INDRAMAYU –– Laut yang menjadi sumber penghasilan bagi para nelayan asal Kabupaten Indramayu, bisa juga menjadi ancaman. Terca tat sejak awal Januari sampai pekan pertama Agustus 2014, lima peristiwa kecelakaan laut menimpa para nelayan asal Ka bupaten Indramayu. "Dari peristiwa itu, ada yang menimbulkan kerugian materi hingga menyebabkan korbannya hilang,’’ ujar Kanit Gakum Polair Polres Indramayu Aipda Puji Mulyono , kepada Republika, Ahad (10/11). Kelima peristiwa itu yakni menimpa Kapal KM Danan Jaya pada 14 Januari 2014.
Ka pal yang berbobot 7 GT ter sebut dihantam gelombang tinggi hingga terbalik di per airan Indramayu pada jarak sekitar 15 mil dari muara Desa Majakerta, Kecamatan Balongan, atau sebelah selatan perairan Pulau Biawak. Beruntung kelima nelayan yang menumpangi kapal ter sebut berhasil menyelamat kan diri. Mereka berpegangan pada kapal yang telah terbalik itu hingga akhirnya di temukan kapal nelayan lain.
Foto:IRWANSYAH PUTRA/ANTARA
Kapal Nelayan
Selain itu, kecelakaan juga menimpa KM Hikmah 6 pada 16 Januari 2014. Kapal yang berawak 11 nelayan asal Indramayu itu hilang setelah kapal mereka tenggelam di perairan Angling Kalimantan. Hingga saat ini keber ada an 11 nelayan dan kapal yang mereka tumpangi belum ditemukan.
Kapal yang dinahkodai Nursidin (39 tahun) itu diper kirakan tenggelam di sekitar Perairan Angling Kalimantan, koordinat 03:56 Lintang Selatan dan 108:42 Bujur Timur. Mes ki koordinat tenggelamnya kapal diketahui, namun nasib 11 nelayan yang menjadi awaknya hingga kini belum ditemukan.
Kecelakaan laut lainnya menimpa KM Ekajaya pada 23 Februari 2014. Kapal itu mengalami kecelakaan di utara pu lau Candikian. Beruntung delapan orang awak kapal berhasil diselamatkan kapal lain yang tak jauh dari lokasi keja di an. Namun, kapal beserta alat perlengkapannya saat itu tenggelam.
Tak hanya itu, kecelakaan juga menimpa KM Andora pada 5 Mei 2014. Kapal tersebut mengalami kecelakaan di perairan laut Jawa. Terakhir, kecelakaan terjadi pada KM Mandala 3 pada 6 Agustus 2014. Peristiwa itu terjadi ketika kapal yang ber bobot 30 GT itu sedang dalam perjalanan sekitar 1 mil dari muara Pantai Karangsong.
Sisi lambung kanan perahu yang dinahkodai oleh Wartikam alias Tikol (27) itu di hantam ombak dengan ketinggian empat meter. Akibatnya, kapal menjadi miring hingga akhirnya terbalik dan karam. Sebanyak 12 orang yang terdiri dari nahkoda dan ABK berhasil menyelamatkan diri dengan berenang sampai ke pantai.
Kasatpolair Polres Indramayu, AKP Nyoman Oka menjelaskan meski tidak menimbulkan korban jiwa, namun peristiwa tersebut menyebabkan kerugian materi sedikitnya Rp 800 juta. Nyoman menjelaskan sepekan yang lalu cuaca di perairan memang buruk seiring dengan kencangnya tiupan angin. Ia pun mengimbau ke pada para nelayan untuk tidak memaksakan melaut hingga kondisi gelombang kembali normal.
Hal senada diungkapkan Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi Kabupaten Majalengka, Ahmad Faa Izyn. Ia meminta agar nelayan, terutama yang menggunakan kapal kecil, untuk tidak memaksakan melaut saat gelombang tinggi.
Pria yang kerap disapa Faiz itu menyatakan saat ini angin bergerak dari selatan In donesia (Australia), yaitu angin Ti mur Selatan menuju ke daerah utara tenggara wilayah Indonesia (Laut Cina Selatan). Angin kencang itu melewati wilayah Indonesia, salah satunya wilayah Cirebon. Faiz menyebutkan kece pat an angin saat ini bisa mencapai 25 knot. Padahal dalam kondisi normal, kecepatannya hanya 1 10 knot.
Menurut Faiz, tingginya kecepatan angin saat ini bisa menyebabkan gelombang tinggi di laut. Ia menyebutkan ketinggian gelombang laut di utara Indramayu dan Cirebon bisa mencapai empat meter.'' Angin kencang ini diprakirakan masih terjadi hingga satu minggu ke depan. Tapi bisa berubah setiap saat, kita akan terus pantau,'' tegas Faiz akhir pekan lalu. rep:lilis sri handayani ed: rachmat santosa