Jumat 25 Jul 2014 14:00 WIB

Mereka yang Merugi

Red:

Orang beriman berlomba-lomba dalam beribadah ketika Ramadhan datang. Tetapi, ada sebagian orang yang tidak memanfaatkan rahmat Allah yang tercurah pada bulan yang penuh berkah dengan memaksimalkan ibadahnya.

Mereka sesungguhnya terjebak dalam kerugian. Karena, belum tentu tahun depan kita dapat bertemu lagi dengan Ramadhan dan bisa jadi ini Ramadhan terakhir untuk kita.

Pengasuh Pondok Pesantren An Nurmaniyah Ustazah Nurma Nugraha mengatakan, ketika Ramadhan datang dan menyapa umat Muslim, tetapi mereka melaluinya begitu saja maka mereka termasuk golongan yang merugi. Padahal, mereka diberikan kesempatan dengan beribadah sebanyak-banyaknya untuk meminta ampunan Allah SWT.

Dalam hadis riwayat Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, "Kecewa dan merugi orang yang berkesempatan hidup di Ramadhan, tetapi tidak terampuni dosa-dosanya."

Pahala ibadah sunah menjadi pahala ibadah wajib, terlebih lagi pahala ibadah wajib yang lebih tinggi lagi pahalanya. Ciri-ciri orang yang merugi saat Ramadhan adalah tidak peduli dengan panggilan Allah SWT.

Jangankan ibadah sunah, kata Ustazah Nurma, bahkan ibadah wajib pun dia tinggalkan dengan berbagai alasan. Jika mereka berpuasa, puasanya pun hanya mendapatkan haus dan lapar saja.

"Mereka masih saja berbuat maksiat, apalagi mendapatkan ampunan Allah SWT karena tidak pernah terbesit untuk bertobat," ujar dia. Ketika berpuasa, mereka hanya menahan haus dan lapar, tetapi tidak menjaga hawa nafsu yang lain, hal-hal yang haram masih dilakukan, inilah sebagian ciri-ciri orang yang merugi ketika Ramadhan.

Bahkan, golongan ini akan menangis pada hari kiamat karena puasanya tidak berpahala. "Mereka berpuasa, tetapi tetap melakukan maksiat, korupsi, mencela, atau puasa bukan karena Allah SWT," tuturnya.

Mereka pun akan sedih dan kecewa pada hari akhir karena sengaja meninggalkan puasa tanpa alasan syar’i. Puasa mereka pun tidak bisa digantikan dengan apa pun.

Tentu, mereka yang seperti ini tidak dapat mendapatkan kemenangan Idul Fitri yang sebenarnya. Idul Fitri memiliki arti kembali ke fitrah dan mereka akan terlahir kembali, kembali suci karena Allah telah mengampuni dosa-dosanya.

Mereka yang tetap melakukan maksiat, bahkan hingga dosa-dosa besar, Allah SWT akan sangat murka. "Kita tidak akan pernah tahu bahwa Ramadhan kali ini bisa saja Ramadhan terakhir yang kita lalui," terang Ustazah Nurma.

Pengasuh Pondok Pesantren Ihya Qalbun Salim Ustazah Rafiqah Ahmad mengatakan, orang yang merugi ketika Ramadhan adalah orang yang tidak mengalami perubahan ke arah positif setelah Ramadhan berlalu.

Selanjutnya, mereka masih senang melakukan maksiat dan perbuatan dosa lainnya. "Dan, mereka tidak merasa sedih dengan berlalunya Ramadhan," papar Ustazah Rafiqah. Kelompok ini tidak akan mendapat kemenangan saat Idul Fitri.

Ustazah Rafiqah menerangkan dalam hadis riwayat Bukhari, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang tidak meninggalkan berkata dan berbuat dusta serta perbuatan bodoh maka Allah tidak butuh ia meninggalkan makan dan minumnya."

Saat berpuasa, seseorang jangan sampai jatuh ke dosa besar. Melakukan hal yang halal, seperti makan, minum, dan jima' bagi suami-istri pun dilarang.

"Jika jima’ dilakukan pasangan bukan suami istri (zina) maka hukumannya menjadi berlipat ganda sesuai dengan ketentuan Allah, dirajam bagi mereka yang telah menikah dan dicambuk serta diasingkan bagi mereka yang belum menikah," ujar dia.

Sementara, perbuatan terlarang lainnya, seperti menggunjing, berdusta, menonton film pornom tidak membatalkan puasa. Tetapim pahala itu sendiri yang kurang sempurna.

Untuk menghindari perbuatan maksiat ketika Ramadhanm sebaiknya kita menyibukkan diri dengan amalan sunah, seperti memperbanyak bacaan Alquran, berzikir, dan shalat sunah. Lalu, beriktikaf di masjid, menghadiri kajian keagamaan, menghindari tontonan yang tidak bermanfaat.  rep:ratna ajeng tejomukti ed: hafidz muftisany

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement