Ahad 18 Sep 2016 15:00 WIB

Ternyata, Sains tidak Susah

Red:

 

Yasin Habibi/Republika         

 

 

 

 

 

 

 

 

Awalnya, Bunga Fadhilah Sunaryo (13 tahun) mengira membuat roket air sebagai hal yang sulit. Tetapi, ketika dikerjakan bersama, prosesnya ternyata menjadi mudah. Begitu pula dengan sains. Menurutnya, jika dilakukan dengan hati senang dan tidak mengeluh, subjek yang biasanya ditakuti ini justru menjadi menyenangkan.

Iya bisa bikin sains asyik dan ngasih tahu kalau sains nggak susah, kata siswa kelas VII SMP Negeri 19 Jakarta ini kepada Republika di Jakarta, Sabtu (17/9).

Dewa Bagas Pratama (13) juga merasakan serunya membuat roket air. Bahkan, dia berharap agar kegiatan belajar sambil bermain seperti membuat roket air bisa dipraktikkan di sekolahnya. Dengan begitu, para siswa akan semakin tertarik pada sains.

Mudah-mudahan setelah ujian tengah semester ada (praktik fun science) biar seru. Kita bisa belajar efektif dengan bermain. Kita bisa bereksperimen dan bermain gim yang bisa masuk ke otak ilmunya, kata siswa kelas VIII di SMP Nizamia Andalusia ini. Bunga dan Dewa merupakan dua peserta dari 88 orang yang hadir dalam acara Republika Fun Science yang digelar Republika, Sabtu. Lewat acara ini, Republika hendak mengajak anak-anak belajar sains dengan cara menyenangkan.

Kali ini, tema yang diambil mengenai roket air. Para peneliti dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) memberikan materi kepada anak-anak yang terdiri dari kelas IV, V, dan VI SD serta SMP ini, tak hanya dalam bentuk teori, tapi juga praktik.

Kegiatan dimulai dengan pemberian materi. Dalam kesempatan itu, peserta memperoleh informasi tentang apa itu roket, sejarah perkembangan roket, berbagai jenis roket, manfaat roket, hingga cara kerjanya. Usai pemberian materi, anak-anak diminta membuat roketnya sendiri. Bukan roket sungguhan, melainkan roket air yang terbuat dari botol plastik. Lewat pembuatan roket air ini, anak diajak memahami bagaimana cara kerja roket terbang.

Ini bagian dari acara Fun Science, belajar sains dengan cara menyenangkan. Sekarang sudah dua kali dan kami bikin variasi. Makanya kami membuat acara mengenal roket, kata Wakil Pemimpin Redaksi Republika Nur Hasan Murtiaji, Sabtu.

Kepala Lapan Thomas Djamaluddin sebagai pemateri mengajak para peserta untuk memikirkan apa cita-cita mereka saat dewasa nanti. Apabila sudah menentukan cita-cita, anak-anak diminta belajar serius agar impiannya tersebut tercapai. Kalau ada yang bercita-cita ingin menjadi ilmuwan atau insinyur, maka sains harus dikuasai. Sains itu sesuatu yang menyenangkan, ujar dia.

Ketagihan Fatih Akhtar Rahmanto (12) mengaku ketagihan mengikuti acara Fun Science yang diadakan Republika. Ini kedua kalinya ikut ini, seru dan mendidik. Bikin makin senang sama sains, ujar dia.

Siswa kelas VIII SMP Garuda Cendekia itu merasa tertarik karena bisa mempelajari bagian, sejarah, dan cara kerja roket lewat acara berdurasi sekitar tiga jam ini. Fatih menamai roket air milik kelompoknya dengan nama RI48. RI merupakan singkatan dari Republik Indonesia. Sedangkan, empat berarti nama kelompoknya, dan delapan menunjukkan jumlah orang dalam grup tersebut. Hanya, dia agak kecewa lantaran roketnya tidak meluncur jauh dan cenderung pelan. Hanya sekitar lima meter, kata penyuka mata pelajaran IPA ini.

Meski roket airnya tidak meluncur sempurna, Fatih tidak kapok mengikuti Fun Science tersebut. Bahkan, jika ada kesempatan lain, dia akan menyempatkan diri hadir bersama orang tuanya. Tentunya dengan tema dan praktik berbeda yang tidak kalah seru.

Uswah Hasanah, orang tua salah satu peserta, mengatakan, aktivitas seperti ini memang mampu membuat anak tertarik pada sains. Apalagi, ada praktiknya. Anak-anak pasti suka, ujar dia. Uswah mengikutsertakan dua anaknya, yakni Alifia Azzahra (kelas V SD) dan Amira Sabina Maulida (kelas III SD). Dia mengetahui informasi kegiatan ini dari Klinik Pendidikan MIPA (KPM) besutan Ridwan Hasan. Ridwan sendiri merupakan pembimbing di dua kesempatan Republika Fun Science sebelumnya.

Tema kegiatan kali ini adalah membuat roket air. Uswah sendiri ikut antusias dengan tema tersebut. Seru saja begitu lihat temanya, apalagi yang memberi bimbingan Pak Thomas Djamaluddin, kata dia.

Meski begitu, perempuan berdomisili di Ciputat ini tak akan memaksa anaknya harus berkecimpung di dunia sains saat dewasa. Biar mereka mencoba semuanya dulu, baru nanti kita lihat minatnya ke mana, ujar Uswah.

Orang tua peserta lainnya, Andi Romeo Sagita, mengatakan, kegiatan ini bisa menarik minat anak pada sains karena mereka tidak hanya terpaku pada teori dan rumus yang rumit. Sang anak, Rachela Qesia Maftuhah (kelas V SD), baru pertama kali mengikuti kegiatan ini. Saya harap kegiatan ini bisa menambah ilmu pengetahuan anak-anak, kata Andi.

Rachela, kata dia, memang sudah menyukai sains sejak kelas II SD, khususnya pelajaran matematika. Kebetulan di sekolah Rachela, yang terletak di Rawamangun, sering diadakan berbagai praktikum agar anak tidak bosan mempelajari sains.     Oleh Qommarria Rostianti, ed: Mansyur Faqih

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement