Ahad 18 Sep 2016 16:00 WIB

Musim Panas di Beijing

Red:

Mengunjungi Negara Tirai Bambu tak lengkap rasanya tanpa mengunjungi Beijing. Kota yang terletak di bagian utara Cina ini menunggu dengan berbagai destinasi jalan-jalan yang menarik.

Saya melanjutkan perjalanan dari Xinjiang menuju Beijing dengan perjalanan udara. Waktu yang dibutuhkan lumayan lama. Saya dari Kashgar harus terbang selama dua jam untuk transit sebentar di Urumqi. Dari ibu kota Provinsi Xinjiang tersebut, saya meneruskan perjalanan hampir lima jam ke Beijing.

Waktu di Beijing agak lebih 'normal'. Siang harinya berkisar 13 jam. Tak jauh berbeda dengan situasi di Indonesia. Kesan pertama saat menginjak Beijing adalah Jakarta, macetnya luar biasa. Padahal, jalur kendaraan di Beijing amat lega. Ada jalur khusus untuk sepeda. Pedestriannya pun amat lebar, nyaman, dan bersih. Khusus fasilitas tersebut, Beijing lebih unggul dibandingkan Jakarta. Namun, efek macetnya amat mirip.

Kendaraan pribadi memang mendominasi di sini. Kendaraan umum sebenarnya tersedia banyak pilihan. Ada bus listrik, taksi, dan subway yang terkoneksi ke semua wilayah Beijing hingga ke bandara. Jika mengerti bahasa Mandarin atau punya teman di Beijing, menikmati Beijing dengan subway rasanya lebih nyaman. Selain cepat, juga murah. Hanya perlu 4-5 yuan untuk perjalanan jarak dekat.

Saat di Beijing saya menginap di Xinjiang Plaza Hotel. Jadi, tak perlu khawatir dengan makanan halal selama di hotel. Saya juga menggunakan aplikasi Muslim Pro di gawai saya untuk menemukan restoran halal di sekitar hotel. Berbeda dengan Xinjiang, restoran halal di Beijing memasang logo halal di depan toko mereka. Jadi, jika ingin mencari yang halal di Beijing, pastikan ada logo halal di depan restoran.

Tempat pertama yang harus dikunjungi saat di Beijing adalah Forbidden City alias Kota Terlarang. Saat datang ke Forbidden City pada musim panas seperti yang saya lakukan, ada beberapa hal yang harus disiapkan.

Berjemur di Kota Terlarang

Pertama, pakailah topi atau bawa payung. Suhu saat musim panas di Forbidden City bisa mencapai 40 derajat Celcius. Panas menyengat di area yang luas salah satunya disebabkan suhu bebatuan di sana turut meningkat.

Selalu membawa air minum. Memang ada toko yang menjual air minum di dalam, tapi letaknya setengah perjalanan menapaki bekas istana Kaisar Cina ini. Selain itu, gunakan krim tabir surya agar sengatan matahari tak membakar kulit.

Tiket masuk ke Forbidden City cukup murah, hanya 2 yuan. Istana kaisar yang memakan waktu pembangunan hingga 14 tahun ini memiliki luas hampir 74 hektare. Tidak semua area dibuka untuk wisatawan. Jarak antargerbang sendiri kurang lebih 1 kilometer (km). Jadi, siapkan fisik yang prima untuk jalan-jalan di tengah panasnya Beijing sepanjang 1 km.

Di dalam Forbidden City berdiri beberapa bangunan dengan fungsinya masing-masing. Di beberapa ruangan bahkan tak ada isinya. Pengunjung tak boleh memasuki ruangan demi alasan menjaga situs yang sudah ditetapkan UNESCO sebagai World Cultural Heritage sejak 1987 ini.

Rasanya sayang jika sudah ke Beijing, tapi tak menginjakkan kaki ke Tembok Besar. Setelah mencari-cari informasi travel yang bisa mengantarkan ke Tembok Besar, akhirnya bisa mendaftar dengan paket tur seharga 260 yuan. Paket tur ke Tembok Besar Cina termasuk jemput di hotel, guide bahasa Inggris dan kendaraan minibus berkapasitas 10 orang. Cukup nyaman dibandingkan harus bergabung dengan rombongan 30 orang dalam bus kecil tanpa bahasa Inggris.    Oleh Hafidz Muftisany, ed: Nina Chairani

 

Ke Situs Makam Dinasti Ming

Saya bergabung dengan beberapa wisawatan dari Polandia dan Republik Irlandia. Awalnya, kami diajak ke situs makam Dinasti Ming. Letaknya 50 kilometer dari pusat Kota Beijing. Wilayah pegunungan Tianshou yang cukup asri. Situs ini adalah tempat pemakaman bagi Dinasti Ming yang berkuasa pada tahun 1368 - 1644.

Meskipun saat itu liburan musim panas, situs makam tersebut agaknya cukup sepi. Kita hanya disuguhi beberapa bangunan dengan arsitektur mirip seperti di Forbidden City. Makamnya berada di atas bukit. Sementara, bangunan-bangunan yang berdiri di bawah kaki gunung sebagai penanda. Di dalam bangunan kini diletakkan beberapa benda peninggalan Dinasti Ming.

Termasuk di dalamnya baju kaisar, baju permaisuri, mahkota permaisuri, uang emas di zaman Dinasti Ming, dan surat-surat yang pernah dibuat oleh sang kaisar.

Lepas dari situs makam Dinasti Ming, kami bergerak ke toko giok Bona Jade, salah satu toko giok terbesar di Cina. Letaknya tak jauh, hanya sekitar 15 menit perjalanan. Di toko ini semua giok yang dijual adalah asli, sehingga harga yang ditawarkan pun sesuai dengan kualitasnya.

Setelah memasuki toko, kami dipandu untuk mengikuti tur singkat di toko sekaligus produsen giok tersebut. Di Cina, warna giok memiliki makna tersendiri. Warna merah identik dengan keberuntungan, sehingga banyak dipakai untuk upacara pernikahan. Warna hitam adalah warna romantis. Sementara giok yang paling bagus berwarna hijau, sebab tingkatannya sudah seperti berlian.

Tur ke Bona Jade sebenarnya lebih memfasilitasi mereka yang ingin belanja aneka giok. Toko ini pula yang membuat lapisan medali Olimpiade Beijing 2008 dengan ornamen giok. Areanya cukup luas dengan aneka bentuk ornamen giok, mulai dari perhiasan, pajangan hingga kolam air dengan harga miliaran rupiah.

Di sudut toko giok ini ada restoran yang cukup luas. Kita menikmati makan siang di sana. Makan siang termasuk dalam paket tur ke Tembok Cina. Sebelumnya, guide menanyakan apakah ada yang pantang dengan daging babi, saya mengangkat tangan. Menu makan siang bisa dikondisikan bagi Muslim.    ed: Nina Chairani

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement