Selasa 07 Oct 2014 12:00 WIB
kuliner

Minum Kopi Gaya Indonesia

Red:

Datang ke kedai kopi, orang cenderung duduk berlama-lama. Selain ingin menikmati suasana dan fasilitas yang tersedia, kopi dan teman minumnya menjadi hal utama yang membuat mereka datang lagi dan lagi ke kedai yang sama. Menjadi pemain baru di dunia kedai kopi, Koffie Warung Tinggi mencoba menawarkan pengalaman ngopi yang berbeda.

Koffie Warung Tinggi yang terletak di level 5 Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta Pusat, ini menjamin kualitas pasokan kopinya. Seluruh kopinya berasal dari toko legendaris milik Tek Sun Ho yang telah bertahan selama 134 tahun. Pengusaha keturunan Tiongkok itu mendapatkan pasokan kopi dari seluruh daerah penghasil kopi di Indonesia. Sejak 1965, toko kelontong tersebut fokus menjual kopi dan generasi keempat Tek Sun Ho mengubahnya menjadi toko kopi Warung Tinggi. Nama Warung Tinggi berasal dari julukan toko kelontong lawas yang dahulu bangunannya paling menjulang di Jalan Moolen Vhiet Oost yang kini dikenal sebagai Jalan Hayam Wuruk di Jakarta Pusat. Warung Tinggi pun memiliki pabrik pengolahan kopi sendiri. "Berbekal pengalaman tersebut, kami menjamin kualitas kopi agar baik dan enak untuk diminum," kata Outlet Manager Koffie Warung Tinggi Muhamad Tito Lahat kepada Republika.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto-foto:Rakhmawati/Republika

Warung Tinggi menyalurkan kopi bukan saja ke seluruh Indonesia, melainkan juga ke berbagai negara di Benua Asia hingga Eropa. Kopi Indonesia terkenal dengan rasa buah-buahan. Rasanya tak seperti kopi hasil kebun Eropa atau Amerika Serikat yang lebih kecokelat-cokelatan. "Secara ritel, masyarakat lebih menyukai kopi jantan yang karakter kopinya lebih kuat ketimbang arabica, robusta, dan betina," kataTito.

Lantas, apa yang Koffie Warung Tinggi siapkan untuk memanjakan penikmat kopi lokal di Grand Indonesia? Tito menjamin, pengunjung akan mendapatkan pengalaman yang lain dengan kunjungannya ke kedai kopi lain. Koffie Warung Tinggi mencoba membawa tamunya pada suasana yang kental keindonesiaannya. Baik dengan memajang foto-foto sejarah Toko Tek Sun Ho, memamerkan biji kopi lokal dalam wadah nan artistik, ataupun menyajikan teman minum yang Indonesia banget.

Ketika berkunjung ke kedai kopi waralaba asing, pecinta kopi biasanya akan menemukan croissant atau apple tart sebagai teman minum cappuccino. Di Koffie Warung Tinggi, cappuccino juga tersedia, namun teman minumnya berbeda. "Kami mengembangkan cara minum kopi ala Indonesia dengan menghidangkan martabak dan kue cubit sebagai kudapan pendamping minum kopi," ujar Tito yang berpengalaman sebagai barista di Bali.

Untuk pilihan minumannya, Koffie Warung Tinggi merekomendasikan minuman klasik, yaitu kopi tubruk dan kopi peranakan yang tak lain berupa kopi yang dicampur dengan susu kental manis. Selain itu, coba juga snack yang diblender ke dalam minuman segar, sebut saja snickers mochaccino dan klapertaart drink. Mendatang akan ada oreo drink dan grape frozen blend yang diprediksi bakal menjadi favorit pelanggan. "Klapertaart drink merupakan minuman dingin tanpa rum kreasi saya yang sukses membuat tamu penasaran untuk mencoba lalu ketagihan," kataTito bangga.

Koffie Warung Tinggi juga mengadopsi tren menyiapkan kopi selama beberapa tahun terakhir. Pengunjungnya dapat menikmati kopi hasil seduhan dengan metode cold drip, yakni menyeduh kopi dengan air bersuhu dingin. Cold drip prosesnya cukup lama. Setelah satu jam, es batu akan mencair dan tetes demi tetes air dingin akan jatuh membasahi bubuk kopi hingga tercipta larutan kopi. Dalam tempo lima hingga enam jam akan tersedia satu pot kopi. Dari proses ini yang didapatkan, yakni rasa pahit saja, rasa asamnya kopi tidak ada.  "Cold drip cocok untuk mereka yang tidak tahan asamnya kopi," ujar Tito.

Selain itu, Koffie Warung Tinggi juga menyeduh kopinya dengan teknik siphon. Untuk menyiapkannya, barista akan memasak air dengan volume setengah kapasitas tabung dengan api kecil. Airnya perlahan bakal mendidih dan uapnya akan naik ke kopi. Begitu apinya dikecilkan, uap kopi akan turun membasahi bubuk kopi. "Kita bisa pakai kopi jenis arabica, robusta, jantan, betina untuk mengeluarkan karakter kopi yang lebih kuat."

Kue Cubit dan Martabak

Menikmati kopi ala Indonesia tentu kurang lengkap tanpa adanya camilan pendamping, Di samping pisang goreng dan tapai goreng, Koffie Warung Tinggi menyiapkan aneka makanan yang mendapat pengaruh dari kultur Tiongkok dan Belanda. Dimsum dan bakmi bakso mewakili kekuatan pengaruh Tiongkok terhadap kuliner Indonesia. Lantas, panekuk, poffertjes, dan bitterbaillen menggambarkan warisan kuliner Belanda. "Tak ada menu yang mengandung alkohol, babi, atau lemak babi di sini."

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari beragam makanan tersebut, Koffie Warung Tinggi paling terkenal dengan kue cubit dan martabaknya. Kue cubit setengah matang paling digemari pelanggan. Sebetulnya, membuat kue cubit yang matang lebih gampang. Awak Martabak Bar Koffie Warung Tinggi kompak mengatakan bahwa kue cubit setengah matang cukup sulit saat mengangkatnya. Jika terlalu cepat dikeluarkan dari loyang, kue cubit tentunya masih berupa adonan yang sangat lembut dan akan buyar ketika diangkat.

Di samping itu, martabak yang sedang populer di kalangan pecinta martabak juga bisa ditemukan di Koffie Warung Tinggi. Pengunjung bisa memesan ukuran mini maupun besar. "Yang sedang hit ialah martabak toblerone, selai ovomaltine, dan speculoos tabur mede," ujar Tito yang bulan Oktober ini mulai menghidangkan martabak srikaya pandan dan green tea kit kat.

Martabak mini dan besar tanpa topping masing-masing dijual seharga Rp 15 ribu dan Rp 58 ribu. Topping untuk ukuran mini berkisar antara Rp 20 ribu hingga Rp 65 ribu dan ukuran besar Rp 70 ribu hingga 128 ribu. Untuk minumannya, Warung Tinggi membanderol harga sekitar Rp 45 ribu. "Rata-rata pembelanjaan konsumen antara Rp 80 ribu hingga Rp 120 ribu per kunjungan."

Martabak Manis ala Warung Tinggi

Bahan-bahan:

3 butir telur

2 kg terigu

25 ml santan kental

350 gr gula pasir

1 sdm susu bubuk

40 gr baking powder

1 ltr air

 

 

 

 

 

 

 

 

Cara membuat:

Tahap pertama: Campurkan semua bahan kecuali susu bubuk. Pastikan baking powder-nya tidak terlalu banyak agar martabak tidak terasa pahit dan tak terlampau mengembang. Aduk rata dan diamkan adonan selama 15 menit.

Tahap kedua: Tuangkan sebagian adonan ke dalam wadah yang lebih kecil. Masukkan sebutir telur tambahan dan satu sendok makan susu bubuk. Untuk memasaknya, tuangkan 1,5 centong adonan ke wajan. Setelah pori-pori martabak mulai terbuka, taburi gula pasir. Begitu matang, oleskan mentega dan berikan topping favorit. Orang yang belum berpengalaman membuat martabak biasanya gagal karena loyang yang digunakan sudah terlalu panas dan air di adonan terlalu banyak.

ed: reiny dwinanda

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement