Ahad 28 Sep 2014 12:00 WIB

Emas Pertama

Red: operator
Pemain ganda putri Indonesia, Greysia Polli(kiri)dan Nitya Krishinda Maheswari meluapkan kegembiraannya setelah
Pemain ganda putri Indonesia, Greysia Polli(kiri)dan Nitya Krishinda Maheswari meluapkan kegembiraannya setelah

Indonesia terakhir kali meraih medali emas di ganda putri 36 tahun lalu.

INCHEON -- Sesaat setelah smes Greysia Polii yang sempat menyentuh net bergulir masuk ke wilayah lawan, ia dan Nitya Krishinda Maheswari langsung berpelukan dengan sang pelatih, Eng Hian. Itulah pemandangan saat Indonesia akhirnya meraih medali emas pertama di Asian Games ke-17, Incheon, Korea Selatan.

Pasangan ganda putri bulu tangkis, Greysia/Nitya, berhasil menjadi yang terbaik pada nomor ganda putri cabang bulu tangkis setelah pada final di Gyeyang Gym nasium, Sabtu (27/9) malam waktu setempat. Mereka mengalahkan ganda putri Jepang, Ayaka Takahashi/Misaki Matsutomo, dua gim langsung, 21-15 dan 21-9.

Greysia mengaku begitu bangga atas raihan emas ini. Terlebih, ini bukan hanya emas pertama buat Indonesia di Asian Games, tetapi juga menjadi medali emas pertama buat pasangan itu dalam ajang multievent.

"Emas ini kami persembahkan buat keluarga, PBSI yang telah memberikan kepercayaan selama ini, masyarakat Indonesia, serta semua pihak yang telah membantu," kata Greysia seusai laga.

Ia mengatakan, hasil medali emas di Asian Games ini merupakan kerja keras bersama pasangannya, Nitya. Pebulutangkis berusia 27 tahun ini mengungkapkan, kunci kemenangan mereka adalah bermain lepas tanpa beban.Apalagi, sebelumnya, pasangan peringkat 10 dunia itu hanya di targetkan meraih perunggu."Pelatih bilang kami tidak diharapkan meraih medali, tapi kenyataannya kami menang," katanya.

Ia mengaku tak tahu-menahu mengapa pasangan Jepang malam itu bermain jelek. "Saya juga tidak tahu mengapa lawan bermain di bawah form mereka, mungkin ada faktor nonteknis maka kami bisa mengungguli mereka," katanya.

Sementara, Nitya mengatakan, sejak sebelum pertandingan, ia yakin segala sesuatunya bisa terjadi tanpa diperkirakan. "Bagi saya, tidak ada yang tidak mungkin, mereka tidak lebih dari kami," kata Nitya.

Sejak awal pertandingan yang berlangsung selama 48 menit itu, Greysia/Nitya memang langsung mengambil inisiatif serangan dan terus menekan Ayaka/Misaki. Berbagai pukulan keras pun langsung ditujukan kepada ganda putri peringkat tiga dunia itu. Strategi itu dilakukan untuk mengambil alih kendali permainan dan mencegah lawan mengembangkan permainan.

Hasilnya pun berjalan dengan sempurna. Pada gim pertama, raihan poin ganda Jepang yang sebelumnya terlihat mampu mengimbangi permainan dan pantang menyerah, berhenti di angka 15.Akhirnya, Greysia/ Nitya mampu menutup set pertama, 21-15.

Menurut Greysia, Ayaka/Misaki bukanlah lawan yang mudah. Mereka bermain begitu kuat dan tidak gampang menyerah.

Momen kebangkitan ganda putri Indonesia tercipta saat skor 15- 15. "Saat itu, mereka mulai turun dan kami bisa menguasai permainan hingga gim kedua."

Pada gim kedua, Greysia/Nitya bermain superagresif dan banyak menyerang pertahanan Ayaka/Misaki. Pasangan Jepang ini tampak kebingungan dan tak tahu mesti menerapkan permainan seperti apa hingga mereka tertinggal jauh hingga 7-16 dan sulit untuk mengejar.

Pasangan Indonesia semakin mendapat angin ketika pasangan Jepang itu sering melakukan kesalahan sendiri. Greysia/Nitya pun terus melaju ke poin 15 dan tetap mengunci lawannya. Pada kedudukan 19-9, pasangan Indonesia itu menuntaskan tugas dengan langsung melaju ke poin 21.

Pada sesi konferensi pers, Ayaka memuji pasangan Greysia/Nitya yang performanya konsisten sepanjang laga. "Greysia/ Nitya sangat kuat pada babak final perorangan kali ini, sangat berbeda dengan pertemuan sebelumnya di nomor beregu. Kami ucapkan selamat kepada Greysia/ Nitya atas kemenangan ini," ujar Ayaka.

Pencapaian Greysia/Nitya terbilang luar biasa. Apalagi, pada babak semifinal, mereka bisa mengalahkan pasangan Cina peringkat keempat dunia, Tian Qing/Zhao Yun lei.

Raihan Greysia/Nitya itu menjadi raihan medali emas pertama dari nomor ganda putri setelah 36 tahun. Terakhir, emas dari nomor ini disumbangkan Verawaty Fajrin/Imelda Wiguna pada Asian Games 1978.

Indonesia masih berpeluang untuk menambah pundi-pundi medali emas lewat pasangan ganda putra, Hendra  Setiawan/Mohammad Ahsan. Indonesia juga mengirimkan dua wakil ganda campuran ke babak semifinal, yaitu Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dan Praveen Jordan/ Debby Susanto. rep:Reja Irfa Widodo, dari Incheon, Korea Selatan/antara, ed:fernan rahadi

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement