Kamis 30 Apr 2015 14:00 WIB

Menjaga Keistiqamahan

Red:

Dakwah sebagai kelanjutan tugas kenabian tidak akan pernah sepi dari halangan. Iman manusia kadang berada pada titik tertinggi, namun tak jarang terjerembap dalam kelemahan. Tantangan mempertahankan keistiqamahan jamaah itu juga dirasakan pengurus pengajian perkantoran.

Ketua Kerohanian Islam Garuda (RohisGA) Heri Hutomo bersyukur kajian-kajian yang digelar di tempatnya tidak pernah sepi jamaah. Setiap ada pengajian, masjid maskapai milik pemerintah itu selalu dipenuhi jamaah.

"Belum pernah pengajian jamaahnya sedikit, hampir 60-70 persen dari total karyawan ikut  pengajian," katanya saat dihubungi Republika, Senin (27/4).

Heri mengatakan, banyak faktor yang membuat jamaah pengajian di Garuda selalu istiqamah mengikuti  kajian. Beberapa di antaranya pemateri dan materi yang disampaikan.

"Kalau materinya menarik, banyak yang bergerak. Tapi, kalau materinya yang disampaikan biasa, ya kurang lebih jamaahnya hanya 60 persen," katanya.

Untuk itu, kata Heri, pihaknya selektif memilih materi dan pemateri agar keistiqamahan jamaah mengikuti kajian bisa terjaga. Pihaknya juga memilih kajian yang berkesinambungan agar jamaah terus datang.

"Selama ini masalah biasanya di pematerinya. Untuk itu, kita mengaji menggunakan kitab agar tidak ngalor ngidul," katanya.

Heri mengatakan, pihaknya lebih memilih tidak mengundang lagi penceramah yang sifatnya memecah belah umat. "Meski orasi dan bicaranya bagus," katanya.

Faktor komunikasi internal juga menjadi penyebab banyaknya jamaah mengikuti pengajian. Di tempat Heri bekerja, jika ada agenda RohisGA selalu diinformasikan ke seluruh karyawan.

"Kalau ada tabligh akbar kita informasikan melalui e-mail, spanduk, atau disampaikan bakda shalat Zhuhur," katanya.

Ia menyebut tidak diperlukan pengurus dalam jumlah besar guna mengadakan kegiatan ruhani. Terpenting, ungkap Heri, pengurus berkomitmen menjalankan tugas mengurus kajian di samping tidak meninggalkan pekerjaan utamanya.

"Rumusnya koordinasi. Misalnya, kita rutin mengadakan rapat setelah shalat Jumat. Kalau ada hal-hal mendesak, kita rapat 15 menit setelah shalat Ashar," katanya.

Pasang surut jamaah pengajian kantor justru dialami Badan Pembinaan Kerohanian Islam Badan Kepegawaian Negara (Babinrohis BKN). Ketua Babinrohis BKN Wali F Noor mengakui jamaah pengajian di BKN memang kadang ramai kadang sepi. Namun, shalat jamaah di Masjid BKN selalu penuh.

"Minimal pegawai mau ke masjid shalat berjamaah. Kalau dari sisi kepesertaan memang pasang surut, kadang banyak kadang tidak," katanya saat dihubungi Republika, Senin (27/1).

Pihaknya selalu melakukan evaluasi pemateri maupun materi agar jamaah tidak bosan. Namun, tidak serta merta ustaz yang mengisi kajian lansung diganti jika jamaah merasa bosan. Sebab, kajian di Masjid BKN menggunakan kitab yang harus habis dibahas tuntas. "Setiap tahun kita juga minta masukan dari jamaah terkait format kajian," katanya.

Ketua Forum Silaturrahmi Pengajian Kantor Jakarta (Forsimpta) Abuzar al Ghifari menyarankan agar pengurus kajian kantor memaksimalkan teknologi. Jamaah yang tidak mengikuti kajian bisa tetap mengakses dengan optimalisasi teknologi. "Di beberapa kantor sudah mulai memakai gadget yang bisa menampung audio atau video," ujarnya.

Forsimpta, papar Abuzar, menganjurkan beberapa masjid kantor untuk mendokumentasikan kajian dalam bentuk audio dan video. Tujuannya agar orang-orang yang tidak bisa hadir pun bisa mengikuti materi kajian. "Kita ingin mereka yang tidak hadir bisa ikut menikmati juga," jelasnya.  c62 ed: Hafidz Muftisany

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement