JAKARTA — Kementerian Perindustrian menyiapkan strategi untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mulai berlaku pada akhir 2015. Strategi ofensif dan defensif disiapkan untuk meningkatkan daya saing sumber daya manusia dan produk domestik.
Strategi ofensif dilakukan dengan membangun pusat pendidikan dan pelatihan industri. Implementasi yang dilakukan berkaitan dengan penguatan sektor industri kecil menengah (IKM) antara lain pemberian insentif bagi IKM melalui program restrukturisasi mesin dan peralatan.
"Selain itu, kita juga fokus pada penumbuhan wirausaha industri melalui pelatihan wirausaha baru dan bantuan start up capital," kata Menteri Perindustrian Saleh Husin pada Rapat Koordinasi Nasional Bidang Kewirausahaan Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan seminar nasional dalam rangka menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) melalui keterangan tertulisnya, Sabtu (4/7).
Strategi defensif dilakukan dengan konsentrasi pada penyusunan Standar Nasional Indonesia untuk produk-produk manufaktur. Saat ini sudah tersusun 50 standar kompetensi kerja nasional Indonesia (SKKNI) sektor industri serta 25 lembaga sertifikasi profesi (LSP) dan tempat uji kompetensi (TUK). Kementerian menargetkan penambahan 15 SKKNI dan 10 LSP sektor industri setiap tahunnya yang diutamakan bidang industri prioritas.
Selain itu, Kementerian Perindustrian menekankan pengembangan industri kecil dan menengah (IKM) yang termasuk dalam program ofensif. Pengembangan itu antara lain dilakukan dengan memberi fasilitas akses permodalan bagi IKM melalui kredit usaha rakyat, program kemitraan bina lingkungan (PKBL), modal ventura, dan corporate service of responsibility (CSR).
Menurut data BPS, hingga 2013, jumlah unit usaha IKM mencapai 3,4 juta unit dan menyerap 9,7 juta orang tenaga kerja. Angka itu akan ditingkatkan lagi melalui percepatan pertumbuhan wirausaha. Akselerasi itu menyasar penumbuhan wirausaha industri di daerah tertinggal dan daerah potensial melalui program beasiswa serta kerja sama lembaga pendidikan dan lembaga keagamaan.
Menperin juga menegaskan optimismenya terkait kinerja industri tahun ini, merujuk pertumbuhan industri nonmigas pada kuartal I 2015 sebesar 5,21 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi pada periode yang sama sebesar 4,71 persen.
Sementara, ekspor produk industri hingga Februari 2015 sebesar 17,57 miliar dolar AS yang memberi kontribusi sebesar 69,16 persen dari total ekspor nasional yang sebesar 25,41 miliar dolar AS. Sedangkan, impor produk industri sampai Februari 2015 sebesar 18,65 miliar dolar AS turun sebesar 7,13 persen dibandingkan periode yang sama 2014 sebesar 20,08 miliar dolar AS. ed: Nur Aini