Rasa kesemutan ataupun kebas seusai beraktivitas sering tak dipedulikan. Padahal, serangan penyakit neuropati alias kerusakan pada saraf tepi dapat menyebabkan risiko impotensi.
Sebanyak 90 persen masyarakat Indonesia belum pernah mendengar istilah neuropati. "Banyak orang mengasosiasikan neuropati atau penyakit kerusakan saraf dengan stroke, gangguan kejiwaan, atau rematik," papar Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf (PERDOSSI) Pusat Prof Dr dr M Hasan Machfoed SpS(K), MS.
Hasil penelitian perusahaan farmasi PT Mercks pada 2014 mengungkapkan bahwa separuh warga perkotaan yang berusia di atas 30 tahun mengalami gejala neuropati. Riset dilakukan Mercks pada tahun ini terhadap 900 warga di sejumlah kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar, Medan, dan Palembang.
Machfoed mengakui, masyarakat tidak hanya memiliki pengetahuan yang minim mengenai neuropati, tapi juga sebanyak 80 persen masyarakat tidak tahu bagaimana cara menjaga kesehatan saraf. Mereka, menurut konsultan neurologis ini, tidak tahu apa itu vitamin neurotropik.
Sebuah fakta baru juga terungkap tentang penyebab neuropati dari kebiasaan responden penelitian Mercks. Keluhan neuropati mulai timbul saat mereka melakukan aktivitas dengan gerakan berulang.
Kegiatan tersebut, antara lain, mengetik dengan piranti seluler dan digital, mengendarai motor dan mobil. Duduk dalam waktu lima-tujuh jam juga menjadi pemicunya. Sama seperti saat seseorang yang gemar menggunakan sepatu hak tinggi, serta melakukan aktivitas rutin harian, seperti mencuci, memasak, dan menyapu.
Dari ragam kegiatan tadi didapati juga korelasi penderita neuropati berasal dari kalangan muda. Neuropati umumnya lebih berisiko pada usia tua dan penderita diabetes. Namun, satu dari empat orang responden merasakan gejala neuropati pertama pada usia 26-30 tahun.
Faktor ini biasanya didukung oleh sisi fisiologis, yakni posisi badan yang salah dalam melakukan aktivitas berulang, namun dipertahankan dalam waktu yang cukup lama. Selain aktivitas berulang dan ditambah gaya hidup seseorang, penyebab neuropati lain bisa juga ditimbulkan karena usia, penyakit diabetes yang sudah diderita hingga asupan gizi tidak seimbang.
Mereka yang sehari-hari terbiasa melakukan aktivitas tersebut, ujar Machfoed, biasanya mengeluhkan gejala neuropati, yakni kesemutan, kaki kaku, kram, dan kebas pada kaki dan tangan. "Jika tidak segera ditangani, gejala tersebut bisa menyebabkan kelumpuhan dan impotensi," paparnya.
Cara mencegah
Dokter ini menganjurkan beberapa cara dalam mencegah neuropati, antara lain, melalui perbaikan gaya hidup, seperti mengupayakan gizi seimbang, olahraga teratur, istirahat cukup untuk regenerasi sel saraf.
Pada kasus neuropati yang tidak segera diobati akan menyebabkan gangguan pada saraf otonom. Padahal, saraf ini diperlukan untuk melakukan ereksi. Kemampuan saraf untuk menghantarkan rangsang pun menjadi berkurang jika neuropati menyerang. Sehingga, rangsangan yang dibutuhkan untuk mencapai ereksi akan sulit dihantarkan ke otak.
Rangsangan saraf, kata dia, tidak terjadi lambat, tetapi sangat cepat. Namun ketika terjadi kerusakan saraf, ada gangguan dalam proses penghantaran rangsang ini.
Ia mencontohkan, saat terkena rangsangan panas seperti api, maka respons tubuh akan segera menghindar. Ini membuktikan bahwa kerja sistem saraf sangat cepat. Namun, ketika saraf sudah rusak maka rangsangan itu akan sulit dirasakan. Selain itu, gangguan pada fungsi saraf otonom juga mengganggu sistem kerja jantung, pencernaan, serta peredaran darah.
Spesialis syaraf RSCM dr Manfaluthy Hakim Sp S (K) mengimbau masyarakat agar mencegah neuropati sedari dini. Yaitu, dengan memperbanyak konsumsi sayuran dan biji-bijian yang mengandung vitamin B serta suplemen neurotoprik.
Sedangkan, mereka yang bekerja kantoran disarankan beristirahat setiap satu-dua jam guna melakukan peregangan. "Sekitar satu-dua menit peregangan tak masalah, yang penting syaraf tidak terjepit ataupun kaku," ujarnya.
Vitamin neurotropik sebagai solusi serangan neuropati, biasanya terdiri dari vitamin B1, B6, dan B12 yang berfungsi memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf. Vitamin ini memberikan asupan yang dibutuhkan supaya saraf dapat bekerja dengan baik. Jenis vitamin ini berfungsi memperbaiki gangguan metabolisme sel saraf dan memberikan asupan yang dibutuhkannya supaya saraf dapat bekerja dengan baik.
Medical Manager Divisi Consumer Health PT Merck dr Fatimah Pitaloca menyarankan agar penderita neuropati berkonsultasi dahulu ke spesialis saraf sebelum memakai vitamin neurotropik. Lantaran vitamin B1, B6, dan B12 memiliki fungsinya masing-masing maka kombinasi ketiganya akan lebih efektif.
"Untuk pemeliharaan kesehatan saraf serta memperbaiki sel saraf penyebab gejala kesemutan dan kebas. Khusus penderita diabetes membutuhkan asupan vitamin neurotropik yang lebih tinggi," ujar Fatimah. rep:indah wulandari Ed:khoirul azwar