Rabu 28 May 2014 16:30 WIB
silaturahim

MT Keluarga Muslim Citibank Menguatkan Silaturahim

Red:

oleh:Ratna Ajeng Tejomukti -- Eks karyawan tetap aktif membantu kegiatan.

Taklim yang kita kenal umumnya selalu diikuti oleh kumpulan ibu rumah tangga yang digelar di mushala atau masjid. Padahal, tren majelis taklim sudah sejak lama berkembang di antara pegawai kantor, khususnya di Jakarta.

 

Baik pegawai pria maupun wanita, selalu menyempatkan diri untuk mengikuti kajian. Taklim yang diadakan di kantor dikenal dengan kajian perkantoran.

Majelis tersebut biasanya diselenggarakan selepas shalat Zhuhur atau sepulang jam kantor. Seperti yang rutin diselenggarakan oleh Majelis Taklim Keluarga Muslim Citibank (KMC) yang telah terbentuk sejak 1990.

Penanggung Jawab KMC Agung Prakoso mengatakan, awalnya KMC ini dibentuk oleh Presiden Direktur Dompet Dhuafa Ismail A Said dan teman-temannya, kini masih tetap bertahan dan bertambah jamaahnya. Bekerja di bank asing menjadi sebuah tekad penerus Ismail untuk tetap menyelenggarakan taklim pada sela-sela jam kerja yang menyita waktu.

"Tidak mudah memang terus mempertahankan kajian bagi pegawai Muslim yang bekerja di bank asing," ujar dia. Tetapi, dengan semangat Agung melalui KMC yang saat ini dipimpin oleh Riko Tasmaya, kajian rutin tiap Kamis ini tetap berlangsung.

Agung mengatakan, dukungan pun terus mengalir tak hanya dari pegawai Citibank, tetapi juga alumni KMC yang kini tak lagi bekerja di Citibank. Salah satu tujuan tetap bertahannya KMC juga untuk menanamkan ukhuwah dan silaturahim di antara pegawai Muslim dan alumni Citibank.

Taklim yang diadakan rutin di lantai 10 Citibank Tower, Plaza Bapindo Jalan Jend Sudirman, Kav 54-55, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini dimulai seusai shalat Zhuhur hingga pukul 13.00 WIB. Jamaah yang hadir sebagian besar adalah pegawai kantor pusat Citibank. "Jamaah pegawai kantor lain pun dibolehkan mengikuti kajian, bahkan pegawai dari kantor cabang Citibank juga terkadang ikut serta," ujar dia. Saat ini, jumlah pegawai Muslim Citibank sebanyak 250 orang dan menjadi jamaah tetap MT KMC.

Ustaz yang dipilih pun disesuaikan dengan masa kekinian. Pihaknya bekerja sama dengan Forum Silaturahim Masjid Pekantoran Jakarta (Forsimpta) untuk memilih ustaz dan materi yang akan dijelaskan.

Meskipun tidak seluruhnya selalu hadir, mushala lantai 10 itu selalu dipenuhi oleh jamaah. Agung mengatakan, selama enam tahun kepengurusannya, banyak kegiatan Islami yang diselenggarakan.

Saat ini, kepengurusan dipegang oleh 10 orang. Rizky Novaldi dan Agung Prakoso diberikan tanggung jawab sebagai pengurus harian MT KMC. Selain kajian, MT KMC pusat selalu menyempatkan untuk mengadakan kegiatan silaturahim dengan pegawai Muslim di kantor cabang mereka di Jabodetabek. "Kami juga tak putus komunikasi dengan pegawai yang pernah menjadi anggota KMC, justru mereka tak mau disebut alumni,"ujar dia.

Kegiatan silaturahim itu diisi oleh berbagai kegiatan sosial. Mereka sering melaksanakan khitanan massal, pemberian bantuan sosial bagi korban bencana, dan keluarga tidak mampu.

 

Bahkan, saat ini zakat yang dikeluarkan oleh pegawai Citibank telah dipotong otomatis melalui penghasilan bulanan mereka. Pemotongan zakat tersebut bekerja sama dengan Dompet Dhuafa untuk penyalurannya.

Bantuan tetap pun diberikan oleh KMC bagi pegawai dengan penghasilan minim. "Kami memberikan beasiswa bagi anak-anak tukang parkir, satpam, cleaning service yang tidak mampu membiayai sekolah anaknya hingga perguruan tinggi," ujar dia.

Selain itu, mereka pun secara rutin menyantuni anak yatim piatu di Panti Asuhan Assyaadah Depok. Kajian rutin tiap hari pun tak luput diselenggarakan bakda Zhuhur pada Ramadhan.

Ustaz/ustazah yang memberikan kajian pun tetap berganti-ganti. Sama halnya dengan kajian rutin yang diadakan tiap pekan dengan tema yang disesuaikan dengan kondisi kekinian.

Berbeda dari biasanya, kali ini KMC mengundang artis yang telah berhijrah, Peggy Melati Sukma, untuk berbagai pengalaman spiritualnya. Peggy yang pernah memiliki usaha di bidang pinjam-meminjam uang ini pun berbagi mudharatnya dalam bisnis seperti itu.

Ditambah lagi, kurangnya ilmu agama yang dulu diterapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Buku yang ditulisnya pun tak lupa dia bagi dengan jamaah yang kali ini memenuhi mushala di lantai 10 tersebut.

Dia belajar untuk menyelaraskan hidupnya dengan agama sehingga dunia dan akhirat harus berjalan dengan seimbang. “Kita ini makhluk ruh, yang perlu dipelihara dan dahaga, ibadahlah yang diperlukan untuk makhluk ruh,” ujar dia. ed: hafidz muftisany

sumber : http://pusatdata.republika.co.id/detail.asp?id=738321
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement