Pagar bambu di sekeliling waduk Ria-Rio, Jakarta Timur, kini terlihat panjang. Deretan bambu itu biasa menjadi penanda kedalaman waduk bagi petugas keamanan taman. "Saat musim hujan, batas-batas bambu di sekeliling waduk tertutup air," kata salah seorang petugas keamanan, Sukianto, kepada Republika, Selasa (30/9).
Sukianto mengakui, debit waduk Ria-Rio belakangan berkurang akibat musim kemarau. Menurutnya, penurunan debit air waduk telah terjadi sejak Agustus lalu, atau saat hujan sudah sangat jarang turun. "Sekarang dasar waduk sudah hampir terlihat," kata Sukianto.
Kondisi sama terjadi di Setu Babakan, Jakarta Selatan. Pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Indra Sutisna mengatakan, untuk mengukur debit air, pihaknya biasa melihat melalui tinggi air di bibir bantaran setu. "Satu meter di bawah bibir bantaran setu itu masih standar, kalau 1.30, 1.50 meter itu tandanya semakin menyusut. Sekarang sudah lebih dari satu meter," kata Indra.
Foto:Wihdan/Republika
Pedagang mengisi jeriken dengan air bersih di kawasan Muara Baru, Jakarta, JJumat (21/3). Warga membeli air bersih untuk keperluan sehari-hari dengan harga Rp 2.000 hingga Rp 2.500 per jerikenya karena air tanah tidak layak konsumsi.
Indra mengatakan, berkurangnya volume Setu Babakan karena resapan air di hulu yang rendah akibat musim kemarau. Namun, Indra mengaku beruntung, lantaran air Setu Babakan bukan hanya berasal dari sumber air di hulu. Setu yang berada di lingkungan Kampung Betawi tersebut juga memiliki mata air sendiri. "Jadi, walaupun musim kemarau panjang, dia (Setu Babakan) nggak pernah kekeringan total," ujarnya.
Penyusutan volume dan debit air waduk-waduk di Jakarta ini menjadi peringatan bagi warga. Alasannya, waduk adalah sumber air alternatif pada saat musim kemarau panjang. Di Jakarta, selain Ria-Rio dan Setu Babakan, ada beberapa waduk yang menjadi andalan antisipasi kekeringan yakni waduk Pluit, Kodamar, dan Rawadongkel.
Kepala Sub Bidang Pengendalian Pemanfaatan Air Tanah, BPLHD Jakarta, Wawan Kurniawan mengatakan, pihaknya akan memaksimalkan semua air baku yang tertampung di waduk-waduk. Hal ini sebagai upaya untuk mengantsipasi ancaman kekeringan di Jakarta. "Kita tingkatkan kualitas air baku di sejumlah waduk ini," ujar Wawan di Jakarta, Selasa (30/9).
Meski waduk-waduk di Jakarta kini mengalami penurunan volume air, Wawan mengklaim secara umum, pasokan air bersih untuk wilayah Jakarta masih cukup. Wawan mengakui, daerah yang paling terkena dampak kekeringan adalah daerah di Jakarta Utara. Warga di sana umumnya mengonsumsi air bersih dari hidran dan tangki-tangki air yang dijual.
Salah satu perusahaan penyedia layanan air bersih untuk wilayah barat DKI Jakarta, PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), melalui Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Meyritha Maryanie kemarin, mengakui, adanya penurunan pasokan air bersih selama musim kemarau ini. "Perlu diketahui bahwa di musim kemarau selain kuantitas air baku yg menurun, juga kualitasnya lebih buruk akibat buangan rumah tangga," kata Meyritha.
Meyritha menerangkan, penurunan debit air terjadi Tangerang. Kondisi itu terutama terjadi akibat kekeringan yang terjadi di Sungai Cisadane, termasuk pasokan air curah dari Cikokol. Wilayah yang paling terdampak adalah Jakarta Utara dan Jakarta Barat seperti Pegadungan, Kalideres, Cengkareng, dan sekitarnya.
Di wilayah Jakarta Barat, pasokan air juga sempat terhenti untuk sebagian Kelurahan Pegadungan dan Kelurahan Kalideres. "Kami bantu dengan megirimkan truk tanki," kata Meyritha.
Untuk mengatasi permasalahan ini, Palyja menggunakan teknologi biofiltrasi di Intake Banjir Kanal. Hal ini juga dilakukan untuk menambah jumlah air baku jika PJT2 mengalami penurunan. "Teknologi ini sudah kita gunakan di IPA Taman Kota. Selanjutnya akan dilakukan juga di IPA Cilandak," kata Meyritha.
Sawah puso
Di Nusa Tenggara Barat (NTB), musim kemarau panjang telah berdampak pada kerusakan areal pertanian warga. Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura NTB Husni Fahri mencatat 216 hektare lebih tanaman padi dan jagung di daerah itu mengalami puso akibat kekeringan. "Lahan padi dan jagung yang terkena puso itu ada di empat kabupaten, meliputi Sumbawa 72 hektare, Sumbawa Barat 44 hektare, Lombok Barat 26 hektare, dan Dompu 10 hektare," terang Husni.
Sedangkan untuk tanaman jagung, kerusakan hanya terjadi di Kabupaten Sumbawa Barat dengan luas areal mencapai 20 hektare. "Jadi, untuk padi yang rusak berat atau puso 196 hektare, rusak ringan 152 hektare. Sedangkan jagung tercatat 20 hektare puso, ringan 17 hektare, dan sedang tiga hektare," kata Husni.
Rusaknya tanaman padi dan jagung tersebut karena lahan-lahan pertanian di empat kabupaten itu mengalami kesulitan pasokan air akibat aliran irigasi yang kering. Gubernur NTB TGH Zainul Majdi pun telah menginstruksikan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) di lingkungan pemerintah provinsinya untuk mengintensifkan upaya penanganan kekeringan.
Menurut Zainul, upaya intesif itu tidak hanya sebatas kepada masyarakat yang mengalami kekurangan air bersih, tetapi para petani yang sawahnya puso akibat kekeringan. "Jadi, saya meminta semua dilibatkan, dan pemerintah daerah berharap kekeringan ini dinaikkan menjadi bencana. Kalau ancaman kekeringan ini dinaikkan menjadi bencana maka akan lebih baik karena upaya yang dilakukan bisa lebih sistematis," katanya. rep:c82/c89/57/92/antara ed: andri saubani