Jumat 06 Mar 2015 19:33 WIB

Taklim Habib Ali Kwitang, Keutamaan Ibadah Haji

Red: operator

REPUBLIKA.CO.ID, Pada Ahad pagi di daerah Kwitang, Jakarta Pusat, tak pernah sepi. Bukan karena kegiatan olahraga atau car free day, melainkan ribuan orang berkumpul untuk menghadiri Majelis Habib Ali Kwitang. Seperti majelis pada Ahad (1/3) lalu, sejak pukul 06.45 WIB, ribuan jamaah datang dari seluruh Jabodetabek.

Majelis Habib Ali Kwitang terkenal dengan sebutan pakunya majelis di seluruh Indonesia. Majelis ini sudah berjalan sejak era kolonial Belanda di Tanah Air. Saat itu, para ulama tidak ada yang berani membuka pengajian secara besar-besaran. Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi saat itu berani menggelar taklim Kwitang yang diadakan setiap Ahad.

Taklim pada Ahad (1/3) diisi oleh cicit Habib Ali Kwitang, Habib Ali bin Abdurrahman Alhabsyi, dengan bahasan haji.

Habib Ali Alhabsyi mengatakan, suatu ketika Nabi Muhammad SAW ditanya sahabat mengenai amalan apa yang paling utama di sisi Allah SWT. Rasulullah menjawab, jihad di jalan Allah dan haji mabrur. "Haji merupakan amalan yang utama," kata Habib Ali di atas mimbar.

Habib Ali berpesan, bagi orang yang mampu berangkat haji, selain menyempurnakan perjalanan haji, harus memberikan bekal yang cukup bagi keluarga yang di tinggal sampai dia pulang ke Tanah Air.

Bagi orang yang diberikan kesempatan oleh Allah SWT pergi berhaji, diharapkan menyempurnakan ibadahnya. "Untuk itu, selalu jaga kesempurnaan ibadah haji dan umrah," ujarnya berpesan.

Habib Ali melanjutkan, barang siapa yang diberikan kelebihan rezeki, tapi tidak pergi berhaji, hilang kemampuannya pergi haji. Allah SWT, kata Habib Ali, akan menghilangkan kemampuannya dengan membuat orang tersebut jatuh miskin dan bangkrut usahanya.

Sementara, kata dia, kalau ada orang yang tidak mampu ingin berangkat haji, tapi tetap ingin berangkat haji, Allah SWT sudah mencatat kepada orang tersebut sempurna imannya sampai orang tersebut bisa berangkat haji.

Habib Ali mengatakan, ketika seseorang sudah berniat menabung untuk berangkat haji, tapi orang tersebut tidak kesampaian karena meninggal, ia sudah mendapat pahala.

"Kata Rasulullah, setiap orang sampai ke luar rumah sudah niat berangkat haji dan umrah, kemudian tidak kesampaian karena meninggal dunia, itu sudah mendapatkan pahala umrah dan haji sampai hari kiamat," ujarnya.

Selain itu, pahala haji dapat menghancurkan dosa kecil dan dosa besar. Allah akan merontokkan dosa manusia yang bisa menunaikan ibadah haji secara mabrur.

Habib Ahmad bin Salim bin Jindan yang melanjutkan materi masalah haji mengatakan, Allah akan mencatat sebagai pahala atas orang yang mengumpulkan hartanya demi bisa berangkat melaksanakan ibadah haji.

Mengenai masalah ibadah haji, Habib Ahmad menjelaskan, Imam Ghazali dalam kitab, Ihya Ulumudin, menyebut barang siapa menjawab panggilan haji sebanyak jawabannya, orang tersebut bisa melaksanakan ibadah haji.

"Menjawab satu kali berangkat satu kali, menjawab dua kali bisa berangkat dua kali. Kalau tidak menjawab, berarti tidak berangkat. Tapi, kita tidak tahu ruh kita pada saat itu menjawab atau tidak, tapi mudah-mudahan jamaah yang ada di sini menjawab, amin," katanya.

Habib Ahmad menyampaikan, ada amalan dari Nabi Muhammad SAW yang pahalanya setara dengan ibadah haji. Kata dia, Rasulullah menyampaikan hal itu karena sudah tahu ada sebagian umatnya yang bakal keberatan melaksanakan ibadah haji.

Amalan tersebut adalah shalat Subuh berjamaah, duduk di masjid berzikir setelah shalat Subuh, hingga waktu matahari terbit dan mengerjalan shalat isyraq dua rakaat. Amalan lain, yakni menjaga kewajiban shalat jamaah lima waktu di masjid.

"Barang siapa yang dapat mengerjakan hal itu, maka mendapat pahala haji yang sempurna. Nabi sampai mengatakan sempurna sampai tiga kali," kata Habib Salim bin Jindan lantas menutup taklimnya dengan doa.  c62 ed: Hafidz Muftisany

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement