Nama Edward Akbar boleh jadi belum terlalu akrab di telinga. Maklum saja, pria ini memang tergolong baru di dunia hiburan Indonesia. Namun, wajahnya sudah kerap dijumpai dalam poster-poster sejumlah film bioskop pada tahun ini. Sebut saja, ada dua film rilis tahun 2014 yang dibintanginya, di antaranya Street Society dan Runaway. Bahkan, dia pun sedang menyelesaikan syuting film terbarunya berjudul Mantan Terindah yang rencananya akan dirilis November 2014 mendatang.
Kendati memulai karier dari dunia musik, pria lulusan jurusan Ekonomi Universitas Trisakti ini pun terbilang sukses memerankan beragam karakter di film-film tersebut. Meski begitu, dia mengaku tidak akan meninggalkan dunia musik. Menurut Edward, seorang seniman itu bersifat plural dan dapat mengerjakan apa pun selagi bernilai positif. Seperti apakah sosok Edward Akbar dan rencana kariernya mendatang? Berikut penuturannyas.
Bagaimana hingga akhirnya tertarik terjun di dunia hiburan?
Sebenarnya, latar belakang saya ekonomi dan sempat kerja di beberapa perusahan swasta di Bali. Setelah ibu saya meninggal, saya mulai sering bernyanyi di panggung dan diapresiasi. Akhirnya, saya mulai berkarya dengan membuat lagu. Lagu pertama yang saya ciptakan berjudul "Ibu" juga sangat diapresiasi dan memberi harapan kepada semua orang.
Setelah saya bermusik dan tergabung dalam sebuah band, saya juga menciptakan beberapa lagu yang akhirnya dipakai untuk sejumlah film, seperti "Air Terjun Pengantin", "Street Society", dan akhirnya ketika di Jakarta ditawari. Ketika menjalaninya, merasa seru. Tapi, saya enggak mau sekadar tampil. Saya ingin berkarya dan akhirnya kenal sama orang-orang hebat di dunia seni dan setelah itu ditawari film-film lainnya.
Ada perbandingan karakter sekarang dengan lain?
Setiap kesempatan adalah pembelajaran dan tantangan baru bagi saya. Ini seru, variasi karakter. Dan, saya menikmati banget tantangan yang saya dapatkan. Karena saya bukan artis tapi seniman, jadi suka akan pembelajaran seperti ini.
Apa karakter yang paling diinginkan?
Banyak banget, karakter itu luas. Tapi, bagi saya karakter apa pun yang diberikan, asalkan dapat memberikan hal positif bagi orang dan menjadi pembelajaran bagi saya, pasti akan saya ambil. Karena, saya menikmati itu. Begitupun juga dengan genrenya, apa pun itu selama kualitas dan pesan yang disampaikan ada dan positif.
Karakter apa yang paling susah diperankan selama ini?
Bagi saya beda olah rasanya, semuanya tantangan dan membutuhkan observasi masing-masing. Di Street Society misalnya, saya kombinasikan dengan perasaan saat saya kehilangan ibu saya. Film Runaway harus beradegan action, sementara film Mantan Terindah ini tentang perasaan kepada mantan, jadi sangat dalam.
Apalagi, saya susah melepaskan baju setiap karakter yang saya mainkan. Jadi persiapannya lumayan panjang dan dengan pendekatan yang berbeda. Setelah memerankan apa pun, saya harus berlibur dan melepaskan itu agar seimbang. Tapi, itu serunya kita menyebarkan energi positif. Karena itulah salah satu alasan terkuat saya masuk di dunia entertainment.
Apa rencana berikutnya setelah film ini?
Belum tahu, yang jelas selain main di film Mantan Terindah, saya juga mengisi lagu latarnya. Jadi, ada empat karya lagu saya yang dipakai. Bagi saya yang penting memberi saja, jangan berpikir lainnya. Intinya semuanya asyik.
Selanjutnya, kita lihat saja ke depan, tidak usah buru- buru karena saya tidak kejar setoran. Walaupun ada beberapa tawaran tapi saya orangnya fokus, jadi kerjakan apa yang ada di depan mata dulu. Karena, jika semuanya disikat, jadinya mungkin sakit.
Jadi, lebih pilih di dunia musik atau seni peran?
Saya ini seniman bukan mau jadi artis. Jadi, saya main film dan menciptakan lagu itu karena hasil pembelajaran saya. Bagi saya seni itu plural, jadi tidak bisa dikotak-kotakkan. Sehingga, semakin saya membebaskan diri saya untuk berkreasi, akan semakin banyak berkah yang dikasih. Jadi, mau film, teater, atau musik itu masalah kebebasan rasa. Yang jelas saya selalu total dalam berkarya dan berusaha memberikan energi positif di dalamnya.
Saya juga tidak mau buru-buru, untuk karya yang indah. Saya ingin membuat naskah film tentang ibu saya. Yang main tidak perlu saya, tapi pemain lainnya. Berkarya itu plural, jadi tetap bertahan untuk nyanyi, main musik, penulis naskah, pemain film. Karena kalau niatnya ingin menyebarkan positif, alam semesta pun akan merestui.
rep:aghia khumaesi ed: endah hapsari