Selasa 09 Oct 2012 23:50 WIB

Singa Terluka dari Suriah

Ikhwanul Kiram Mashuri
Foto: Republika/Daan
Ikhwanul Kiram Mashuri

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ikhwanul Kiram Mashuri

Namanya Bashar Assad. Bashar/Basyar artinya pembawa berita baik. Sedangkan, Assad yang merupakan nama keluarga (family name) bermakna singa. Bapaknya bernama Hafid Assad. Hafid berarti penjaga. Bapak dan anak merupakan Presiden Suriah. Hafid berkuasa dari 22 Februari 1971 hingga 10 Juni 2000. Setelah meninggal dunia, Hafid kemudian digantikan si anak, Bashar Assad, yang menjadi Presiden Suriah hingga kini.

Di dunia Arab, Assad sebagai nama orang maupun nama keluarga sangat tidak lazim. Apalagi, Assad alias singa tidak hidup di padang pasir atau persawahan yang menjadi ciri khas alam Suriah atau Timur Tengah pada umumnya.

Berbagai sumber tidak menyebutkan mengapa keluarga Bashar atau Hafid memakai nama Assad.

Yang jelas, bapak dan anak sama- sama tidak mengenal kompromi terhadap kaum oposisi. Seperti halnya singa, bapak dan anak selalu siap menerkam siapa pun yang ingin melawan atau mengganggu singgasananya.

Apalagi, sekarang ini, si singa junior alias Bashar Assad sedang terluka. Sejak 18 bulan lalu, singgasananya mulai digoyang kaum oposisi. Sejak itu, demonstrasi besar-besaran menentang kekuasaannya terus berlangsung hampir setiap hari. Setiap hari pula Assad tidak hanya mengaum, tapi ia telah dan terus memangsa rakyatnya sendiri yang mencoba menjatuhkan kekuasaannya. Jumlah korban yang tewas sudah ribuan. Sumber lain menyebutkan puluhan ribu.

Assad tampaknya tidak mau nasibnya seperti yang menimpa para koleganya yang lebih dulu berhasil dimangsa aksi-aksi demonstrasi besar-besaran rakyatnya. Zainal Abidin bin Ali mundur dari Presiden Tunisia setelah berkuasa 23 tahun karena tidak tahan menghadapi aksi unjuk rasa rakyatnya. Ia dan istrinya kemudian hidup di pengasingan di Arab Saudi. Kolonel Muammar Qadafi ditembak rakyatnya setelah 42 tahun bertakhta. Keluarganya kini kocar- kacir dan hidup merana. Husni Mubarak dilengserkan rakyatnya setelah menjadi Presiden Mesir selama 30 tahun lebih.

Dari sejumlah negara Arab yang bergolak terkena ombak raksasa aksi-aksi ketidakpuasan rakyat yang melanda kawasan Timur Tengah, kini tinggal Assad yang bertahan. Minimal untuk sementara waktu. Ibarat mobil yang parkir di lahan sempit, ia kini maju kena dan mundur pun kena. Bila mundur maka nasib buruk yang menimpa Zainal Abidin, Mubarak, dan Ali Abdullah Soleh pun menunggunya. Sedangkan, bila terus maju, ia bisa bernasib seperti Qadafi yang tewas ditembak kaum oposisi. Dan, Assad tampaknya memilih untuk maju.

Ia mencoba bisa keluar dengan selamat dari "lahan sempit itu". Di tingkat internasional, Bashar Assad masih didukung kekuatan besar, yaitu Cina dan Rusia. Kedua negara ini merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB yang mempunyai hak veto.

Lalu, ia juga didukung negara tetangganya, seperti Iran dan Hizbullah yang merupakan kekuatan militer utama di Lebanon. Sedang AS dan negara-negara Eropa disibukkan urusan masing-masing. Di dalam negeri, Assad didukung kelompok yang sangat loyal.

Terutama, kelompok Alawi. Meskipun minoritas, sekitar 13 persen dari jumlah penduduk Suriah, namun kelompok ini telah lama menjadi kaum elite di negara yang mayoritas penduduknya menganut Sunni itu.

Mereka menduduki posisi penting, baik ekonomi, politik, sosial, maupun di militer. Posisi-posisi itu sudah mereka nikmati sejak sang ayah, Hafid Assad, menjadi Presiden Suriah.

Dengan begitu, apabila Assad jatuh, mereka pun akan mengalami nasib buruk. Rakyat akan menuntut balas sebagai bagian dari rezim penguasa. Nasib buruk ini pula yang telah dialami oleh orang-orang dari rezim penguasa yang telah digulingkan oleh revolusi rakyat, seperti di Tunisia, Mesir, Yaman, dan Libya.

Inilah yang sedang berlangsung di Suriah, yang pernah berjaya ketika Damaskus menjadi ibukota kekhalifahan Bani Umayyah (661-750) setelah periode Khulafaur Rasyidin. Setiap Assad ingin bertahan dan berkuasa, maka setiap itu pula nyawa rakyat melayang. Auman singa yang terluka memang sangat berbahaya.

Bila demikian, Assad bukan berarti "sang singa pembawa berita baik" kepada rakyatnya, melainkan sang singa yang menyebabkan mimpi buruk penduduk Suriah.

sumber : Resonansi
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement