penggemar Gus Dur, tentu ingat dengan kelakarnya yang satu ini. Konon, Gus Dur memang dikenal rajin berziarah ke makam-makam leluhur. Terkadang, hingga merepotkan koleganya. Apakah ini menyangkut kepercayaannya tentang isyarat-isyarat? Tak usah terlalu bernalar jauh. Apa jawaban singkat Gus Dur? “Saya datang ke makam, karena saya tahu. Mereka yang mati itu sudah tidak punya kepentingan lagi,” katanya.

Namun, lagi-lagi, Bung Sutan, tak acuh terhadap posisi Gus Dur di mata Nahdliyin. Cucu dari KH Bisri Syansuri itu adalah pribadi yang disegani dan dihormati. Mencederainya berarti sayatan bagi keluarga besar NU. Sebuah hadis menyebut, merendahkan orang yang telah wafat akan melukai hati keluarga yang masih hidup. Sebab itu, jauhi.

Reaksi keras dari kalangan Nahdliyin, bisa dimaklumi. Desakan agar Sutan meminta maaf pun terus menguat. Tak terkecuali, somasi untuk partai yang menaunginya. Tampaknya, bangsa ini perlu belajar dari kebesaran hati Gus Dur. Berani memberi atau meminta maaf. Selain itu, tentu, ini adalah pembelajaran berharga. Siapa pun, hendaknya jangan asal bunyi. Karena, dalam konteks ini jelas, sikap dan pernyataan yang dikeluarkan oleh Bung Sutan, salah sasaran.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement