Ahad 21 Aug 2016 17:00 WIB

Perpaduan Budaya Unik di Catania

Red:

Saya tiba di kota terbesar kedua di Sisilia pada Juli, puncak liburan sekolah. Tak heran pantai pun dipenuhi wisatawan. Bagi orang Indonesia, mungkin pantai di Sisilia terlihat 'biasa'. Namun, bagi warga Eropa, untuk bisa berlibur di bawah sinar matahari dan pantai dengan pasir halus merupakan kemewahan.

Birunya laut Mediterania dengan ombak yang tenang membuat saya betah lama-lama berleyeh-leyeh di pinggir pantai. Jika bosan bermain dan berenang di pantai, Anda juga bisa berjalanjalan menikmati keindahan Kota Catania. Jangan khawatir jika Anda tak ingin lelah berjalan. Sebab, kita bisa berkeliling menggunakan kereta wisata (40 menit, 5 poundsterling perorang).

Maklum, suhu di musim panas bisa mencapai 34 derajat Celcius dan cukup lembap. Saya menuju ke objek wisata utama, yaitu Duomo di Catania. Sebuah katedral dengan kubah indah yang telah berdiri lebih dari seribu tahun. Uniknya, di pelataran Piazza Duomo ini terdapat simbol Kota Catania, yaitu u Liotru (Fontana dell'Elefante) yang berupa tugu

dengan patung gajah.

Ternyata, Pulau Sisilia menyimpan sejarah yang erat dengan budaya Arab. Pada 827-1061, Catania dikuasai oleh Muslim Arab dan oleh mereka kota ini dijuluki dengan 'Kota Gajah'. Assalamualaikum konon merupakan salam yang sudah umumnya diucapkan di Sisilia kala itu. Bahkan, sampai sekarang pun dialek Sisilia masih menggunakan beberapa kosa kata Arab, seperti casata (qashata: keju), calta (istana), zagara (zahr: bunga

jeruk), dan mischinu (miskin).

Sayangnya, peninggalan bangunan semasa penaklukan Islam sangat jarang dijumpai di pulau ini. Salah satu yang masih tersisa adalah Palazzo dei Normanni, istana cantik bergaya Arab-Norman di Palermo. Selain peninggalan Arab, Catania juga masih menyimpan beberapa amphiteater khas Roma. Meskipun telah tertimbun lava (Catania pada 1669 tertutup oleh lava dari gunung vulkanis Etna), beberapa situs tetap bisa bertahan. Salah satu yang saya kunjungi adalah amphiteater di Piazza Stesicoro, yang hanya setengah bangunannya bertahan.

Jika masih bersemangat untuk menelaah kota ini, Anda bisa mengikuti tur selama 1,5 jam ke dalam Monastero dei Benedetti yang dibanderol dengan haraga 7 euro (untuk

mahasiswa hanya 2 euro). Monastery ini merupakan salah satu yang terbesar di Eropa dan termasuk dalam jajaran UNESCO World Heritage Site. Dari Catania, bagi yang tertarik dengan wisata alam, Anda bisa menjelajahi gunung vulkanis Etna, yang masih aktif.

Anda bisa ikut tur dengan bus (45-55 euro untuk setengah hari) atau menyewa mobil dan naik cable car untuk sampai ke atasnya. Jangan lupa untuk mencicipi hidangan khas Sisilia di Catania, tentunya bukan hanya piza atau pasta. Pada pagi hari, bar-bar umumnya menyajikan granita (semacam es serut rasa almond atau buah, dengan

tekstur yang lebih lembut) dan cornetto (roti dengan rasa dan bentuk mirip croissant).

Siang itu, perut saya sudah lapar sehingga saya memutuskan makan ke salah satu ristorante tradisional Sisilia apik di tengah kota. Begitu melihat menu saya lumayan kaget dengan salah satu hidangan yang ditawarkan: 'bola daging keledai', 'burger keledai', sampai 'steak keledai'. Ya, memang daging keledai menjadi salah satu kuliner andalan di

Catania ini.

Namun, saya tak bisa memakannya, dan memilih pasta di anchoives dengan taburan tepung panir panggang. Saya baru tersadar ternyata di Italia ini, jika makan di ristorante, Anda akan dikenakan sit charge jika duduk (jika take-away atau berdiri lain lagi). Sit charge ini umumnya bervariasi mulai dari 1-4 euro. Tapi, sit charge ini sudah termasuk dengan sajian pembuka, seperti aneka roti bulat panas atau irisan baguette. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement