Sabtu 01 Dec 2018 12:59 WIB

Tolong Ada Sampah di Sini

Kekhalifahan Abbasiyah pernah mengalami masalah sampah kronis.

Agung Sasongko
Foto: Dok. Pribadi
Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Agung Sasongko*

Oh sampah, engkau selalu jadi buah bibir

Bau-mu menyengat, tampilanmu sungguh seronok

Oh sampah, andai saja kau bisa bicara,

Tentu kau akan tunjuk siapa yang membuatmu menjadi liar

Oh sampah, tunjuk saja, siapa pelakunya..

Belum lama ini, kabar mengejutkan datang dari lautan. Seekor paus sperma tewas dengan isi perut dipenuhi sampah plastik. Juga penulis lihat di jejaring video, seekor kura-kura hidungnya kemasukan sedotan plastik. Begitu keras upaya aktivis binatang mencoba mencabut sedotan tersebut hingga hidung sang penyu berdarah. Miris.

Menurut catatan Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), sampah rumah tangga yang di hasilkan masyarakat masih meliputi lebih dari 50 persen produksi sampah nasional.

Jumlah itu jauh lebih banyak dari pada produksi sampah dari pasar tradisional dan kawasan niaga. Sampah-sampah dari darat tersebut kemudian mengalir melalui sungai-sungai, utamanya di kota-kota besar, menuju lautan.

Kekayaan alam  tercemar hanya karena sampah. Padahal rumus paling murah dan tak perlu berpeluh keringat untuk mengatasi masalah ini adalah kesadaran. Manusia hanyalah satu bagian dari alam raya. Bagian lainnya, tumbuhan, hewan, lautan, hutan dan lainnya. Tegakah kita melihat keharmonisan ini terganggu hanya karena kurangnya kesadaran.

Kekhalifahan Abbasiyah pernah mengalami masalah kronis ini. Udara Ibu kota kekhalifahan, Baghdad, baunya tak karuan. Barulah, melalui gerakan bersih diri yakni gerakan membersihkan hati dari penyakit seperti iri, dengki, khianat dan lainnya, persoalan sampah yang membuncah pun berangsur-angsur hilang.  Poinya adalah memang perlu ada gebrakan.

Gebrakan ini membutuhkan konsistensi semua pihak. Pemerintah sebagai regulator perlu menyiapkan regulasi yang ketat mengatur masalah sampah. Ingat pak, jangan sekedar poster. Apalagi iklan televisi yang tak pernah tepat jam tayangnya. 

Pemerintah selaku pimpinan juga harus memberikan contoh kepada masyarakat. Percuma saja, aturan dibuat untuk dilanggar. Pelanggarnya pun yang pembuat aturan.  Pihak swasta juga perlu dilibatkan. Kerahkan segala sumber daya.

Di masyarakat, utamanya di lingkungan RT, perlu lebih aktif lagi menjaga kebersihan lingkungannya. Kordinasi antar lingkungan juga diperlukan guna memperkuat upaya yang dilakukan. Jadi, semua aktivitas terpantau. Misalnya, warga yang hendak buang sisa sayuran ke saluran air bisa dicegah.

Masalah kebersihan juga harus lebih masif digalakan di sekolah. Utamanya, jadi prioritas dalam kurikulum. Buatlah para peserta didik untuk lebih peduli. Juga buat mereka berpikir untuk mencari solusi soal masalah ini. Kelak, melalui pemikiran mereka akan lahir satu inovasi penting.

Nantinya, kalau gerakan sudah memasyarakat tentu akan lebih mudah. Ingat, negara lain sudah memulainya dengan susah payah. Kini mereka telah menikmati susah payah ini dengan rasa bangga. Mereka bangga menjaga kebersihan lingkungannya. Wisatawan yang datang pun akhirnya menuliskan hal indah soal negara ini.

Penulis melihat sudah banyak bermunculan komunitas yang sadar akan pentingnya kebersihan. Mulai dari kebersihan lingkungan, tempat ibadah, dan area publik lainnya. Ini tentu perkembangan yang menggembirakan. Jika saja gerakan yang mereka rintis ini menjalar ke seluruh daerah, sudah pasti akan datang kabar gembira.

Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta melaporkan anggaran kebersihan bisa hemat 50 persen dari Rp.2,5 triliun jika masyarakat mengurangi sampah dan melakukan pengelolaan sampah secara mandiri. Jika masyarakat dapat memilah dan mengurangi sampah serta menjaga kebersihan lingkungan, maka dapat dilakukan efisiensi anggaran sehingga tidak perlu menghabiskan banyak biaya untuk keperluan armada kebersihan dan petugas harian lepas. Tuh kan.

Ustaz Hasan Basri Tanjung dalam bukunya menuliskan Kebersihan, adalah perintah Allah yang memperlihatkan cinta-Nya pada Muslim. Kebersihan Muslim yang diperintahkan adalah kebersihan secara lahir dan batin.  Paling mudah tentu adalah kebersihan lahiriah yang tampak parameternya.

Kebersihan lahiriah juga termasuk bersihnya lingkungan, selain tubuh Muslim itu sendiri. Begitu pula kaitannya dengan lingkungan saat ini, di tengah musim hujan dan mewabahnya penyakit-penyakit seperti demam berdarah dengue (DBD) dan virus zika yang dibawa oleh nyamuk, ia menegaskan semua itu dampak dari manusia yang tak membersihkan lingkungan.

Bahkan hampir semua buku fikih Islam diawali dengan pembahasan thaharah atau membersihkan diri. Ini memperlihatkan betapa pentingnya kebersihan dalam agama Islam. Rasulullah SAW bersabda, ''Kebersihan itu adalah sebagian daripada iman.'' Jika kebersihan diri dan lingkungan sudah terjaga, tentu kesehatan akan diperoleh.

Jadi, masih mau buang sampah sembarangan?

*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement