REPUBLIKA.CO.ID,Kurang lebih hampir 13 bulan saya menikah dengan istri. Tapi ada yang spesial dari pernikahan kami. Ya, kami masih sama-sama mahasiswa, dan masing-masing melaksanakan studinya di kota yang berbeda, Chiba dan Hiroshima.
Jarak antarkeduanya pun cukup jauh, sekitar 800 km. Tapi bersyukur, kami hidup di Jepang, negara yang sangat mengedepankan teknologi. Meski jarak memisahkan kami, tapi tetap bisa merasakan kasih sayang satu sama lain dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat ini.
Ini beberapa cara yang kami lakukan demi melindungi ikatan percintaan kami di Jepang :
1. video call setiap hari
Tanpa bermaksud sombong, karena kami sesama pengguna iPhone, Facetime-lah fasilitas yang menjadi andalan kami. Apalagi, sejak di-upgrade ke iOS 6, Facetime bisa dipakai tanpa harus memiliki jaringan Wi-Fi. Ruang ber-Facetime kami semakin luas, tidak hanya di rumah saja. Secara rutin video call ini kami lakukan minimal setiap pagi, sebelum berangkat ke kampus, dan malam ketika akan tidur. Dari sini kita bisa berlatih menyamakan ritme hidup, suatu hal yang kami anggap sangat penting ketika sudah hidup bersama dalam satu rumah. Waktu-waktu ini pun menjadi waktu efektif kami dalam melakukan berbagai diskusi ataupun cerita tentang kehidupan masing-masing. Apalagi, di pagi hari kadang kami sengaja bervideo call sambil mendengarkan berita di TV. Tak jarang kami berdiskusi tentang perpolitikan Jepang, peraihan nobel, perkembangan teknologi terkini, dan sebagainya. Bahkan diskusi tentang kondisi Indonesia seperti tawuran antar pelajar pun tidak lepas kami kupas sambil sarapan "bersama".
2. Bertukar Foto atau Video via Handphone
Saya rasa seluruh handphone di Jepang sudah pasti memiliki fasilitas kamera, meski kualitasnya berbeda-beda. Selain itu, setiap handphone memiliki fasilitas e-mail. Inilah yang kami manfaatkan untuk saling bertukar foto ataupun video. Misalnya, ketika salah satu dari kami sedang ada tugas, perkuliahan ataupun lainnya, yang memaksa salah satu untuk lembur, kami biasa saling menghibur dengan mengirimkan foto atau video. iPhone misalnya, bisa mengirimkan video melalui fasilitas iMessage-nya.
Terkadang kita malu mengungkapkan rasa sayang kita saat berhadapan langsung. Tapi percayalah, mengutarakan rasa sayang kita pada pasangan adalah hal yang penting. Justru kita harus melatihnya. Langkah awal kita bisa berlatih dengan tulisan. Surat, sms, e-mail, atau sekedar post note yang kita tempel di rumah pasnagan. Selanjutnya dilatih dengan membuat video untuk sang kekasih, yang pada akhirnya disampaikan secara langsung ketika berjumpa.
Sejauh apapun jarak memisahkan kita, tetap tidak ada yang bisa menggantikan fungsi dari pertemuan secara langsung. Dua metode di atas pada akhirnya hanya sebagai metode pembantu dalam menjaga ikatan percintaan. Karena itu, mau tidak mau, kita harus berkorban lebih untuk mengeluarkan biaya transportasi. Tapi, biaya transportasi ini bukan berarti tidak bisa ditekan. Kalau kata orang, ada banyak cara menuju Roma, bagi saya, ada banyak cara menuju Hiroshima.
1. Memanfaatkan Multiple Ticket.
Kami biasa memakai bus malam. Lama perjalanannya sekitar 12 jam. Tarifnya pun sangat beragam, tergantung jenis bus, perusahaan yang dipakai, serta waktu yang dipilih. Salah satu perusahaan yang kami pakai misalnya, ketika peak season, tiket sekali jalan bisa mencapai 9,000 Yen. Tapi, dengan memanfaatkan fasilitas multiple ticket, meski harus membeli 4 tiket di muka, harga per lembarnya bisa ditekan sampai 6,700 Yen. Yang harus diingat, justru ketika tiket murah, harganya bisa turun sampai sekitar 5,000 Yen. Jadi, jangan lupa untuk mengecek harga tiket aslinya terlebih dahulu. Hal ini juga berlaku untuk kereta cepat shinkansen ataupun pesawat.
2. Memanfaatkan Event-event Tertentu
Tidak selamanya bepergian jauh harus selalu keluar uang. Ketika ada 学会 atau conference, misalnya. Kami juga pernah diizinkan bertemu karena menghadiri Kongres PPI Jepang ke-31 tahun 2011 di Tokyo, dan ke-32 tahun 2012 di Kobe. Atau ketika istri mendapat permintaan menari di Tokyo, saya cukup datang ke tempat menari, dan bisa menjemput istri. Yang perlu diingat, hati-hati dengan sumber dana yang dipakai. Ketika dana itu dari kocek pribadi, kita bebas melakukan apapun yang kita mau. Tapi ketika kita dibiayai oleh pihak lain, itu artinya ada tanggung jawab yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Setelah tanggung jawab tersebut selesai, baru kita bisa melakukan yang kita mau. Jangan lupa, biasakan juga untuk minta izin kepada sang donatur kalau ada keperluan pribadi yang ingin dicapai. Hal ini untuk mencegah friksi-friksi yang mungkin saja muncul di kemudian hari. Toh dengan meminta izin, kita cukup berbicara 5-10 menit dengan sang donatur. Ini juga bisa menjadi alat untuk mempererat hubungan kita dengan donatur tesebut.
Inilah cara kami mengatasi kondisi kami yang sering disebut LDR alias Long Distance Relationship. Butuh usaha, butuh perjuangan, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Karena kami ingin menjadi spesial
Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia
Penulis: Rodiyan Gibran Sentanu
Ketua Umum PPI Jepang
Graduated from University of chiba