REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Hermawan*
Genderang persaingan Liga Primer Inggris musim kompetisi 2019/ 2020 akan ditabuh pada akhir pekan ini. Ajang Community Shield yang mempertemukan antara juara bertahan Manchester City melawan runner up Liverpool pada Ahad (4/8) WIB, menjadi penanda dimulainya kompetisi terelit di negeri Ratu Elizabeth.
Musim lalu, pencinta Liga Primer Inggris disuguhkan persaingan ketat antara Manchester City dengan Liverpool. Pasukan Pep Guardiola dan Juergen Klopp salip menyalip di pucuk pimpinan klasemen. Tercatat, kedua tim telah belasan kali menjadi pemuncak klasemen sementara. The Citizen dan the Reds sama-sama mati-matian memperebutkan dan mempertahankan keunggulan poin demi poin.
Liverpool akhirnya harus mengikhlaskan trofi yang menjadi idaman mereka sejak puluhan tahun kembali dibawa pulang City. The Kopites harus puas duduk di peringkat kedua, setelah kalah hanya satu poin dari the Blue Sky yang menjadi juara bertahan. Musim lalu, City dan Liverpool sama-sama menjadi dua klub yang paling menjadi perhatian di kompetisi sepak bola, bukan hanya di tanah Inggris namun seluruh daratan Eropa. Bagaimana tidak, Skuat Manchester City menjadi tim yang mampu meraih seluruh trofi di kompetisi lokal Inggris, mulai dari Primer League, FA Cup hingga Piala Liga (EFL).
Sementara Liverpool mencatatkan diri sebagai tim yang 'paling tidak beruntung' di kompetisi Liga Primer Inggris musim lalu. Sebab, mereka gagal merebut trofi Liga Primer Inggris meski menjadi tim dengan catatan hanya sekali mengalami kekalahan. Namun, kegagalan di kompetisi lokal dibayar lunas oleh skuat asuhan Juergen Klopp dengan menjadi juara Liga Champions.
Bisa dikatakan, musim kompetisi 2018/ 2019 adalah panggung bagi tim-tim asal Liga Primer Inggris. Hal itu dikarenakan keberhasilan tim-tim asal Liga Inggris menembus partai final di dua ajang kompetisi antar klub eropa. Di Liga Champions, Liverpool dan Tottenham Hotspurs tampil di final. Sementara di Liga Europa, Chelsea dan Arsenal yang tampil di final. Praktis, tim-tim asal negeri Ratu Elizabeth yang mendapatkan seluruh trofi bergengsi di tanah Eropa musim lalu.
Jelang bergulirnya musim baru Liga Primer Inggris, sejumlah pihak kembali memprediksi persaingan sengit antara City dan Liverpool akan kembali terjadi. Hal itu wajar jika menilik penjelasan dan track record kedua tim seperti yang dituliskan di atas. Namun, yang harus diingat Liga Primer Inggris adalah kompetisi yang paling sulit ditebak hasilnya. Hal itu pernah disampaikan Jose "the Spesial One" Mourinho, kala masih menjadi pelatih Chelsea. Mou pernah berujar ada sesuatu yang berbeda di Liga Primer Inggris, dimana tidak selalu tim yang diunggulkan bisa mudah memenangi persaingan.
Hal itu juga disadari oleh Kapten Liverpool Jordan Henderson. Ia menilai persaingan Liga Primer Inggris musim depan bukan bakal hanya milik timnya dengan Manchester City. Apa yang disampaikannya berdasarkan yang terjadi pada pramusim ini. Sejumlah tim, mulai dari langganan big four hingga tim-tim promosi terus memperkuat skuatnya. Bahkan, Aston Villa yang menjadi salah satu tim promosi, tercatat sebagai tim yang paling gencar belanja pemain pada bursa transfer musim panas ini.
Menarik memang mencermati pergerakan klub-klub peserta Liga Inggris dalam memperkuat skuat mereka pada bursa transfer musim panas ini. Berbagai alasan, demi bisa bersaing di jalur juara, masuk empat besar, dapat tiket ke zona Eropa musim depan, atau demi bertahan agar tak terdegradasi hingga desakan dari para fans, membuat klub-klub tersebut tak ragu memboyong pemain.
Seperti yang dilakukan Arsenal. Beberapa waktu lalu, ada video menarik yang beredar di media sosial. Video itu menunjukan fans the Gunners yang tengah membeli jersey rilisan terbaru untuk musim depan. Saat diwawancara, salah seorang fans dengan lantang berujar "Saya telah membeli jersey untuk home dan away terbaru, tapi mana pemain barunya?," tegas fans itu. Entah mendengar tuntutan fans, atau memang berniat memperkuat skuat, Arsenal kemudian tidak ragu membeli pemain. Bahkan, kubu Emirates, rela membobol brangkas mereka dan memecahkan rekor pembelian klub tersebut untuk merekrut seorang Nicolas Pepe, yang mungkin bagi skill dan kualitasnya belum banyak mengundang decak kagum para pencinta sepak bola.
Berbeda lagi dengan Manchester United. Tuntutan agar kembali bertaring pada musim baru, membuat Ole Gunnar Solskjaer sejak akhir musim lalu berniat memboyong banyak pemain baru. Saat ini, Setan Merah memang masih dibuat dag-dig-dug dengan sikap Paul Pogba yang memberi sinyal ingin hengkang. Namun, sampai jelang bursa transfer ditutup, nampaknya belum ada tanda MU bakal kehilangan pemain Prancis itu. Justru, kini Romelu Lukaku yang kemungkinan bakal hengkang. Namun, bisa dikatakan penjualan Lukaku tak akan menurunkan kualitas lini serang MU musim depan.
Sebab, sejumlah penyerang muda United, seperti Rashford, Lingard dan Martial bisa diandalkan asal mendapat sokongan bagus dari lini tengah. MU pun bisa dibilang diuntungkan jika menjual Lukaku. Sebab, Juventus siap menukar pemain asal Belgia itu dengan Paulo Dybala dan Mandzukic, yang bisa menjadi tambahan amunisi bagus untuk MU. Tuntutan agar menjadi tim kuat juga membuat MU siap memecahkan rekor membeli pemain belakang termahal, yakni Harry Maguire dari Leicester, yang kabarnya harganya mencapai 80 juta pound.
Begitu juga dengan Tottenham Hotspurs. the Lily White sempat jadi bahan olokan karena tidak belanja pemain musim lalu. Namun musim ini, tak tanggung-tanggung mereka menghabiskan 65 juta euro hanya untuk memboyong Tanguy Ndombele. Belum lagi tim-tim lain seperti Chelsea yang meski tak bisa membeli pemain, namun masih punya "stok" pemain yang datang karena dibeli pada musim sebelumnya.
Yang menarik justru melihat apa yang dilakukan Manchester City dan Liverpool pada bursa transfer musim panas ini. Kedua tim yang digadang-gadang bakal kembali menguasai persaingan Liga Primer Inggris musim depan, justru terlihat "adem ayem" saja. Pembelian fantastis City hanya Rodri dari Atletico Madrid. Selebihnya City hanya membeli Angelino dari PSV Eindhoven dan kiper Zack Steffen dari tim liga Amerika Serikat, yang mungkin bakal banyak duduk dibangku cadangan, mengingat materi pemain City sudah banyak yang handal untuk posisi kedua pemain baru itu.
Sementara Liverpool, hanya memboyong remaja berusia 17 tahun, Sepp van den Berg dari klub liga Belanda PEC Zwolle, serta Harvey Elliots dari Fulham. Entah apa yang dipikirkan Klopp, mungkin dia merasa skuatnya sudah cukup kompetitif sehingga tak perlu membeli pemain baru atau lainnya. Namun harus juga diingat, sepak bola tidak hanya tergantung pada banyaknya pemain bintang dari dalam sebuah tim, banyak faktor yang bisa mempengaruhi perjalanan sebuah tim dalam meraih prestasi.
Melihat pergerakan tim-tim di bursa transfer akan semakin menarik untuk disimak, apakah persaingan Liga Primer Inggris hanya akan menjadi milik City dan Liverpool lagi, atau justru keduanya yang musim depan harus mati-matian bertahan masuk dalam posisi big four
*) Penulis adalah jurnalis republika.co.id