JAKARTA -- Niat pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi sebelum 1 Januari 2015 telah memicu keresahan warga. BBM akan mendorong lonjakan harga makanan, ongkos transportasi, serta berbagai produk lainnya. Sementara pertumbuhan ekonomi cenderung melambat.
Nyoman Seputra, pengusaha roti di Bali, mengaku sangat khawatir terhadap dampak kenaikan BBM. Karena, harga bahan baku pasti akan naik. Padahal, kata dia, enam bulan terakhir harga tepung terus menanjak mengikuti harga dolar. "Dapat dipastikan, kalau BBM naik, pastilah harga-harga akan ikut naik pula, karena biaya transportasi yang pasti naik," katanya pada Republika, Kamis (30/10).
Keluhan serupa juga disampaikan oleh pengusaha kemasan kacang goreng di Pulau Dewata, Sobirin. Kenaikan harga, kata dia, pasti tidak dapat terhindarkan. Dia pun tak tahu apakah akan menaikkan harga kacang goreng atau tidak. Karena, kalaupun dinaikkan tidak semua konsumen bisa menerima. "Biasanya kami yang menerima akibatnya. Menaikkan harga ditinggal pembeli, tapi kalau dinaikkan biaya produksi sudah naik."
Dari Ibu Kota, sopir KWK 01 jurusan Blok M - Pondok Labu, Jakarta, Aswandi tak menampik jika kenaikan BBM akan mengerek ongkos angkutan. Selain dari biaya bensin yang melonjak, biasanya setoran juga akan naik. Namun, dia khawatir, kenaikan tarif justru akan mengurangi jumlah penumpang untuk angkutan umum seperti mikrolet, kopaja, dan metromini. Karena, beban ongkos mereka semakin besar.
"Saya bakalan manut saja kalau uang setoran tidak naik, tapi kalau setoran naik kita minta ongkos naik juga," katanya. Iswandi sadar, kenaikan BBM ini bak buah simalakama. Tak dinaikkan kas negara menipis, tapi kalau naik rakyat yang kena imbas.
Seorang penumpang angkutan KWK 01 membenarkan kata Iswandi. Ia akan mencari alternatif lain untuk mengurangi ongkos yang dikeluarkan setiap harinya. Pegawai swasta itu memilih untuk membeli kendaraan roda dua.
Para pengemudi taksi di Surabaya juga ikut cemas dengan niatan itu. Tanpa kenaikan harga BBM sekalipun, para sopir taksi kini sudah kepayahan terhimpit berbagai kebutuhan ekonomi. "Kalau BBM naik, tarif argo naik, target dari perusahaan juga naik. Perusahaan nggak mau tahu, sopir yang kelimpungan," ujar Soleh, sopir taksi, kepada Republika Kamis.
Para nelayan tradisional di Kabupaten Indramayu juga menolak dengan tegas rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM). ''Ya jelas kami sangat menolak,'' tegas Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, kepada Republika, Kamis.
Kajidin mengatakan, kenaikan harga BBM akan membuat modal melaut menjadi membengkak. Pasalnya, sebagian besar modal melaut digunakan untuk keperluan BBM (solar). Tak hanya itu, lanjut Kajidin, kenaikan harga BBM pasti akan memicu kenaikan harga bahan-bahan kebutuhan pokok. Dengan demikian, perbekalan melaut juga akan semakin mahal. Di sisi lain, kata Kajidin, harga ikan hingga kini tak menentu bahkan cenderung anjlok saat pasokan ikan berlimpah.
Namun, sikap berbeda disampaikan para pengusaha. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Franky Sibarani justru mendukung kenaikan harga BBM bersubsidi. Menurutnya, selama ini BBM bersubsidi salah sasaran dan tidak menyehatkan APBN. Franky tak menampik bahwa dengan kenaikan harga BBM bersubsidi ini akan berpengaruh terhadap daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah.
"Selama tiga bulan pemerintah bisa membuat kebijakan untuk memberikan bantuan kepada masyarakat kelas menengah bawah agar daya belinya lebih siap," ujar Franky, Kamis.
Bank Indonesia sudah menghitung dampak kenaikan harga BBM bersubsidi itu. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo menjelaskan, kenaikan harga BBM bisa melejitkan inflasi tahun ini hingga sembilan persen. Angka inflasi itu di atas target pemerintah yang menetapkan inflasi 5,3 persen pada APBN-P 2014.
Lonjakan angka itu akan terjadi jika pemerintah tetap menaikkan BBM sebesar Rp 3.000 per liter seperti diwacanakan tim transisi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Sampai akhir tahun, BI memprediksi angka core inflasi bisa mencapai 5,2 persen, tanpa ada kenaikan BBM. Sementara berdasarkan hitungan BI, setiap kenaikan haga BBM Rp 1.000, akan berdampak pada kenaikan inflasi 1,2 persen.
n dessy suciati saputri/c02/rizky jaramaya rep:ahmad baraas, dwi murdaningsih ed: teguh firmansyah