Senin 11 Aug 2014 14:30 WIB

Hilangnya Senyum Pengusaha Tempe kala Harga Solar Naik

Red:

Hari itu, hati Slamet mulai lega. Pasalnya, ia masih bisa membeli solar subsidi di SPBU langganannya tanpa perlu banyak mengantre. Dia membeli 20 liter solar untuk memenuhi kebutuhan produksi di pabrik tahu tempenya di Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Solar sebanyak itu mampu menggerakkan mesin penggiling kedelainya selama satu pekan.

Namun, keceriaan dia tak berlangsung. Ini setelah dia mendengar keputusan pemerintah yang mulai membatasi solar bersubsidi. Ia khawatir. Pasti. Pasalnya, dari pengalaman masa lalu, harga kedelai dipastikan naik jika harga solar naik. "Ongkos transportasi kedelai kan juga memakai solar," tutur Slamet, pasrah. Bila kondisi berlanjut, mau tak mau ia harus mencari cara agar usaha tahu tempenya tetap berproduksi tanpa menanggung rugi.

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/ Yasin Habibi

Pekerja membuat tahu dan tempe di Perumahan Industri Kecil (PIK) Primkopti Sentra Tahu dan Tempe Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (8/8).

 

Slamet merinci, biaya produksi dalam sehari terdiri atas tiga liter solar, 150 kg kedelai, dan upah tiga orang pekerja sebesar Rp 180 ribu per hari. Selain itu, ia juga membeli daun pembungkus tempe seharga Rp 60 ribu dan tali pengikat tempe Rp 15 ribu.

Harga kedelai saat ini, kata Slamet, yaitu Rp 8.500 per kg. "Saya dengar, kabar kalau subsidi solar dicabut harganya bisa naik sampai Rp 12 ribu per liter," ujar Slamet.

Menurut Slamet, harga solar yang naik hampir dua kali lipat pasti mengakibatkan biaya produksi akan membengkak.

Untuk saat ini, ia mengaku belum kesulitan memperoleh solar bersubsidi. Tapi, jika kelak subsidi BBM benar-benar dicabut di wilayahnya, maka penghasilan para pelaku usaha kecil menengah (UKM) seperti dirinya akan sangat terpengaruh. "Kami tak bisa menaikkan harga tahu tempe semaunya karena harus ada kesepakatan antarpara pedagang tahu tempe," terang Slamet.

Ia menuturkan, opsi menaikkan tahu tempe harus dirembug bersama para pengusaha yang lain. Meski hal sepele, makanan ini kerap menjadi menu utama masyarakat Indonesia. "Kalau dinaikkan sendiri-sendiri dan harganya beda-beda, nanti pasti konsumen mencari yang paling murah," jelas Slamet.

Saat ini, Slamet menjual tahunya seharga Rp 60 ribu per ember. Tiap ember berisi 100 buah tahu. Bila dibeli secara eceran, ia menjual Rp 700 per buah tahu. Berapa keuntungannya bila harga solar subsidi naik? Slamet terdiam. rep:c88 ed: zaky al hamzah

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement