Ahad 18 Dec 2016 17:00 WIB

Si Mungil Cantik ... Ljubljana

Red:

Dr Prita Kusumaningsih, traveler

 

 Di tengah kota cantik dengan mayoritas penduduk beragama Katolik itu kami tetap bisa menemukan makanan yang halal.

 

Seorang wanita menahan saya untuk tetap berada di dalam lift. No...no....tidak usah keluar,  katanya. Tetap saja di sini. Don't worry. This is just a small airport.

Hal yang ia maksud bandara kecil tentu saja adalah Bandara Jozeta Pucnika di Kota Ljubljana yang  menjadi tujuan kami pagi itu. Ljubljana (baca: Lyublyana) adalah ibu kota negara Slovenia. Negeri kecil di Eropa Tengah yang sebelumnya tak saya kenal.

Karena ada acara ilmiah yang harus diikuti, barulah atlas dibuka dan ditelusuri.  Di kota cantik berpenduduk dua ratus ribuan inilah sekarang kami berada. Bersama suami, Dr Basuki Supartono  SpOT, yang akan membacakan makalah ilmiahnya di kongres International Sport Medicine, ada celah hari yang bisa digunakan untuk menjelajah berbagai tempat menarik, menghirup aroma musim gugur awal Oktober yang mulai menyapa.

Slovenia adalah sebuah negeri kecil di Eropa Tengah, berbatasan dengan Italia di sebelah barat, Hongaria dan Austria di sebelah utara, Kroasia di sebelah timur, dan Laut Adriatik di sebelah selatan. Negeri seluas 20.273 kilometer persegi ini berpenduduk sekitar 2,1 juta orang, yang mayoritas beretnis Slovenia. Sebelum 1990, Slovenia merupakan bagian dari Yugoslavia. Setelah resmi merdeka pada 25 Juni 1991, Slovenia menjadi anggota Uni Eropa sejak Mei 2004 dan mulai 2007 menggunakan mata uang euro.

Meski hampir keseluruhan warga (95 persen) beragama Katolik Roma,  ternyata ada komunitas Muslim yang umumnya berasal dari Bosnia dan Kroasia.

Ljubljana, ibu kota Slovenia, merupakan kota kecil yang cantik. Dalam bahasa Slovenia, 'ljubljana' berarti yang tercinta. Ljubljana menduduki peringkat tertinggi sebagai kota teraman di dunia. Dalam buku panduan turis yang saya baca, tindak kriminal, kalaupun ada  paling banter adalah pencurian sepeda.

Saya bertekad memulai eksplorasi dari kawasan kota tua yang merupakan pusat keramaian. Atas petunjuk Dunja, wanita paruh baya penjaga kios di pinggir jalan di depan GR, saya pun mulai menyusuri Jalan Slovenska Cesta.

Lurus saja, kira-kira satu kilometer lantas belok kiri,  begitu pesannya.  Tak lupa ia tambahkan, Tenang saja, di kota ini semua serbadekat.

Dan ternyata, kata-kata serba dekat, cepat saja, tidak makan waktu lama banyak diucapkan oleh warga setempat. Baik oleh sopir taksi, penjaga kios, resepsionis hotel, maupun oleh pramusaji rumah makan. Ini untuk menunjukkan betapa kecil kota ini sehingga Anda tidak perlu khawatir tersesat.      ed: Nina Chairani

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement