Selasa 24 Jun 2014 20:17 WIB

Ini Amerika Latin, Bung!

Citra Listya Rini
Foto: Dok Pri
Citra Listya Rini

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Citra Listya Rini, citra.republika@yahoo.com

 

Ya, ini Amerika Latin, Bung! Mungkin ini kalimat yang pantas untuk menggambarkan Piala Dunia 2014 di Rio de Janeiro, Brasil. Bagi Anda yang setia menyaksikan Piala Dunia 2014 sejak dua pekan lalu tentu setuju bahwa rata-rata tim dari Amerika Latin lah yang mampu unjuk gigi di negeri Samba.

Sudah dipastikan juara dunia baru akan lahir di Brasil. Mengingat sang juara bertahan, Spanyol gagal menembus babak 16 besar. El Matador tidak mampu bermain gemilang di bumi Amerika Latin, tiki taka Spanyol seakan hilang magisnya di Piala Dunia. 

Terlepas dari kutukan tim juara bertahan selama ini di Piala Dunia, Spanyol yang merupakan salah satu wakil benua Eropa ini tidak sanggup menjinakkan bumi Amerika Latin. Cuaca di negeri Samba yang katanya cukup mempengaruhi performa tim-tim dari benua Eropa. Brasil yang beriklim tropis ternyata cukup membuat 'gerah' tim-tim dari benua biru.

Kelembaban. Ya, tim-tim dari Eropa berperang melawan kondisi asing selama di Brasil. Berbeda dengan tim-tim dari daratan Asia, Australia, Amerika, Amerika Latin dan Afrika yang sedikit akrab dengan kondisi di negeri Samba. Kelembaban memiliki efek terhadap tingkat energi pemain, jadi tidak heran kalau tim-tim dari Eropa kurang bahagia selama berada di Brasil. Pun, skuat Amerika Serikat (AS) masih harus menyesuaikan diri dengan kelembaban di Brasil. 

Adalah Italia dan Inggris, contoh dua tim dari benua biru yang mengeluhkan kelembaban di Brasil. "Kami berjuang habis-habisan melawan kelembaban. Kami betul-betul harus menyesuaikan dengan kelembaban di Brasil yang menyulitkan," kata Pelatih Timnas Italia Cesare Prandelli belum lama ini.

Misalnya, lokasi Manaus yang terisolir dari kota lain dan sepenuhnya dikelilingi oleh hutan Amazon menjadi keluhan. Manaus yang juga disebut Jantung Amazon ini memang menjadi salah satu lokasi perhelatan Piala Dunia 2014.  Arena de Amazonia, salah satu stadion pertandingan Piala Dunia 2014, berlokasi di kawasan yang terpencil. Plus, diselimuti suhu udara yang sangat panas. 

Tidak heran jika Pelatih Timnas Inggris Roy Hodgson sempat mengeluarkan keluhannya. Menurutnya, lokasi stadion tersebut tidaklah ideal untuk pertandingan sepak bola. Mengetahui bakal adanya keluhan seputar kelembaban udari di Brasil, sebelumnya Badan Sepak Bola Dunia (FIFA) menyatakan memungkinkan adanya istirahat pendinginan ketika suhu di atas 90 derajat Fahrenheit atau 32 Celsius. 

FIFPro Chief Medical Officer Vincent Gouttebarge menegaskan istirahat tersebut bisa dilangsung selama 3-4 menit untuk menghindari hidrasi pemain."Sports science menunjukkan bahwa jumlah cairan atlet bisa menelan dan mencerna selama berolahraga hingga 200-250ml setiap 15 menit," kata Gouttebarge dalam sebuah pernyataan seperti dilansir Fox News. "Strategi re-hidrasi yang optimal bisa mengandalkan dua istirahat pendek air setiap 15 menit selama setiap setengah pertandingan, ketimbang empat menit istirahat dalam setiap 45 menit".

Karena itu, tiga poin penting yang sangat diperhatikan tim-tim yang berlaga di Piala Dunia 2014 adalah hidrasi, nutrisi dan istirahat. Cristiano Ronaldo, Wayne Rooney, Fernando Torres hingga Mario Balotelli terlihat ‘kegerahan’ karena kelembaban di Brasil. Beberapa kali mereka menyeka keringatnya.

Sebaliknya, pesepak bola kelahiran bumi Amerika Latin tidak terlalu bermasalah dengan kelembaban di Brasil. Lihat saja bagaimana Uruguay membantai the Three Lions, Inggris. Bomber Uruguay Luis Suarez dengan leluasa mampu memporakporandakan Inggris. Atau lihat juga Cile yang sangat merepotkan Belanda, Argentina yang menggoyang Bosnia-Herzegovina ataupun tuan rumah Brasil yang sukses menjinakkan Kroasia. 

Boleh dibilang Piala Dunia 2014 pun seakan milik tim-tim Amerika Latin. Bahkan, menilik sejarah ke belakang, belum ada satupun tim dari benua Eropa yang berhasil menjuarai Piala Dunia di kawasan Amerika Latin. 

Coba simak daftar juara Piala Dunia dan tuan rumah yang Republika Online rangkum: 

- Piala Dunia 1930, dihelat di Uruguay, Piala Dunia kali pertama ini dijuarai oleh tuan rumah Uruguay dan Argentina sebagai runner-up.

- Piala Dunia 1950, yang dihelat di Brasil melahirkan juara dari bumi Amerika Latin. Uruguay keluar sebagai juara dan runner-up direbut oleh tuan rumah Brasil.

- Piala Dunia 1962, yang diselenggarakan di Cile lagi-lagi dimenangkan tim non-Eropa. Adalah Brasil yang keluar sebagai juara dan  Cekoslovakia sebagai runner-up.

- Piala Dunia 1970, yang digelar di Meksiko juga masih didominasi tim Amerika Latin. Negeri Samba alias Brasil keluar sebagai kampiun dan Italia mampu menyodok posisi runner-up.

- Piala Dunia 1978, yang diselenggarakan di bumi Amerika Latin pun bukan milik tim benua biru.  Tuan rumah Argentina keluar sebagai juara dan Jerman Barat menempati runner-up.

- Piala Dunia 1986, yang diadakan di Meksiko kembali jadi ajang unjuk gigi tim Amerik Latin. Argentina keluar sebagai juara dan Jerman Barat sebagai runner-up.

Tidak ada satupun tim asal Eropa yang mampu keluar sebagai juara di Piala Dunia edisi Amerika Latin.  Sembilan dari sepuluh edisi Piala Dunia yang dihelat di Eropa dimenangkan oleh tim-tim asal benua biru. Kecuali edisi Piala Dunia 1958 Swedia yang dimenangkan oleh Brasil, dimana ketika itu Pele menunjukkan eksistensinya ke dunia. 

Mungkinkah sejarah ini akan kembali terulang di Brasil? Akankah Piala Dunia 2014 milik Neymar bersama Brasil, Lionel Messi bersama Argentina, atau Luis Suarez bersama Uruguay. Masih terlalu dini untuk memprediksi jawaban dari pertanyaan tersebut. 

Apalagi Piala Dunia 2014 baru bergulir dua pekan. Tapi, bukan mustahil tim favorit juara dari Eropa, seperti Jerman, Italia, Belanda atau kuda hitam seperti Belgia bisa saja menghadirkan kejutan di Piala Dunia 2014.  Pun, tim dari benua hitam Afrika bisa saja menyodok untuk mengukir sejarah di Piala Dunia.

Juru Bicara Timnas Jerman Oliver Bierhoff mengatakan hampir mustahil bagi Jerman atau tim benua biru untuk menjuarai Piala Dunia 2014 di Brasil. “Ibarat gunung tinggi yang harus ditaklukkan. Tim-tim dari Amerika Latin biasanya lebih diuntungkan (karena bermain di benua mereka sendiri),” kata Bierhoff seperti dikutip ESPN.

Meski perkataan Bierhoff bukan tanpa alasan tapi sepak bola adalah sepak bola. Apa saja bisa terjadi. Siapa sangka Thomas Mueller mampu mencetak hattrick buat Jerman di Piala Dunia 2014. Pun, gol spektakuler yang dicetak Robin van Persie untuk Belanda atau ketajaman Mario Balotelli bersama Brasil. Para pemain asal Eropa ini mampu menyaingi bintang lapangan hijau kelahiran bumi Amerika Latin di Piala Dunia 2014.

Mueller, Van Persie dan Balotelli mampu unjuk gigi di tengah euforia Neymar yang asyik menari Samba bersama Brasil, Messi yang menikmati goyangan dengan tim Tango atau Suarez yang semakin menunjukkan kelasnya bersama Uruguay.  Milik siapakah Piala Dunia 2014? “Piala Dunia 2014 milik Neymar dan Brasil,” begitu kata Pelatih Brasil Luis Felipe Scolari. 

Mampukah tim Samba menambah trofi juara dunia yang telah direbut pada Piala Dunia tahun 1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002? Kita tunggu saja hingga ajang empat tahunan sepak bola ini berakhir. Sekali lagi, ini bumi Amerika Latin, Bung!

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement