Ahad 13 Jul 2014 13:00 WIB

Netanyahu Bergeming

Red: operator

Tujuh puluh persen korban jiwa adalah warga sipil.

GAZA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak menghentikan operasi serangan di Jalur Gaza. Netanyahu mengatakan, tekanan internasional tidak mengurungkan niat Israel untuk melancarkan serangan yang lebih besar ke daerah terisolasi itu.

Dia mengatakan, sejak Selasa (8/7), Israel telah menyerang lebih dari 1.000 sasaran di Gaza dan menggunakan kekuatan dua kali lebih besar dari yang digunakan selama operasi serupa tahun 2012.

Netanyahu, seperti dikutip dari BBC, mengatakan, ia telah melakukan pembi  caraan melalui telepon dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel. Pembicaraan tersebut diakuinya berjalan dengan positif. Namun, ia menambahkan, tidak ada tekanan internasional yang bisa mencegah pihaknya dalam bertindak dengan menggu nakan segala kekuatan.

Kantor HAM PBB menyebut, serangan Israel ke Gaza dapat melanggar hukum perang. "Kami menerima laporan yang ba nyak korban jiwa adalah anak-anak akibat serangan yang dilancarkan ke rumah-rumah, " kata juru bicara Kantor HAM PBB Ravina Sham  dasani, dilansir dari Maan News. Padahal, ungkap Sham dasani, warga sipil tak boleh menjadi sasaran dalam sebuah operasi militer.

"Laporan ini menambah keraguan apakah serangan udara Israel sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional dan hukum HAM internasional, " tambahnya. Shamdasani mengatakan, menargetkan rumah rumah merupakan pelanggaran, kecuali bangunan tersebut digunakan untuk tujuan militer.

"Bangunan yang digunakan oleh warga sipil seperti rumah dianggap sebagai target militer yang tak sah, " jelasnya. "Bahkan, jika rumah tersebut digunakan untuk tujuan militer, serangan juga harus sesuai dan tin dakan pencegahan juga harus dilakukan untuk melindungi warga sipil, " tambahnya.

Israel menuduh Hamas dan pejuang Palestina yang telah menembakkan roketnya ke Israel sengaja menempatkan perlengka pan militernya ke wilayah padat penduduk untuk dijadikan sebagai tameng.

Hingga Sabtu (12/7) malam, 121 warga meninggal dalam serangan yang menarget rumah-rumah warga. Kementerian Kesehat  an Palestina mengatakan, selain korban jiwa, sekitar 750 orang ikut terluka dalam operasi militer yang dilakukan Israel tersebut. Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan telah menghitung bahwa 77 persen dari orang meninggal di Gaza sejauh ini adalah warga sipil.

Menurut keterangan yang didapat dari Juru Bicara Kementerian Kesehatan Pales  tina, dalam serangan di Beit Lahiya, Jumat (11/7) malam, Israel menghantam sebuah bangunan yang digunakan oleh yayasan amal bagi penyandang cacat. Akibatnya, dua remaja perempuan meninggal.

Tiga orang lainnya, termasuk seorang pejuang Jihad Islam, tewas ketika sebuah rumah di kamp pengungsi Jabaliya terkena serangan udara. Sebuah masjid di Jalur Gaza Tengah pun ikut menjadi sasaran serangan Israel. Militer Israel mengatakan, bangunan-bangunan tersebut telah digu nakan untuk menyimpan senjata.

Ratusan rudal dan roket telah ditembakkan sejak Israel mulai beroperasi lima hari lalu. Israel mengatakan, mereka telah melakukan 1.160 serangan dan menembakkan 689 roket dalam empat hari.

Ketegangan di Jalur Gaza juga berdampak pada penduduk Palestina di Tepi Barat. Pasukan Israel membatasi warga Palestina yang memasuki Masjid al-Aqsa untuk Shalat Jumat. Para pemuda yang berusia di bawah 50 tahun pun tak diizinkan masuk ke masjid.

"Pasukan Israel mengubah Yerusalem menjadi pangkalan militer dan melarang umat Muslim memasuki masjid al-Aqsa untuk melaksanakan shalat Jumat, " kata Lembaga al-Aqsa dalam pernyataannya seperti dilansir dari Maan News. Kepolisian Israel dilaporkan membuat barikade di Old City dan sekitar gerbang Damaskus. rep:Dessy Suciati Saputri/c82, ed:hafidz muftisany

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement