Ahad 29 May 2016 15:28 WIB

MENURUNI LUBUK MINTURUN

Red: Arifin

Menikmati deru air jernih dan alam yang menantang di pinggiran Kota Padang.

 

Seperti sebuah janji yang terlalu indah. Ia mengajak saya menikmati pinggiran Kota Padang, Sumatra Barat yang hijau. `'Ada hutan, air terjun, ada pemandian alam, yang indah,'' kata Fadhly dalam perjalanan ke Baduy Dalam akhir tahun lalu.

Fadhly Reza begitulah nama lengkapnya. Kawan saya ini seorang pekerja media nasional yang tengah membangun sebuah media di kota asal-usulnya itu. Tak bosan- bosannya ia memamerkan sisi lain Kota Padang. Lubuk Minturun, itu nama kawasan yang ia sebut. Ceritanya membuat saya langsung terpikat.

Lubuk Minturun bukan nama asing.

Menjelang Ramadhan, selalu saja ada berita tradisi balimau, mandi-mandi di Batang (Sungai) Minturun. Lubuk Minturun sudah dikenal sejak zaman Belanda.

Kawasan ini sejak dulunya juga tempat mandi-mandi keluarga Belanda. Ada sebuah pemandian di sana. Di daerah ini dulu pernah ada lori, kereta peninggalan Belanda yang kini tinggal cerita.

Lubuk Minturun masuk dalam Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang. Letaknya sekitar 20 kilometer dari pusat kota.

`'Dulu, kawasan ini belum masuk Padang,''

kata Datuk Emral Djamal, budayawan Padang yang kerap mintai ceritanya seputar Sumatra Barat.

Bila Padang adalah kota yang panas dan gersang maka kawasan Lubuk Minturun makin menghijau dan sejuk. Melewati By Pass, jalan menuju Solok , kita akan menemukan warga menjual tanaman. Banyak halaman rumah yang dipenuhi aneka warna-warni bebungaan dan tanaman hias siap jual dalam polibag.

Lubuk Minturun terpelihara hijau oleh perkebunan warga dan hutan lindung.

Banyak burung beterbangan. Petang hari burung-burung enggang masih terlihat beterbangan pulang. Sayapnya yang panjang, membuat buat burung ini terlihat terbang dengan sayap membentang lebar.

Terbang berpasangan sambil mengeluarkan suaranya, cerita Fadhly, memberi suasana khas pada petang hari. `'Mirip jurassic park,'' kata Fadhly, memperbandingkan dengan suasana pada film besutan Steven Spielberg tahun 1993 itu.

Di jalan yang melewati Batang Minturun, pemukiman berdiri cukup rapat. Hanya satu-dua rumah tradisional yang tersisa. Jangan harapkan rumah tradisional bergonjong dengan atap meruncing di sisi kiri dan kanannya. Gonjong yang hilang itu disebut- sebut karena pengaruh Aceh yang pernah menguasai kawasan pesisir Sumatera Barat.

Meski tanpa gon jong, rumah gadang kawasan pesisir Sumatra Barat, memiliki atap pelana, agak melengkung namun tak sedalam atap gonjong. Rumah atap kajangpadati, begitulah sebutannya. Kendati begitu, rumah tradisional ini tetaplah unik dan indah. Terbuat dari kayu dan dihiasi ornamen ukiran yang menghibur mata di perjalanan.

Pesona Lubuk Minturun pastinya ada di pepohonan dan air. `Water park' ABG, kolam renang, yang populer bagi orang- orang Padang yang letaknya mendekati hutan lindung. Pesona terbaru di kalangan anak muda terletak di alamnya. Mulai dari Air Terjun Tujuh Tingkat dan Lamun Saok atau yang populer disebut Ngungun Saok.

Tempat-tempat alam indah ini populer sejak 2015 berkat aktivitas warga media sosial. Begitu sempat ke Kota Padang, maka saya pun menagih Fadhly untuk menunjukkan keindahan yang diceritakannya. 

 

 

Yang Terlarang di Lubuk Lukum

Kami sempat menuju sebuah lubuk larangan di Batang Minturun. Lubuk Lukum, namanya. Sebuah tempat di mana orang-orang bercanda dengan begitu banyak ikan, ikan gariang. Ikan gariang banyak hidup di sungai-sungai di Ranah Minang.

Sejak dulu, ikan gariang tak boleh ditangkapi di sini, kecuali pada saat-saat tertentu. Dengan begitu, ikan-ikan itu tidak punah, dan tetap bisa beranak pinak. Saya temukan tulisan yang menyebut ikan gariang di kawasan itu berukuran besar. 

Tempat terbukaitu yang hanya dilengkapi kamar kecil dan tempat duduk-duduk bertatap seng. Fadhly berdiri di tepian sungai.

Ia memanggil ikan-ikan itu dengan lemparan makanan kering yang dibelinya di warung setempat. Hanya sedikit ikan yang datang.

Ukurannya pun tak seperti yang diceritakan, hanya kira-kira sejengkal. `'Semalam hujan lebat, ikan-ikan itu buyar,'' ujar dia.   Oleh Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement