Selasa 30 Apr 2019 11:49 WIB

Naruhito: Sosok Gigih dan Penyayang di Kekaisaran Jepang

Kaisar Jepang Akihito turun tahta dan digantikan Pangeran Naruhito.

Kaisar Jepang Akihito setelah menyelesaikan ritual turun takhta setelah tiga dekade berkuasa di Istana Kekaisaran di Tokyo, Selasa (30/4).
Foto: Japan Pool via AP
Kaisar Jepang Akihito setelah menyelesaikan ritual turun takhta setelah tiga dekade berkuasa di Istana Kekaisaran di Tokyo, Selasa (30/4).

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Lintar Satria

Jepang akan segera memiliki kaisar baru. Pangeran Naruhito, sang calon pemangku takhta kekaisaran Bunga Seruni itu, ternyata seorang musisi dan sejarawan.

Ia seorang yang sopan tetapi juga gigih, orang yang dapat bekerja sama dengan baik dan setia kawan. Ia akan membawa perspektif global ke salah satu monarki tertua di dunia.

Pada 1 Mei nanti Naruhito akan menjadi kaisar Jepang. Ia tidak terperangkap dalam bayang-bayang Perang Dunia II yang menyelimuti kekaisaran ayahnya, Akihito. Ia mungkin dapat menikmati kebebasan yang lebih banyak dalam membentuk kekaisarannya.

Konstitusi Jepang hanya memberikan status kepada kaisar mereka. Naruhito tampaknya akan mengulang apa yang telah ayahnya kerjakan, yaitu menekan perannya sebagai simbol nasional. Akihito akan mengakhiri masa kekuasaannya selama tiga dekade pada 30 April mendatang.

photo
Naruhito: Putra Mahkota Jepang Naruhito bersama istrinya Masako di Tokyo, Jepang.

Naruhito akan menjadi kaisar Jepang pertama yang pernah belajar di luar negeri. Ia dianggap sebagai generasi baru kekaisaran Jepang, yang pandangannya ditempa oleh ibunya, yakni Permaisuri Michiko, dan Akihito yang melawan tradisi dengan cara membuka istana untuk rakyat.

Akihito dan Michiko, wanita yang berasal dari kalangan rakyat biasa, memutuskan untuk membesarkan anak-anak mereka sendiri. Mereka tidak mengandalkan pembantu atau staf kekaisaran.

Mereka juga mendukung ketika Naruhito memutuskan untuk sekolah di Universitas Oxford, Inggris. Di perguruan tinggi itu ia meneliti sistem transportasi Sungai Thames selama ia berada di Inggris pada tahun 1983 sampai 1985.

"Dia akan menjadi kaisar yang fantastis. Ia orang yang penyayang, ia orang yang rendah hati, tetapi tidak pernah melupakan tugasnya sebagai putra mahkota, dan ia tidak akan pernah melupakan itu semua sebagai seorang kaisar," kata salah satu teman Naruhito selama di Oxford, Keith George, kepada kantor berita Associated Press.

George mengingat selera humor Naruhito dan kecintaan mereka berdua pada musik. George memainkan banjo, sementara Naruhito bermain biola. Perhatian dan kemampuannya untuk tidak menonjolkan statusnya sebagai anggota kerajaan membuat Naruhito meninggalkan kesan yang kuat.

"Ia tidak melihat segalanya berdasarkan apa yang berarti untuknya. Ia akan melihat apa yang berarti bagi orang-orang di sekelilingnya," kata George yang kini menjadi pengacara di Charleston, West Virginia.

Dalam memoarnya, Naruhito menulis pengalamannya di Inggris. Ia juga mengungkap hal-hal lucu yang ia alami selama jauh dari rumah seperti kesalahannya dalam menggunakan mesin cuci sehingga airnya meluber ke mana-mana.

Naruhito akan menjadi kaisar Jepang yang ke-126. Dalam konferensi tahunan yang menandai ulang tahunnya pada 23 Februari lalu, Naruhito menyatakan ia akan membuka kemungkinan peran baru yang sesuai dengan zaman. Namun, ia mengatakan, ayahnya akan bekerja sebagai pemandunya.

"Saya berharap melihat dia untuk mengembangkan caranya sendiri dalam beberapa tahun ke depan. Putra Mahkota sudah melihat dengan cermat kerja Kaisar Showa dan kaisar saat ini dan belajar dari mereka, sementara mencoba mencari tahu peran seperti apa yang bisa ia lakukan," kata teman Naruhito lainnya, Toshio Shiraishi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement