Bosan menunggu waktu berbuka puasa? Ngabuburit bisa menjadi pilihan yang tepat. Istilah ngabuburit sebenarnya diambil dari bahasa Sunda yang berasal dari kata burit yang berarti sore, senja, atau menjelang Maghrib.
Dengan begitu, ngabuburit dapat diartikan menunggu atau menghabiskan waktu sampai menjelang waktu azan Maghrib atau sampai waktu berbuka puasa tiba. Meskipun berasal dari bahasa Sunda, istilah ngabuburit sudah populer dan tak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia.
Ngabuburit dapat dikatakan sebagai tren atau tradisi yang tidak bisa dilepaskan saat Ramadhan. Memang, tidak diketahui secara pasti siapa yang memperkenalkan istilah ngabuburit, tapi tradisi ini telah mengakar secara turun temurun dalam lingkungan masyarakat Indonesia. Ngabuburit biasanya diisi dengan berbagai macam kegiatan positif, seperti jalan-jalan ke suatu tempat bersama keluarga atau teman, beriktikaf di masjid, bahkan ada pula yang memanfaatkan waktu ngabuburit untuk berbelanja kebutuhan Lebaran.
Nah, anak muda sekarang biasanya lebih banyak menghabiskan waktu ngabuburit dengan melakukan kegiatan hang out atau berkumpul bersama teman-teman sebaya. Atau, yang paling gres adalah mengisi ngabuburit dengan senam jari alias asyik ber-gadget ria. Tidak sedikit yang memilih untuk mengisi waktu ngabuburit lewat cara tetap eksis di media sosial.
Begitulah, teknologi informasi yang berkembang pesat plus gegap gempita media sosial memang sukses mengubah kebiasaan sebagian besar masyarakat di dunia. Tak terkecuali di Indonesia.
Berdasarkan survei Data Global Web Index, Indonesia adalah negara yang memiliki pengguna media sosial yang paling aktif di Asia. Indonesia memiliki 79,7 persen pengguna aktif di media sosial mengalahkan Filipina 78 persen, Malaysia 72 persen, dan Cina 67 persen.
Bahkan, Direktur Pelayanan Informasi Internasional Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik (IKP) Selamatta Sembiring mengatakan, situs jejaring sosial yang paling banyak diakses adalah Facebook dan Twitter. Tak heran, kebiasaan ngabuburit anak muda di Indonesia pun lebih banyak beralih ke gadget, entah itu bermain games, nonton, maupun sibuk bermedia sosial. Nah, bagaimana kamu sendiri? Apa saja yang kamu lakukan menjelang berbuka puasa? Berikut adalah pengalaman teman-teman kamu:
Hilda Yulinda Afsari, Mahasiswi Universitas Budi Luhur
Lebih Suka Main Gadget
Hilda mengaku lebih suka menonton dan bermain media sosial, terutama Facebook saat menunggu waktu berbuka. Tanpa harus pergi dari rumah, dirinya masih bisa berhubungan atau mengetahui informasi terbaru tentang teman-temannya.
Padahal, sebelumnya, dara berusia 21 tahun ini suka jalan-jalan sore alias JJS dengan keluarga maupun teman-temannya saat ngabuburit. Tapi, seiring perkembangan gadget dan teknologi, kebiasaannya pun berubah. "Dulu sering JJS, kalau sekarang lebih suka nonton atau main Facebook," ujar mahasiswi jurusan hubungan internasional tersebut.
Hilda menyebutkan, ini dilakukan lantaran saat ini teman-temannya pun banyak melakukan hal serupa. Kata dia, anak muda sekarang ini jarang yang mengisi waktu dengan jalan-jalan, mereka malah lebih sibuk dengan gadget-nya masing-masing. "Kadang, pergi atau ikut buka bersama, tapi jarang ada. Jadi, lebih sering nonton di rumah.''
Rizal Rahendra, Mahasiswa Sekolah Tinggi Multi Media MMTC Yogyakarta
Berjualan Kembang Api
Rizal memiliki cara lain untuk mengisi waktu ngabuburit selama Ramadhan. Dia memilih untuk berjualan kembang api di depan rumahnya. "Kebetulan, awal puasa pas ujian akhir semester, jadi setelah dari kampus saya jualan kembang api buat cari uang jajan tambahan," ujar Rizal.
Selain itu, Rizal biasanya ditawarkan untuk bekerja sambilan di Kebun Bintang Gembira Loka Yogyakarta, setiap akhir pekan. Pekerjaan ini hanya diambilnya setiap Sabtu dan Ahad dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB.
Selama Ramadhan, tahun ini Rizal mengaku jarang menghabiskan waktu ngabuburit bersama teman-temannya, dia lebih memilih untuk fokus dengan dagangannya demi mendapatkan penghasilan tambahan. "Ngabuburit sama teman baru dua kali. Itu juga kalau ada rapat kelompok di kampus," kata Rizal.
Menurut Rizal, melakukan berbagai macam kegiatan pada saat ngabuburit tidak menjadi masalah asalkan diisi dengan kegiatan positif, bermanfaat, dan tidak merugikan orang lain.
Berdagang dapat menjadi salah satu alternatif bagi anak-anak muda untuk mengisi waktu ketika ngabuburit karena dapat memberikan tambahan uang jajan dan membantu orang tua. Rizal tak menampik jika kegiatan berdagang dan pekerjaan paruh waktu yang dilakukannya, yakni demi mencari rezeki tambahan untuk Lebaran sambil fokus beribadah.
Hakikatnya, ngabuburit yang dilakukan masyarakat tempo dulu adalah menghabiskan waktu dengan mengaji di surau atau masjid. Selain itu, ngabuburit pada masa lalu juga banyak diisi dengan kegiatan dakwah Islam untuk mengajak kepada kebaikan.
Resti, Mahasiswi Universitas Gadjah Mada
Mengaji dan Mendengar Kajian
Resti mengaku, kerap menghabiskan waktu ngabuburit dengan mengunjungi masjid di kampusnya untuk mendengarkan kajian. Tapi, beberapa kali dia juga melakukan kegiatan ngabuburit dengan mencicipi kuliner bersama teman-temannya. Menurut Resti, ngabuburit tanpa mendengarkan kajian atau membaca Alquran jelas tidak memiliki manfaat dan tidak menambah pahala.
Mahasiswi jurusan teknologi industri pertanian tersebut mengatakan, untuk menarik minat anak muda mendengarkan kajian dapat mengangkat tema-tema yang sesuai. Misalnya, tentang serba-serbi nikah muda atau mengenai hijab cantik dan syar’i. "Ramadhan merupakan momen untuk anak muda dalam meningkatkan ibadah, sehingga harus banyak diisi dengan kegiatan yang positif dan nggak sekadar have fun saja," kata Resti.
Idatul Aliyah, Mahasiswa UNJ
Lebih Sering JJS
Idatul mengaku, senang melakukan ngabuburit saat bulan puasa. Pasalnya, tradisi ini merupakan salah satu ciri khas atau hal unik yang hanya terjadi pada bulan ini. Sehingga, mahasiswi jurusan pendidikan teknologi informatika UNJ ini tidak pernah melewatkan tradisi ngabuburit setiap bulan puasa.
Kegiatan yang dilakukan Idatul pun berbeda-beda, entah nonton, main gadget, dan JJS atau jalan-jalan sore. Tapi, dia mengaku, lebih sering ngabuburit dengan JJS.
Dara berusia 18 tahun ini merasa JJS punya banyak manfaat. Selain dapat mempererat tali silaturahim bersama teman-teman, bisa sekalian mencari takjil (makanan pembuka), juga dapat menyegarkan pikiran.
Untuk itu, dirinya lebih sering menghabiskan waktu menunggu buka dengan JJS, baik itu sambil naik motor maupun jalan kaki. Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih memilih bermain media sosial, seperti Twitter, Facebook, hingga Path untuk menghabiskan waktu menunggu buka puasa.
Meski begitu, dirinya tetap menyukai segala bentuk kegiatan ngabuburit. Karena, tradisi ini unik dan hanya terjadi selama satu bulan saja. Walaupun, tak dimungkiri, tradisi ini, terutama JJS, lambat laun mulai menghilang karena mereka lebih sibuk berinteraksi di media sosial. N red: aghia khumaesi, rizky jaramaya ed: endah hapsari