Jumat 26 Sep 2014 16:39 WIB
Muhibah

Darul Arqam STIKES Muhammadiyah Kudus Siapkan Lulusan Terbaik

Red:

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Muhammadiyah Kudus menggelar pem bekal an calon alumni periode 16 da lam Darul Arqam Purna Studi (DAPS), Rabu (17/9). Ketua STIKES Muhammadiyah, Rusnoto SKM, M Kes menyebut sebanyak 389 maha siswa akan diwisuda periode 16.

"Darul Arqam ini membekali ca lon wisudawan agar dalam terjun di dunia kerja selalu memegang teguh panji Islam dan janji tenaga medis," paparnya dalam keterangan tertulis. Pembekalan utama diberikan oleh Bupati Kudus, Musthofa. Musthofa menyampaikan gagasan Blue Ocean Strategy. Tujuannya agar mahasiswa siap menghadapi tantangan dunia kerja.

Musthofa menyebut kunci menjadi orang sukses adalah kerja keras dan terus melakukan inovasi. Ia berpesan, "Jangan pernah takut berkreasi dan berpikir liar," ungkapnya.

Caranya, kata dia, harus pintar menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman yang semakin kompleks. Di ha dap an ratusan mahasiswa STIKES Muham madiyah Kudus, Musthofa menegaskan, berpikir liar dengan berkreasi dan berinovasi adalah hal penting bagi mahasiswa yang akan masuk dunia kerja.

Bupati Kudus ini meminta mahasiswa jangan tertekan dan bingung setelah lulus kuliah. Ia harus sudah menentukan pilihan hidup dari sekarang dan berpikir utuh. "Ja di orang jangan normatif. Artinya, harus tanggap akan keadaan," pesan Musthofa.

Menurutnya, agar selamat dan berhasil dalam bekerja kuncinya adalah tiga "M": artinya bisa melihat, mendengar, dan dapat melakukan sendiri pekerjaan itu. "Jangan menunggu dan bergantung pada orang lain," katanya menegaskan.

Dikatakan Musthofa, jangan dikira bidan dan perawat tidak bisa membuat inovasi. Berbicara dalam bidang ini menurutnya adalah membangun kreasi di bidang pelayanan. Jangan menjadi bidan dan perawat yang biasa-biasa, tapi harus beda.

Bidan dan perawat harus punya nilai lebih untuk masyarakat. Nilai yang dimaksud adalah selalu tanggap, ramah, dan selalu tersenyum ketika memberikan pelayanan. Ini adalah salah satu strategi demi mencapai keberhasilan.

Musthofa menambahkan, lulusan perawat dan bidan jangan melulu ingin bekerja sesuai dengan bidang pendidikannya, apalagi berharap selalu menjadi pegawai negeri sipil. Bukan tidak mungkin, papar Musthofa, lulusan perawat dan bidan bisa menjadi seorang pemimpin, baik pimpinan daerah maupun di tingkat nasional.

Karena, menjadi seorang pemimpin, seperti halnya bupati, wali kota, gubernur, bahkan presiden, tidak ada sekolahnya. "Tidak ada sekolah bupati, sekolah gubernur, dan sekolah presiden. Ini artinya semua hal mungkin bisa terjadi," Bupati menegaskan.

Ketua STIKES Muhammadiyah Kudus, Rusnoto SKM, M Kes berharap kampusnya bisa segera menjadi universitas. Setelah menjadi universitas, pihaknya berjanji akan meningkatkan kualitas dan akan mem buka program pendidikan baru fakultas kedokteran. "Semoga pemerintah kabupaten membantu mengupayakan hal itu sebelum 2018," papar Rusnoto.

STIKES Muhammadiyah Kudus saat ini baru memiliki tiga program studi yakni D-3 Kebidanan, D-3 Ke pera watan, dan S-1 Keperawatan. Kam pus yang ber alamat di Jalan Ganesha I Purwosari, Ka bu paten Kudus, Jawa Tengah, ini ber diri pada 12 Agustus 2009 dengan SK Mendiknas No 127/D/O/2009.

Keberadaan STIKES Muhammadiyah Kudus bermula dari sejarah panjang penyelenggaraan pendidikan kesehatan sejak 1984 dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Muhammadiyah Kudus. Pada 1999, SPK bertransformasi menjadi Akademi Keperawatan (Akper). Penambahan program D-3 Kebidanan pada 2004 turut mengubah nama institusi menjadi Akademi Kesehatan Muhammadiyah Kudus. Status STIKES baru diperoleh setelah izin penyelenggaraan studi S-1 Keperawatan turun. ed: hafidz muftisany

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement