REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banjir rob yang merendam wilayah Pademangan Barat dan Jalan RE Martadinata berangsur surut. Kini, genangan pekat itu menyisakan dampak gatal-gatal dan infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) buat sebagian warga. Pada Ahad (16/6), di wilayah yang sudah beberapa hari tergenang rob itu tampak sudah surut. Meskipun, masih terlihat air menggenang di beberapa titik di sepanjang Jalan Budi Mulia Dalam, Pademangan Barat, Jakarta Utara.
Sisa-sisa genangan juga masih terlihat di Jalan RE Martadinata menuju Ancol Timur. Setelah sempat dilanda banjir rob, warga RT 12 RW 13, Pademangan Barat, mulai kembali beraktivitas. Ketinggian air di wilayah itu sempat mencapai 50 sentimeter. Pada Ahad (16/6) siang, ketinggian air berkisar antara 10 dan 20 sentimeter.
Matinya tiga pompa banjir di Ancol Timur menyebabkan air rob lama surut. Aktivitas warga pun terganggu saat banjir menggenang. Putut, wakil ketua RT 03 RW 12, menuturkan, warga harus merogoh kocek lebih dalam untuk keluar rumah. “Untuk bisa sampai Stasiun Kota, kendaraan dari Pademangan harus memutar ke arah Pasar Baru,” kata Putut.
Anak-anak di wilayah itu terpaksa diliburkan oleh sekolah masing-masing yang berada di wilayah setempat. Toko-toko milik warga di Jalan Gunung Sahari yang digenangi rob pun terpaksa tutup sejak Kamis (13/6). Beberapa toko yang terlihat buka pun sepi pembeli.
Abdul Mutholib, warga RT 12 RW 13, menuturkan, sejauh ini keluhan warga adalah gatal-gatal dan ISPA. “Kami harap tidak ada warga yang terjangkit demam berdarah,” kata Abdul.
Warga pun meminta perhatian dari Pemprov DKI untuk segera mengatasi rob yang kerap merendam wilayah mereka. Warga juga menuturkan, baik pihak kelurahan maupun kecamatan, belum ada yang turun menengok keadaan wilayah tersebut. Pada Sabtu (15/6), warga Pademangan sempat menggelar berunjuk rasa memprotes PT Pembangunan Jaya Ancol. Warga meminta pintu air Ancol dibuka dan pompa dioperasikan. Warga mencurigai genangan di daerah mereka akibat tidak berfungsinya pompa air di Ancol Timur.
Ari Kurniawan, Corporate Communication Manager PT Pembangunan Jaya Ancol, Ahad (16/6), mengatakan, apa yang terjadi kemarin adalah salah paham. “Warga mengira kewenangan pintu air ada di kami. Padahal, (pintu air) itu sepenuhnya kewenangan Pemerintah DKI Jakarta,” kata Ari. Pada Sabtu (15/6), pompa air di Ancol Timur sudah diperbaiki dan beroperasi secara normal. PT Pembangunan Jaya Ancol juga memberi bantuan air bersih kepada warga.
Mayoritas warga pun sudah membersihkan rumahnya dari lumpur. Sementara, warga yang di depan rumahnya masih digenangi air, masih terus berusaha membersihkan bagian dalam rumah terlebih dahulu.
Rob tak cuma berimbas pada aktivitas sehari-hari warga sekitar. Edel, warga Koja, Jakarta Utara, yang sehari-hari bekerja di Pademangan mengaku sangat dirugikan dengan banjir tersebut. Sebab, banjir membuat akses jalan menuju tempatnya bekerja menjadi sulit dan berujung pada kemacetan. “Karena, banjir angkot jarang ada yang lewat. Masuk ke kantor jadi telat, pokoknya merugikan,” ujar dia.
Hal senada juga diungkapkan Yasdi, warga Bambu Apus, Jakarta Timur. Ia yang beraktivitas di wilayah Jakarta Utara terpaksa merasakan imbas kemacetan yang diakibatkan oleh genangan air tersebut. “Kalau tidak segera ada solusi, jalan akan semakin rusak,” kata Yasdi.
Pengamat perkotaan Yayat Supriatna berpendapat, mengatasi rob di wilayah Jakarta Utara memang merupakan persoalan pelik. Mengingat, permukaan tanah di kawasan tersebut semakin turun. Daya serap tanah terhadap air juga minim karena minimnya pohon dan kawasan hijau.
“Air di wilayah Gunung Sahari itu sudah sangat tinggi. Itu menunjukkan wilayah tersebut sudah sangat rentan terhadap penurunan,” jelas Yayat. Ia mengimbau Pemprov DKI agar tidak lagi memberi izin mendirikan bangunan (IMB) di wilayah tersebut karena akan membuat tanah menjadi semakin turun. “Semestinya, jangan lagi dibangun di situ. Hentikan! Moratorium perizinan baru untuk kawasan itu sebelum penanganan rob diselesaikan,” tegasnya. n c20/c01/cr01 ed: wulan tunjung palupi
Berita-berita lain bisa dibaca di harian Republika. Terima kasih.