Ahad 03 Nov 2013 17:29 WIB
Resonansi

Pelajaran Parenting dari Maraton

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Asma Nadia

Adam ingin ikut lari maraton. Ya, putra kami tertarik mengikuti Jakarta Marathon 2013, yang merupakan pertama kalinya diselenggarakan di Jakarta dan mungkin akan terus diadakan. Tentu saja kami, orang tuanya, harus mendukung, karena kegiatan ini positif dan cocok untuk ananda yang memang suka olahraga.

Tapi, ada satu masalah. Jika ia ikut maraton berarti harus ada salah satu dari kami yang menemani untuk memastikan ia baik-baik saja, mengingat jarak dan apalagi ini pengalaman pertamanya. Masalahnya sebagai orang tua, kami tidak bisa menemani, bahkan sekalipun dengan naik sepeda. Satu-satunya cara mengawal Adam adalah dengan ikut `bermaraton ria' juga. Meski, sebagai orang yang sudah tidak muda lagi, memikirkannya saja sudah terasa melelahkan.

Lalu pilihan jatuh pada sang ayah untuk menemani. Mengiringi remaja 13 tahun lari, jelas merupakan tantangan. Selain usia, masalah berat badan ayah menjadi persoalan lain.

Hari yang dinanti pun tiba. Adam dan ayahnya tiba di Monas untuk persiapan maraton. Subuh tepat pukul 5 pagi Adam berlari bersama ayah meninggalkan garis start, menjauhi monas menuju Bunderan HI dan memutar di patung Sudirman.

Awalnya sampai satu kilo pertama, sang ayah masih bisa mengikuti Adam. Tapi memasuki kilometer kedua, Adam sudah melesat jauh ke depan, dan terus menjauh hingga tidak terlihat lagi, sedangkan ayahnya mulai kehabisan napas.

Untungnya karena ayah ikut maraton sekadar untuk menjaga ananda, ia bisa memotong jalur di HI dan menunggu Adam yang sedang berputar di patung Sudirman kembali. Tak berselang lama, sang anak muncul, dan ayah kembali menemani Adam hingga garis finish.

Kejadian sebenarnya tidak sesederhana itu.

Menjelang finish, ayah yang sudah kehabisan tenaga nyaris tak mampu melangkah lagi. Akan tetapi ia tidak mau melewatkan momen ketika Adam mendapat medali finisher di garis finish, sehingga memaksakan diri untuk terus berlari dan akhirnya bisa mencapai finish bersama Adam.

Adam tampak gembira mendapatkan medalinya. Ayah memotret dan tidak mendapat medali finish karena ia bukan peserta. Padahal, menurut si ayah, ia lebih capek karena berlari sambil membawa kamera handycam, roti bekal, dan juga dua hp, serta menggunakan celana kantor karena lupa membawa training.

Ternyata dari pengalaman maraton ini, kami justru tersadar akan konsep parenting. Menjadi orang tua berarti mengawal anak untuk melakukan perjalanan panjang.

Ketika ananda masih kecil, kita menjaga keselamatan dan keamanan mereka. Menemani, ketika belajar jalan dan menangkapnya saat terjatuh. Memasang benda empuk di bawah kasur agar jika pun terjatuh, mereka tidak terbentur. Menemani masuk TK, menunggu di luar sekolah sampai kegiatan belajar usai.

Itu adalah kilometer pertama dalam maraton parenting. Tidak boleh dilepas dari pandangan.

Selanjutnya di kilometer kedua, kita belajar untuk perlahan mulai melepas mereka. Sebab, memang tidak mungkin ayah bunda bisa terus menemani anak-anak ke manapun.

Setelah masuk SD, misalnya. Ayah bunda tidak lagi menemani, melainkan hanya mengantar dan menjemput. Ketika SMP atau SMA, waktunya lebih memberi kepercayaan dan melepas ananda sepenuhnya. Semakin jauh perjalanan anak-anak akan semakin mudah dilepas untuk belajar mandiri.

Karena sekali lagi, orang tua tidak bisa selamanya mengawal anak-anak, sebagaimana sebagian besar kita --apalagi memasuki usia senja-- sudah tidak kuat lagi berlari mengimbangi ananda yang remaja.

Mengingat itu, orang tua harus pandai mengatur strategi agar bisa mendampingi ananda melalui jalan panjang parenting. Sesekali kita boleh memotong jalan untuk bisa mengawasi lebih ketat. Tidak perlu ikut ke sekolah setiap hari, namun terkadang perlu sesekali mengevaluasi hasil akhir ujiannya.

Dalam parenting kita tidak butuh medali.

Setiap orang tua akan bahagia jika anak-anak meraih sesuatu dalam hidupnya. Bagi kita melihat mereka berprestasi adalah anugerah. Parenting adalah jalan panjang, dan tugas ayah bunda untuk mendampingi dan menguatkan hingga anak-anak mampu melewati maraton kehidupan mereka masing-masing.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement