Rabu 13 Jan 2016 15:00 WIB

Please, Baper pada Tempatnya

Red:

Tahu kan lagu Hello milik penyanyi Adele yang lagi hits banget itu? Ternyata, ada hasil penelitian menarik terkait lagu enak itu.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh situs whatsyourprice, diketahui bahwa lagu Adele yang memiliki lirik mendalam menceritakan bagaimana seorang perempuan yang meminta maaf terhadap mantan kekasihnya itu ternyata sangat berdampak pada perempuan.

"Sudah diteliti lagu itu memberikan efek terhadap 64 persen perempuan sehingga mereka menelepon kembali mantannya karena mendengarkan lagu itu. Sementara, laki-laki hanya 17 persen yang menelepon kembali mantannya," jelas psikolog Kasandra Putranto.

Nah, inilah yang disebut dengan baper alias terbawa perasaan. Lantas, apakah kamu termasuk orang yang gampang baper?

Menurut Kasandra, jika berbicara mengenai baper, menurut penelitian tersebut sudah jelas perempuan lebih terbawa perasaanya dibandingkan laki-laki. Ditambah lagi jika dikaitkan dengan istilah baper yang belakangan berkembang maka banyak sekali kalangan remaja sekarang yang ketika menanggapi apa pun sambil terbawa perasaanya.

Sebenarnya, baper itu pasti karena ada penyebabnya. "Selain karena istilah itu sudah dibuat, berarti juga karena ada pemicunya. Ya, misal, tadi lagu Adele itu sendiri," tutur Kasandra.

Tak hanya pemicu, Kasandra menjelaskan karakteristik setiap orang juga bisa menentukan apakah seseorang  menjadi baper atau tidak. Bila dikaitkan dengan contoh pendengar lagu Adele itu maka bagi mereka yang tidak menyukai penyanyi Adele maka pasti tidak akan baper. Karakter seperti itu cenderung lebih berpikir mengapa harus baper karena lagu seperti itu tidak penting.

Melihat itu semua, Kasandra menyimpulkan bahwa yang bisa menyebabkan seseorang baper di antaranya karakteristik dan juga stimulasi atau pemicu yang ada. Biar begitu, Kasandra menilai, punya sifat baper bisa menjadi hal yang positif atau negatif.

"Kalau kita bicara perasan dan emosi, itu semua kan anugerah. Bisa merasakan sedih, gembira, dan lain-lain. Kalau kita tidak bisa merasakan itu maka masalah," tutur Kasandra. Jika seseorang tidak berperasaan maka dia bisa menjadi sangat dingin dan kejam. Ujung-ujungnya bisa berakibat negatif.

Berdampak buruk

Begitu juga jika terlalu baper, bisa berdampak buruk juga. Menurut Kasandra, jika selalu terbawa perasaan, bisa dibilang ini berlebihan. Untuk itu, menurutnya, baper akan menajdi positif jika dilakukan pada tempatnya.

"Baper itu boleh kalau positif, misalnya, nostalgia, silaturahmi, mengenang para leluhur, mengerti kesedihan orang di sekelilingnya, atau ikut bahagia jika orang yang disayangi merasakan kebahagiaan," jelas Kasandra.

Kasandra menyayangkan baper yang sekarang ini menjadi fenomena di kalangan remaja dan lainnya hanya dikaitkan dengan permasalahan percintaan. Padahal, menurutnya, baper bisa menjadi lebih positif, misalnya, dikaitkan dengan kemerdekaan. Hal tersebut akan lebih berdampak positif apa lagi untuk anak muda.

"Kalau dibawa ke percintaan melulu ya itu negatif akhirnya. Kalau menimpa anak yang masih SD gimana? Mereka seharusnya belum tahu perasaan cinta atau yang belum sepantasnya," kata Kasandra.

Dampak-dampak seperti itulah yang dimaksud Kasandra jika baper bisa menjadi suatu hal yang negatif. Selain itu, kadang-kadang seseorang juga menjadi tidak fokus pada kerjaannya atau kewajibannya ketika menghadapi masalah dengan terbawa perasaan.

Untuk menghindari baper yang menyebabkan efek negatif, Kasandra menyarankan untuk menempatkan diri sendiri pada posisi yang sepantasnya jangan berlebihan. "Ingat saja tugas sehari-hari atau tanggung jawab masing-masing jangan melarutkan diri sendiri dengan perasaan berlebihan," jelas Kasandra.

Baper boleh saja, tapi harus pada tempat yang tepat agar tak merugikan diri sendiri. Selain itu, baper juga bisa merugikan orang lain sekitar yang merasa terganggu karena penyikapan yang berlebihan pada suatu hal. n c32 ed: endah hapsari

***

Grace Kencana Pranata

Jangan Berlebihan

Urusan baper sepertinya tidak terlalu penting untuk Grace Kencana Pranata. "Kalau lagi ada masalah atau menanggapi apa pun nggak perlu dibawa baper karena nggak akan kelar itu masalahnya," kata mahasiswi jurnalistik Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik semester lima ini. Grace juga memandang baper di kalangan remaja itu seperti latah. Menurutnya, baper hanya seperti tren tersendiri yang kurang pengarahan. "Mungkin semacam ababil, tapi nggak hanya anak remaja, kadang-kadang orang tua suka baper juga," tutur Grace.

Sayangnya remaja sekarang ia nilai sudah terjangkit sekali yang namanya baper. Grace berpikir, mungkin sebelumnya sifat baper tak terlalu mewabah sepopuler kata-kata itu sendiri. Semenjak jadi tren, mau tak mau remaja sekarang jadi ikut-ikutan tren. "Bisa dibilang biar seperti anak gaul. Padahal, untuk jadi gaul nggak perlu baper. Kata baper juga menurutku bikin orang semakin latah dan akhirnya malah ikut-ikutan," ungkap Grace.

Ia juga memaknai baper itu lebih kepada sifat yang negatif dalam menanggapi suatu hal. Padahal, jika ada masalah atau menanggapi suatu hal nggak perlu berlebihan. Tentunya, Grace juga memandang jika menghadapi apa pun dengan terbawa perasaan malah merugikan diri sendiri.

Grace sendiri selalu berusaha menghindari sifat baper tersebut agar tak merugikan dirinya. "Aku selalu menganggap baper nggak penting. Kita kan ketemu orang berbagai karakter. Kalau kita baperin semuanya, wah pusing juga kepala kalau begitu caranya," ungkap Grace.

Grace mengaku selalu tidak panik dalam menghadapi masalah atau menyikapi sesuatu sehingga ujung-ujungnya nggak perlu baper. Ia memilih untuk melihat masalahnya itu baik-baik dan alasan kenapa hal tersebut bisa muncul. Jurus jitunya, Grace selalu tak lupa bersyukur karena kalau sering mengeluh bisa membuat diri sendiri gampang baper kalau ada masalah.

Meski Grace tidak selalu baper dalam menghadapi masalah serius, sesekali ia juga pernah juga terbawa perasaan. Seperti saat mendengar lagu favorit Grace yang selalu sukses membuatnya baper. "Lagu Goodbye-nya Air Supply itu menyentuh banget liriknya. Kalau nyanyi suka terbawa perasaan," ungkap Grace. Padahal, Grace tak pernah mengalami hal sesuai isi cerita lagu tersebut, tapi kalau menyanyikan lagu tersebut pasti selalu terbawa perasaan.

Meskipun begitu, ia hanya menghayati lagu itu. Dalam keadaan tertentu baper menurut Grace tetap masih bisa berdampak positif. Syaratnya, "Tidak berlebihan dan tahu kapan harus baper dengan porsi yang tepat sehingga tidak mengganggu orang lain." N c32

***

Dhyanti Sekarrini

Sulit Dihindari

Untuk Dhyanti Sekarrini, baper punya dua sisi yang berbeda. "Baper itu sebenarnya kadang bikin sedikit ganggu juga, ya. Gara-gara kata baper sudah terkenal banget sekarang apa-apa dibilang baper," kata perempuan yang kerap disapa Anti itu.

Mahasiswi Univeraitas Muhammadiyah Jakarta semester tiga itu menilai banyak yang berlebihan menanggapi kata baper. Walaupun, menurutnya, baper memang sulit dihindari karena masing-masing orang punya perasaan.

Kadang-kadang Anti merasa kesal karena setiap sikap yang dilakukan seseorang selalu dituduh baper. Menurutnya, karena kata baper yang sudah semakin tren di kalangan remaja membuat seseorang selalu dianggap baper setiap kali ngambek atau tidak setuju terhadap sesuatu.

"Kesannya dengan ada kata baper, semua orang jadi nggak boleh pakai perasaan. Sedangkan, semua orang kan punya punya perasaan, nggak bisa dihindari juga," ungkap Anti.

Dengan reaksi seperti itu, Anti mengakui memang sulit untuk bersikap tidak baper pada suatu hal. Karena, setiap orang punya perasaan, ia menilai hanya perlu menempatkan baper dalam porsi yang tepat dan tidak berlebihan.

"Jangan keseringan baper juga kali ya tapi tetap saja kan semua orang punya perasaan. Kalau sudah emosional dan menyentuh biasannya susah buat nggak baper. Yang penting sesuai porsi," jelas mahasiswa jurusan akuntansi itu.

Agar bisa sesuai porsi, Anti selalu mengingatkan diri sendiri untuk jangan terlalu terbawa perasaan. Menurutnya, manusiawi juga kalau menghadapi banyak hal terbawa perasaan karena setiap orang juga mempunyai karakter diri masing-masing.

Hanya, Anti selalu memastikan dirinya untuk tidak berlebihan. Anti mengaku memang susah menghindari baper, namun bukan sama sekali tidak bisa diatasi. Ia selalu mengingatkan diri sendiri untuk jangan menanggapi semua hal dengan perasaan.

Anti sadar, baper yang berlebihan bisa mengganggu orang di sekelilingnya juga. "Aku saja jengkel kalau lihat orang baper-nya berlebihan. Nah tinggal aku balikin aja, baper sih aku iya tapi selalu mengingatkan diri sendiri jangan berlebihan, nanti malah dijauhi orang lagi," tutur Anti.

Anti pun kalau sudah terganggu dengan orang lain yang baper sudah berlebihan, ia memilih untuk tidak mengacuhkan saja. Menurut Anti, yang bisa membuat tenang hanya diri sendiri karena masalah perasaan tidak bisa disalahkan. Meskipun begitu, Anti tetap saja sangat sulit menahan baper saat menonton film. "Apalagi, kalau nonton film bertema keluarga, ibu, sahabat, atau teman. Pasti selalu membuat baper." n c32

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement