Selasa 07 Oct 2014 12:00 WIB
parenting

Pengaruh Tayangan Asing

Red:

Dengan semakin terjangkaunya biaya berlangganan TV berbayar, belakangan semakin banyak orang tua yang rela mengeluarkan ratusan ribu rupiah agar kelurganya bisa menonton siaran TV asing. Paket tayangan hiburan dan pendidikan pun tersedia untuk pemirsa cilik. Di satu sisi, orang tua gembira anaknya mendapatkan tontonan yang lebih ramah anak. Di lain sisi, film atau pun variety show tersebut kental dengan budaya asing. Apa dampaknya jika anak terus menerus menonton tayangan dengan budaya asing?

Pengurus Yayasan Pengembangan Media Anak (YPMA), Nina Armando, mengakui saat ini tayangan lokal dari Indonesia yang bermuatan edukasi masih minim. Hanya ada segelintir tayangan yang bermuatan edukasi. Salah satunya, tayangan Jalan Sesama yang diadaptasi dari Sesame Street. Menurutnyatayangan tersebut memiliki dasar tujuan yang baik.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:www.mediasalestoday.com

Jalan Sesama diperankan oleh boneka dengan tokoh yang karakternya sangat Indonesia. Rumah produksinya mengemas kesenian dan permainan tradisional menjadi tayangan yang menghibur sekaligus mendidik bagi anak-anak. Tayangannya sarat dengan nilai-nilai sosial, agama, dan budaya masyarakat Indonesia. Nina menyayangkan Jalan Sesama kini hanya ada di salah satu stasiun TV Indonesia. Padahal, semula ada di dua stasiun TV swasta yang memutar program tersebut. Alhasil, pemirsa cilik yang dapat mengaksesnya semakin terbatas. "Semestinya program yang sosioalisasi nilai budayanya kuat seperti ini disiarkan secara luas," komentar perempuan yang berprofesi sebagai dosen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia itu.

Selain tayangan Jalan Sesama, menurut Nina tayangan lokal seperti Adit dan Sopo Jarwo juga bagus. Filmnya menampilkan budaya Indonesia meski masih banyak bagian-bagian yang harus diper baiki. Nina menilai tayangan tersebut semakin lama semakin bagus. Tayangan Adit dan Sopo Jarwo ini mengingatkan kita pada film Upin Ipin yang kental dengan nilai budaya Melayu.

Nina menyayangkan tayangan produksi lokal minim muatan lokal. Padahal, Indonesia memiliki nilai budaya yang kuat. Banyak budaya yang bisa diangkat untuk diperkenalkan kepada anak. Untuk itu, ia mengimbau agar para pengelola stasiun TV mau membuat sendiri tayangan anak.

Tayangan anak tidak bisa dibuat dalam waktu singkat. Di samping itu, harus ada riset yang cukup dan mesti sangat serius pengerjaannya mengingat anak-anak sangat rentan. Apa yang ditontonnya harus ada muatan khusus, tak sebatas menghibur, tapi juga memerhatikan aspek lain yang bisa dipelajari seperti nilai budaya dan edukasi. Tayangan anak harus ada muatan yang sehat, bukan hanya tayangan yang hanya mengejar rating semata. "Para pengusaha televisi harus memiliki visi misi tersebut," ujarnya.

Nina menegaskan televisi lokal sebaiknya memberikan tayangan anak yang bermuatan edukasi dan ada muatan lokal sekian persennya. Sebab, mereka menggunakan frekuensi publik. Jadi mau tidak mau pengusaha televisi harus peduli terhadap tontonan anak.

Alternatif Lain

Selain harus pintar memilih tayangan anak yang ada di TV, orang tua juga sebaiknya me lengkapi tontonan anak dengan men cari materi yang bermuatan edukasi. Tayangan seperti itu mudah didapat kan dalam bentuk DVD ataupun internet. "Seleksi dan nilai terlebih dahulu mana yang cocok dan bermanfaat untuk anak kita," ujar Nina.

Sebelum mengajak anak menonton tayangan yang dipromosikan bagus, orang tua harus menonton terlebih dahulu. Kewaspadaan tetap harus tinggi ketika menilai tayangan animasi. Sebab, animasi bukanlah jaminan tayangan tersebut ramah anak. "Banyak yang berbau kekerasan dan ada pula yang mengandung unsur pornografi," ucap Nina.

Ketika mencari tontonan menarik untuk anak, Nina menyarankan orang tua untuk memilih tayangan salah satu nya dari Popzzle. Di sana banyak lagu-lagu anak, contohnya karya Ibu Sud. Tayangan ini memang tidak dijual bebas, hanya bisa dipesan melalui online. "Orang tua harus mau capek dan ribet mencari tayangan yang cocok untuk anak," tutur Nina.

Belajar Budaya Asing

Akhir September lalu, Komisi Penyiaran Indonesia melansir li ma acara TV yang berbahaya bagi anak karena adanya unsur mistis, muatan porno,dan mencontohkan sifat negatif, seperti emosi meledak-ledak, serakah, pelit, rakus, dendam, iri, malas, dan jahil. Kelimanya ialah Bima Sakti (ANTV), Little Krisna (ANTV), Tom & Jerry (ANTV, RCTI, dan Global TV), Crayon Sin chan (RCTI), dan Spongebob Square pants (Global TV).

Di luar itu, sebetulnya masih ada sejumlah tayangan televisi asing yang bermuatan edukasi. Bahkan, ada pula yang mengemas kurikulum pendidikan dengan menghibur demi kecerdasan pemirsa cilik. "Banyak yang harus dicontoh oleh produsen anak lokal," ujar Nina. Di lain sisi, tayangan televisi asing tentunya mengedepankan budaya asing.

Hal tersebut dapat berdampak positif maupun negatif kepada anak. Sepanjang tontonan asing untuk anak ini bermuatan edukasi, tidak masalah untuk ditonton oleh anak. Namun, harus diingat apapun tayangan anak, orang tua harus mendampingi saat menontonnya. Dengan menonton tayangan asing, orang tua bisa menjelaskan hal yang benar kalau ada tampilan buruk. Sementara jika ada tayangan yang bermuatan baik harus ditekankan dan direalisasikan dalam kehidupan nyata anak.

Misalnya, mengenai budaya toleransi. Tayangan asing mengajarkan toleransi antara orang kulit putih dan kulit gelap. Agar menjadi relevan, coba kaitkan contoh perilaku positif tersebut dengan kondisi masyarakat sekitar. "Misalnya, kita harus bisa bertoleransi dengan teman yang berbeda suku ataupun agama," papar Nina.

Selain itu, dengan menonton tayang an asing, anak bisa mempelajari budaya lain. Lewat TV, anak akan melihat ada beragam budaya di dunia. Tiap negara memiliki budayanya masing-masing. "Saat menjelaskannya, kaitkan dengan budaya lokal kita," saran Nina.

Bagaimana jika tayangan asing ini mengangkat budaya mereka yang tidak ada di budaya Indonesia, misalnya tema Hallowen? Menurut Nina, itu tidak men jadi masalah. Jelaskan saja, budaya Hallowen itu memang ada, namun tidak di Indonesia. "Pandu anak untuk memahami budaya tersebut tidak cocok dengan budaya kita."

Beri pemahaman kepada anak bah wa budaya itu banyak, namun tidak semua sama dengan budaya kita. Jika orang tua tidak menjelaskan, Nina kha watir anak akan salah menyerap budaya asing tersebut. "Karena itu, penting sekali pendampingan."

Lalu bagaimana dengan bahasa asing yang ada di tayangan asing? Anakanak akan mudah sekali menyerapnya. Nina mengatakan itu justru merupakan hal baik. Anak bisa belajar bahasa asing selain bahasa ibunya.

rep:dessy susilawaty ed: reiny dwinanda

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement