GAZA CITY -- Warga Jalur Gaza makin terasing dari dunia luar setelah Israel memperketat blokade terhadap wilayah Palestina tersebut. Militer Israel, Senin (25/8), menutup pintu perbatasan Erez yang biasanya digunakan sebagian warga keluar atau masuk Gaza.
Selain warga Gaza, pintu perbatasan Erez juga menjadi pintu masuk dan keluar bagi para pekerja kemanusiaan, jurnalis, warga Palestina di Tepi Barat dan daerah lain, bahkan warga Israel. Militer Israel berdalih penutupan itu sebagai aksi balas atas serangan setidaknya 50 roket Hamas sejak Sabtu (23/8) malam.
Padahal, serangan roket Hamas merupakan balasan dari bombardir Israel yang tetap melakukan serangan udara dengan menargetkan warga sipil Gaza. Salah satu serangan dilaporkan telah menewaskan Mohamed al-Qul, yang dilaporkan merupakan pengatur pendanaan Hamas.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan warga Gaza untuk mengungsi dari semua tempat yang dijadikan Hamas sebagai lokasi penyerangan ke Israel. "Semua orang di tempat itu menjadi target kami," kata Netanyahu dalam pertemuan kabinet, Ahad (24/8).
Dalam sebuah wawancara, pemimpin Hamas Khaled Meshaal membantah tuduhan kelompoknya telah menargetkan warga sipil Israel. "Kami berusaha untuk menargetkan militer dan pangkalan Israel. Namun, kami tidak memiliki senjata yang menargetkan musuh kami. Jadi, untuk melakukan hal itu sangatlah sulit," katanya.
Serangan jet-jet tempur Israel di utara Gaza menewaskan seorang ibu dan tiga anaknya di dekat kamp pengungsi Jabaliyah. Seorang warga Thailand turut dilaporkan tewas dalam serangan tersebut.
Di Bethlehem, sumber militer Israel mengatakan, Mesir akan segera mengumumkan kesepakatan gencatan senjata terbaru yang direncanakan berlangsung selama satu bulan. Seperti dikutip Ma'an News Agency, Senin (25/8), pengumuman gencatan senjata terbaru akan dilaksanakan pada Senin (25/8). Mesir akan mengumumkan bahwa Hamas dan Jihad Islam telah setuju dengan kesepakatan gencatan senjata yang diprakarsai Mesir.
Surat kabar Israel Walla memberitakan, perjanjian itu mencakup tahap pertama pembukaan perbatasan Rafah dan perluasan zona perairan Gaza sepanjang 12 mil dari bibir pantai Gaza. Pihak Israel juga mengatakan, adanya kemungkinan produk komersial diizinkan memasuki Gaza secara bertahap, termasuk bahan bangunan melalui pintu perbatasan Kerem Shalom.
Khaled Meshaal meminta Israel segera mengakhiri blokade karena warga Gaza kini dalam kondisi kelaparan dan kekurangan obat. Berbicara pada TV Iran, Meshaal mengatakan, perundingan dengan Israel hanyalah sia-sia karena tak ada kesepakatan yang dicapai. "Hanya dengan kekuatan dan tekanan, Israel akan memberikan kembali tanah kita," katanya.
Anadolu Agency melaporkan, tim negosiasi Palestina dalam pembicaraan tidak langsung telah mengatakan persetujuannya untuk usulan yang diajukan Mesir. "Usulan disepakati tanpa adanya keberatan pada salah satu faksi Palestina," kata sumber yang dikutip kantor berita Turki tersebut.
Kini, para mediator Mesir sedang menunggu persetujuan dari Israel dan direncanakan diumumkan pada Senin (25/8) malam yang mulai berlaku Selasa (26/8) pagi. Walla melaporkan, Israel menerima usulan Mesir terkait gencatan senjata terbaru. Namun, hingga kini pihak Israel belum menanggapinya.
Sejak runtuhnya gencatan senjata sementara yang diprakarsai Mesir, serdadu Israel terus menyerang Gaza. Juru Bicara Kementerian Kesehatan Palestina Ashraf al-Qodra mengatakan, serangan Israel sejak 8 Juli lalu menyebabkan 2.123 warga Palestina di Gaza meninggal dalam waktu 49 hari, termasuk 577 anak-anak, 260 wanita, dan 101 kaum manula. Serangan tanpa henti Israel juga menyebabkan lebih dari 10.800 warga Gaza terluka.
Adapun di pihak Israel, militer mengonfirmasikan setidaknya 68 warga Israel, termasuk 64 tentara dan empat warga sipil, tewas selama pertempuran berlangsung. Anadolu mencatat, jumlah warga Palestina yang meninggal dalam agresi Israel kali ini melampaui jumlah korban dalam agresi sebelumnya. rep:dessy suciati saputri/c64 ed: eh ismail